Rumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Tujuan dan Manfaat Penelitian .1 Tujuan Penelitian

4 hormat yang dipergunakan untuk menghormati orang kedua atau orang yang menjadi pokok pembicaraan dengan cara merendahkan diri sendiri Bunkachou dalam Sudjianto, 2004:130. Teineigo adalah bahasa hormat yang dipakai untuk menghaluskan kata-kata yang diucapkan tanpa adanya hubungan merendahkan atau menaikkan derajat orang yang menjadi pokok pembicaraan Danasasmita, 1983:81. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang proses pembentukan kata dalam ragam bahasa hormat keigo yang dikhususkan pada ragam sonkeigo dan kenjougo. Ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo yang terdapat dalam komik “kamisama hajimemashita” karya Jurietta Suzuki yang digunakan sebagai sumber data. Dalam komik tersebut, penulis menemukan berbagai ragam bahasa hormat keigo dengan berbagai proses pembentuka kata yang jika dianalisis lebih jauh akan sangat bermanfaat bagi proses pengajaran maupun pembelajaran bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang proses pembentukan kata dalam ragam sonkeigo dan kenjougo dan menganalisisnya menggunakan teori Sutedi mengenai proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang . Judul yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah Analisis Proses Pembentukan Kata Pada Ragam Bahasa Hormat Sonkeigo dan Kenjougo dalam Komik “Kamisama Hajimemashita” karya Jurietta Suzuki.

1.2 Rumusan Masalah

Proses Pembentukan kata dalam bahasa Jepang dapat terjadi melalui berbagai cara, diantaranya melalui penggabungan morfem dan penambahan Universitas Sumatera Utara 5 imbuhan setsuji berupa awalan settouji serta akhiran setsubiji. Makna istilah awalan maupun akhiran dalam bahasa Jepang tidak sama dengan makna istilah awalan ataupun akhiran dalam Bahasa Indonesia, begitu juga dengan istilah morfem kinou keitaiso dalam bahasa Jepang yang berbeda maknanya dengan istilah morfem terikat dalam Bahasa Indonesia. Perbedaan ini ada kalanya menyulitkan pembelajar pemula bahasa Jepang dalam memahami proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba meminimalisir kesulitan pembelajar bahasa Jepang dengan menganalisis proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang khusus ragam bahasa sonkeigo dan kenjougo dengan rumusan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dalam komik “Kamisama Hajimemashita” karya Julietta Suzuki? b. Bagaimanakah proses pembentukan kata ragam bahasa hormat kenjougo dalam komik “Kamisama Hajimemashita” karya Julietta Suzuki?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis membatasai ruang lingkup objek penelitain ini agar lebih terfokus, sehingga hasil yang dicapai lebih spesifik, efektif dan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Objek penelitian dibatasi hanya pada kata-kata dalam ragam bahasa hormat khususnya sonkeigo dan kenjougo yang terdapat dalam komik “Kamisama Hajimemashita ” karya Jurietta Suzuki tahun 2008 yang kemudian penulis kelompokkan dalam beberapa proses pembentukan kata yang sesuai teori. Universitas Sumatera Utara 6 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Linguistik yang dalam bahasa Jepang disebut gengogaku 言語学 adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Sebagai ilmu bahasa, ada beberapa kajian yang menyangkut struktur-struktur internal dan eksternal dalam bahasa. Linguistik merumuskan kaidah-kaidah teoritis antar disiplin dan digunakan untuk memecahkan serta mengatasi masalah-masalah yang ada. Menurut Martinet dalam Chaer, 2007:2 linguistik itu adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam studi linguistik dikenal dua bidang kajian, yaitu kajian bidang mikrolinguistik dan kajian bidang makrolinguistik Chaer,1994:16 Kajian bidang mikrolinguistik adalah kajian bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalamnya, dengan kata lain mempelajari bahasa itu sendiri atau mempelajari bahasa secara langsung Kridalaksana, 2008:154. Kajian bidang makrolinguistik adalah kajian bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor dari luar bahasa, termasuk didalamnya bidang interdisiplin dan bidang terapannya Kridalaksana, 2008:148. Penelitian ini, adalah kajian mikrolinguistik yang membahas masalah morfologi khususnya mengenai proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo. Morfologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata morphe dan locos. Morphe berarti bentuk dan locos berarti ilmu. Berdasarkan asal katanya, arti morfologi adalah ilmu tentang bentuk. Dalam morfologi dipelajari bagaimana kata dibentuk serta perubahan-perubahan bentuk kata, sehingga pembicaraan Universitas Sumatera Utara 7 morfologi tidak keluar dari batas kata. Dalam bahasa Jepang, morfologi disebut keitairon. Menurut Nomura http:repository.maranatha.edu701130142009_Chapter1.pdf morfologi adalah : 文保論 一部門 形態素語 対処 主 形態化 研 究 部門 具体的 庭 品詞論 中心的内容 Bunpooron no ichibumon. Keitaiso go taishou toshi, shutoshite sorera no keitaika o kenkyuu suru bumon. Gutaiteki ni wa hinshiron ga chuushin tekinaiyou ni naru. „Bagian dari tata bahasa yang mempelajari morfem, kata serta pembentukannya ‟. Dari kutipan di atas, diketahui bahwa morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang bagaimana kata dibentuk dari gabungan morfem-morfem sehingga membentuk sebuah kata. Morfem adalah satuan bahasa terkecil, sebagai satuan bahasa terkecil morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna Kridalaksana, 1982:110. Dalam Bahasa Indonesia, menurut bentuk dan maknanya morfem terdiri dari morfem bebas dan terikat. Bahasa Jepang juga mengenal adanya morfem, yaitu jiyuu keitaiso morfem bebas, kousoku keitaiso morfem terikat, serta naiyou keitaiso morfem isi dan kinou keitaiso morfem fungsi. Sebelum memahami jenis-jenis morfem dalam bahasa Jepang, pembelajar bahasa Jepang harus terlebih dahulu memahami kelas kata atau jenis kata dalam bahasa Jepang. Sutedi 2003:44-45 menuliskan bahwa jenis kata dalam bahasa Jepang terdiri dari: meishi nomina, doushi verba, keiyoushi adjektiva, fukushi adverbia, jodoushi kopula dan joshi partikel. Universitas Sumatera Utara 8 Dalam masyarakat terdapat berbagai macam status sosial, serta adanya hubungan atas dan bawah atau antara bawahan dengan atasan. Berbeda dengan Bahasa Indonesia, bahasa Jepang membedakan ragam bahasa yang digunakan berdasarkan status sosial ataupun hubungan antara atasan dan bawahan. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa hormat yang dikenal dengan keigo, yang penggunaannya berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Menurut Ogawa dalam Primawati, 2010:1 keigo adalah ungkapan sopan yang dipakai pembicara dengan mempertimbangkan mitra tutur atau orang yang dibicarakan. Keigo terdiri dari sonkeigo, kenjougo dan teineigo. Sonkeigo adalah bahasa hormat yang dipergunakan untuk menyatakan rasa hormat pembicara dengan cara menaikkan derajat prang yang menjadi pokok pembicaraan. Kenjougo adalah bahasa hormat yang dipergunakan untuk menghormati orang kedua atau orang yang menjadi pokok pembicaraan dengan cara merendahkan diri sendiri.

