10
awalan ka + morfem isi kelas kata adjektiva: kaguroi awalan ko + morfem isi kelas kata adjektiva: kogitanai
Fungsi awalan settouji ka untuk menyatakan arti sangat, dan fungsi awalan settouji ko untuk menyatakan arti agaksedikit. Kata kaguroi di atas
bermakna sangat hitam atau hitam pekat, kata kogitanai bermakna agak kotor.
3 Morfem isi +
setsubiji akhiran
morfem isi dari bagian gokan adjektiva + akhiran sa: samusa. morfem isi dari bagian gokan adjektiva + akhiran mi: amami.
morfem isi dari nomina verba + akhiran suru: benkyou suru morfem isi dari nomina + akhiran teki: keizaiteki
Akhiran setsubiji sa dan mi digunakan untuk mengubah adjektiva menjadi nomina, tetapi tidak semua adjektiva bisa diikuti sa dan mi. Kata samusa
di atas bermakna dinginnya kelas kata nomina, dan kata amami bermakna manisnya kelas kata nomina. Akhiran suru berfungsi sebagai verba transitif dan
juga verba intransitif. Tidak semua nomina bisa diikuti oleh suru, melainkan pada nomina yang menyatakan arti dari suatu perbuatan atau nomina verba saja.Kata
benkyou suru di atas bermakna belajar verba. Akhiran teki digunakan untuk mengubah nomina menjadi adjektiva atau adverbia. Kata keizai teki di atas
bermakna ekonomis.
2. Fukugougo gouseigo: kata yang terbentuk dari hasil penggabungan beberapa
morfem isi. Proses pembentukannya bisa dalam formula berikut ini:
4 Morfem isi + morfem isi
morfem isi nomina + morfem isi nomina Contoh: ama + kasa = amagasa
Universitas Sumatera Utara
11
Hon + tana = hondana Kata amagasa di atas adalah gabungan dari dua morferm isi yaitu {ama}
yang berasal dari kata ame kelas kata nomina dan morfem isi {gasa} yang berasal dari kata kasa kelas kata nomina. Kata hondana di atas adalah gabungan
dari dua morferm isi yaitu {hon} yang berasal dari kata hon kelas kata nomina dan morfem isi {dana} yang berasal dari kata tana kelas kata nomina.
5 Morfem isi + setsuji imbuhan
morfem isi nomina + akhiran setsubiji berupa verba Contoh: Hi + kaeri = higaeri
Toukyou + iki = Tokyo iki morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa nomina
Contoh: Yaki + niku = yakiniku morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa verba membentuk verba
Contoh: tori + dasu = toridasu morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa verba membentuk nomina
Contoh: iki + kaeri = ikigaeri Kata higaeri di atas adalah gabungan dari morferm isi yaitu {hi}dari kelas
kata nomina dan akhiran gaeri berasal dari verba kaeru. Kata Toukyou iki di atas adalah gabungan dari Toukyou dari kelas kata nomina dan akhiran iki
berasal dari verba iku. Kata yakiniku berasal dari kata yaku verba dan kata niku nomina sebagai akhiran.. Kata toridashi berasal dari kata toru verba dan
berupa kata dashi berasal dari verba dasu. Kata ikigaeri adalah gabungan dari kata iki berasal dari verba iku dan gaeri berasal dari verba kaeru.
3. Karikomi : akronim yang berupa suku kata atau silabis dari kosakata aslinya.
Universitas Sumatera Utara
12
4. Toujigo: singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alphabet atau
romaji. Teori pembentukan kata dari Sutedi di atas penulis gunakan untuk
menganalisis proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo.
Songkeigo adalah ragam bahasa hormat untuk menyatakan rasa hormat terhadap orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas, atau
hal-hal lain yang berhubungan dengannya dengan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan Oishi Shotaro dalam Sudjianto, 2004:190. Sedangkan menurut
Hiroshi dalam Primawati, 2010:10 menyatakan bahwa songkeigo mengandung makna chokusetsu sonchougo 直接尊重後
atau kata yang menghormati mitra tutur secara langsung. Dengan kata lain sonkeigo merupakan ungkapan yang
langsung berfungsi menaikkan derajat atau kedudukan mitra tutur. Kenjougo adalah keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara
atau orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan diri pembicara termasuk benda-benda, keadaan, aktivitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan orang
tersebut Oishi Shotaro dalam Sudjianto, 2004:192. Dan Hiroshi dalam Primawati, 2010:12 juga menjelaskan kenjougo mengandung makna kanketsu
sonchougo 簡潔尊重語 atau kata yang menghormati mitra tutur secara tidak langsung. Bentuk ini merendahkan penutur namun memiliki makna menghormati
mitra tuturnya atau orang yang dibicarakan. Pada umunmnya, keigo digunakan jika penutur berbicara tentang aktivitas
dengan orang yang lebih superior atau status sosialnya lebih tinggi dari penutur.
Universitas Sumatera Utara
13
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dalam komik Kamisama Hajimemashita karya Jurietta Suzuki.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan kata ragam bahasa hormat
kenjougo dalam komik Kamisama Hajimemashita karya Jurietta Suzuki. 1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah: 1.
Untuk dapat lebih memahami proses pembentukan kata ragam bahasa hormat dalam bahasa Jepang, khususnya sonkeigo dan kenjougo serta
hubungannya dengan mitra tutur. 2.
