UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Preparasi Dedak Padi
Padi  digiling  dengan  alat  penggiling  untuk  memisahkan  beras  dengan sekam.  Hasil  penggilingan  pertama  menghasilkan  beras  yang  masih  terbalut
dengan dedak, lalu digiling kembali untuk memisahkan dedak dari beras tersebut. Dedak  yang  didapat  lalu  diayak  menggunakan  mesh  20  untuk
menyamakan ukuran partikelnya yaitu ≤ 0,510 mm sekaligus untuk memisa kan dari pertikel pengotor yang masih tercampur seperti sekam dan kotoran lainnya.
4.2 Pengolahan Minyak Dedak
Menurut  Hadipernata  2007,  pengolahan  minyak  dedak  meliputi  dua faktor penting yaitu stabilisasi dan ekstraksi.
4.2.1  Stabilisasi Dedak Padi
Menurut  Hadipernata  2007,  stabilisasi  dengan  panas  menyebabkan enzim  lipase  dalam  dedak  terdeaktivasi  pada  pada  suhu  100
o
–  120
o
C  dalam waktu beberapa menit. Dedak padi di stabilisasi dengan pemanasan menggunakan
oven  dengan  suhu 110
o
C  selama 15  menit, karena Nasir 2009 mengungkapkan bahwa  itu  adalah  waktu  stabilisasi  dedak  yang  optimal.  Stabilisasi  dilakukan
bertujuan  untuk  menghancurkan  enzim  lipase  yang  terdapat  didalam  dedak sehingga rendemen minyak meningkat dan kadar asam lemak bebas menurun.
4.2.2  Ekstraksi Dedak Padi Dengan Metode Cold Press
Dedak  yang  sudah  stabil  lalu  diekstraksi  menggunakan  metode  Cold Press.  Dedak  sebanyak  4kg  dibasahi  menggunakan  n-heksan  sebanyak  2L  dan
diaduk agar pembasahannya merata. Dedak yang sudah dibasahi lalu dimasukkan kedalam  kain  dan  dimasukkan  pada  wadah  alat  press,  alat  ditekan  untuk
mendapatkan minyak mentah menggunakan sekrup jenis hydraulic. Ampas dedak yang sudah digunakan dibasahi kembali dengan n-heksan 2L dan lakukan metode
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
press seperti yang  sudah dilakukan sebelumnya, lalu didapatlah  ekstrak n-heksan minyak dedak Ekstrak
nRBO
. Menurut  Hadipernata  2007,  ekstraksi  dengan  menggunakan  pelarut
mudah  menguap  merupakan  cara  terbaik  untuk  mengambil  minyak,  dan  pelarut yang dapat digunakan adalah etanol dan n-heksan. Pada penelitian ini pelarut yang
digunakan  adalah  n-heksan,  sesuai  dengan  apa  yang  dikatakan  Patel  dan  Naik 2004,  bahwa  n-heksan  bisa  digunakan  sebagai  pelarut  untuk  mengekstrak
minyak  dari  dedak  padi.  Dan  penelitian  Nasir  2009  menunjukkan  bahwa persentase Crude Rice Bran Oil CRBO yang dihasilkan dengan pelarut n-heksan
lebih  tinggi  dibanding  dengan  menggunakan  pelarut  etanol.  Rendemen  CRBO sebesar  17,055,  sesuai  pernyataan  Hadipernata2007,  bahwa  minyak  dedak
kadarnya kurang dari 25. Pada penelitian yang dilakukan Nasir 2009, ekstraksi dedak  padi  menggunakan  metode  maserasi  dengan  pelarut  yang  sama
mendapatkan rendemen CRBO sebesar 18,34. Perhitungan Rendemen CRBO Nasir, 2009:
CRBO =
x 100 =
gr x 100 CRBO
= 17,055 Selanjutnya  minyak  dedak  hasil  ekstraksi  dipisahkan  dari  pelarut  melalui
penguapan.  Setelah didapatkan larutan ekstrak n-heksan, larutan lalu dievaporasi dengan suhu 40
o
C untuk memisahkan minyak dengan pelarut n-heksan Murnikan  CRBO  yang  sudah  didapat  untuk  memisahkan  kandungan  pati
dan  pengotor  yang  terdapat  didalamnya.  CRBO  di  saring  menggunakan  kertas saring  whatmann  no.42  pada  corong  buchner  dan  di  vakum.  Lalu  minyak  yag
didapat  dimasukkan  ke  dalam  corong  pisah  dan  dicampur  dengan  air  panas. Kocok dan diamkan beberapa saat.
Akan  terbentuk 3 fase  yaitu  minyak atas, pati tengah  dan air bawah. Setelah fase terpisah sempurna, pisahkan fase minyak. Lalu minyak yang didapat
di  sentrifuge  untuk  memisahkan  sisa  kandungan  pati  yang  tersisa  di  dalam minyak. Didapatkan Rice Bran Oil RBO
cp
dengan bentuk cairan berwarna coklat
yang beraroma khas dedak.