Dapat dijadikan bahan referensi bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya dalam proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan
kenjougo. Hal ini diperlukan agar tidak terjadinya pertukaran penggunaan antara sonkeigo dan kenjougo.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian inquiry, menghimpun data, akan pengukuran, analisis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan
hal-hal yang bersifat teka-teki. Kegiatan pencarian ini dibedakan berdasarkan metode pencariannya mode of inquiry atau metode penelitian
Universitas Sumatera Utara
14
Istilah “metode” di dalam penelitian linguistik dapat diartikan sebagai strategi kerja yang tepat dalam mencapai tujuan peneliti dan mempermudah dalam proses
penelitian. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji study secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Maka metode
penelitian adalah suatu metode pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada Nasir, 1983:22.
Metode penelitian merupakan prosedur kerja dan langkah kerja yang digunakan dalam melakukan sebuah penelitian mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data sampai tahap pengambilan kesimpulan yang sesuai berdasarkan tipe dan jenis penelitian Sutedi, 2005:22.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik
permasalahan yang diteliti. Sedangkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang suatu masalahnya tidak di desain atau dirancang menggunakan
prosedur-prosedur statistik Subroto, 2007:5. Penelitian kualitatif pada umumnya berusaha membentuk atau membangun teori melalui data yang terkumpul.
Penelitian kualitatif lebih mengutamakan proses daripada hasil. Data yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder yang diambil adalah dari komik
“Kamisama Hajimemashita
”, buku-buku teori dan referensi makalah dan skripsi yang berhubungan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
15
Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan semua populasi objek penelitian sebagai sampel dalam menganalisis data. Penulis mengambil sampel
dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak. sampel yang diambil dari jumlah
populasi adalah kata dalam ragam bahasa hormat keigo khususnya sonkeigo dan kenjougo yang terdapat dalam komik
“Kamisama Hajimemashita” sebanyak 50 data . Jumlah tersebut dapat dikatakan cukup representatif mewakili untuk
dijadikan sampel dalam menganalisis data. Sampel yang telah diambil kemudian dikelompokkan berdasarkan jeniskategori proses pembentukan kata dalam bahasa
Jepang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pustaka dan
menyimak objek penelitian, yaitu komik “Kamisama Hajimemashita”. Teknik
pustaka yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data Subroto, 2007:47. Sumber-sumber data yang digunakan dipilih yang sesuai
dengan pembahasan dalam penelitian ini. Kemudian penulis memberi tanda pada kata yang terdapat dalam ragam bahasa hormat keigo khususnya sonkeigo dan
kenjougo yang ditemukan, selanjutnya digunakan teknik catat atau transkripsi ortografis,
yaitu mencatat
seluruh data
tersebut. Kemudian
penulis mengklasifikasikan data sesuai dengan teori proses pembentukan kata dengan
memberikan kode pada masing-masing sampel yang ditemukan dalam komik. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
agih. Metode agih adalah metode cara yang alat penentunya ada pada bagian dari bahasa itu sendiri Sudaryanto, 1992:15. Metode agih berfungsi untuk
menjelaskan dan mendeskripsikan unsur-unsur dari data yang akan diteliti.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES MORFOLOGIS, MORFEM,
PERUBAHAN BENTUK KATA BAHASA JEPANG, DAN RAGAM BAHASA HORMAT
KEIGO SONKEIGO DAN KENJOUGO
2.1 Proses Morfologis 2.1.1 Proses Morfologis dalam Bahasa Indonesia
Secara umum, Chaer 2007:177 membagi proses morfologis proses atau proses pembentukan kata ke dalam 7 proses, yaitu:
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses ini dapat bersifat infleksi dan dapat pula bersifat derivatif. Namum, proses
ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhakan pada sebuah dasar dalam proses
pembentukan kata. Afiks dibedakan menjadi dua jenis, yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif. Afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan
kata-kata inflektif atau paradigma infleksional. Sedangkan afiks derivatif adalah kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Dilihat dari posisis melekatnya pada bentuk dasar proses morfologi, afikasasi dapat dibedakan atas 6, yaitu:
a. Prefiks: afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.
b. Infiks: afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar.
c. Sufiks: afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.
Universitas Sumatera Utara
17
d. Konfiks: afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi
pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar.
e. Interfiks: sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam
proses penggabungan dua buah unsure. f.
Transfiks: afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfologis yang mengulang bentuk dasar, baik keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi. Proses reduplikasi
dapat bersifat paragdimatis infleksional dan dapat pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paragdimatis tidak mengubah identitas leksikal, melainkan
hanya member makna gramatikal. Dan yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya.
Chaer, 2007:183 membagi reduplikasi menjadi 3 jenis, yaitu reduplikasi penuh, reduplikasi sebagian dan reduplikasi dengan perubahan bunyi. Dalam
bahasa Indonesia, Sutan Takdir Alisjahbana dalam Chaer, 2007:183 mencatat adanya reduplikasi semu, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil
reduplikasi, tetapi tidak tampak jekas bentuk dasar yang diulang. 3.
Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
4. Konversi
Universitas Sumatera Utara
18
Konversi sering disebut derivari zero, transmutasi dan transposisi. Konvensi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
penurunan unsur segmental. 5.
Modifikasi internal Modifikasi internal sering disebut penambaham internal atau perubahan
internal. Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur yang biasanya berupa vokal ke dalam morfem yang berkerangka
tetap biasanya berupa konsonan. Perubahan yang terjadi dalam proses modifikasi internal bersifat derivative karena makna identitas leksikalnya sudah
berbeda. 6.
Suplesi Suplesi sejenis modifikasi internal, tetapi dalam proses suplesi perubahannya
sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi bentuk dasar berubah total.
7. Pemendekan
Pemendekan adalah proses pengulangan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama
dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan disebut kependekan.
2.1.2 Proses Morfologis dalam Bahasa Jepang