1.4.2 Kerangka Teori

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, cabang linguistik yang mempelajari tentang pembentukan kata disebut morfologi. Menurut Verhaar 2008:11 morfologi menyangkut struktur internal kata. Secara etimologis istilah morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari gabungan kata morphe yang berarti bentuk dan locos yang berarti ilmu. Dan Chaer 1994:146 berpendapat bahwa morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Ketika membahas morfologi, maka tidak akan terlepas dari proses morfemis. Muchtar 2006:34 mengatakan proses morfemis ialah proses pembentukan kata Universitas Sumatera Utara 9 dimana kata-kata dibentuk dengan menghubung-hubungkan morfem yang satu dengan yang lain. Morfem adalah potongan yang terkecil dari kata yang mempunyai arti Koizumi, 1993:91. Sutedi 2003:44-46 menuliskan bahwa dalam pembentukan kata setsuji memegang peranan penting. Selain itu suatu kat ajuga bisa dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Menurut Sutedi 2003, sekurang- kurangnya ada empat jenis proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang, yaitu:

1. Haseigo kata kajian: yaitu kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou

ketaiso morfem isi dengan setsuji imbuhan. Proses pembentukannya bisa dalam formula berikut ini : 1 Settouji awalan + morfem isi jenis nomina  awalan o + morfem isi kelas kata nomina: okuruma  awalan go + morfem isi kelas kata nomina: gokazoku  awalan su + morfem isi kelas kata nomina: sugao  awalan ma + morfem isi kelas kata nomina: magokoro dan awalan lainnya. Fungsi awalan settouji o dan go yaitu sebagai penghalus dan digunakan hanya untuk orang lain. Kata okuruma di atas bermakna mobil anda bentuk sopan, dan kata gokazoku bermakna keluarga anda bentuk sopan. Fungsi awalan settouji su untuk menyatakan arti aslipolos dan awalan settouji ma untuk menyatakan kemurnian atau ketulusan. Kata sugao di atas bermakna wajah asli alami tanpa riasan atau bedak, dan kata magokoro di atas bermakna setulus hati. 2 Settouji awalan + morfem isi jenis adjektiva Universitas Sumatera Utara 10  awalan ka + morfem isi kelas kata adjektiva: kaguroi  awalan ko + morfem isi kelas kata adjektiva: kogitanai Fungsi awalan settouji ka untuk menyatakan arti sangat, dan fungsi awalan settouji ko untuk menyatakan arti agaksedikit. Kata kaguroi di atas bermakna sangat hitam atau hitam pekat, kata kogitanai bermakna agak kotor. 3 Morfem isi + setsubiji akhiran morfem isi dari bagian gokan adjektiva + akhiran sa: samusa.  morfem isi dari bagian gokan adjektiva + akhiran mi: amami.  morfem isi dari nomina verba + akhiran suru: benkyou suru  morfem isi dari nomina + akhiran teki: keizaiteki Akhiran setsubiji sa dan mi digunakan untuk mengubah adjektiva menjadi nomina, tetapi tidak semua adjektiva bisa diikuti sa dan mi. Kata samusa di atas bermakna dinginnya kelas kata nomina, dan kata amami bermakna manisnya kelas kata nomina. Akhiran suru berfungsi sebagai verba transitif dan juga verba intransitif. Tidak semua nomina bisa diikuti oleh suru, melainkan pada nomina yang menyatakan arti dari suatu perbuatan atau nomina verba saja.Kata benkyou suru di atas bermakna belajar verba. Akhiran teki digunakan untuk mengubah nomina menjadi adjektiva atau adverbia. Kata keizai teki di atas bermakna ekonomis.

2. Fukugougo gouseigo: kata yang terbentuk dari hasil penggabungan beberapa

morfem isi. Proses pembentukannya bisa dalam formula berikut ini: 4 Morfem isi + morfem isi morfem isi nomina + morfem isi nomina Contoh: ama + kasa = amagasa Universitas Sumatera Utara 11 Hon + tana = hondana Kata amagasa di atas adalah gabungan dari dua morferm isi yaitu {ama} yang berasal dari kata ame kelas kata nomina dan morfem isi {gasa} yang berasal dari kata kasa kelas kata nomina. Kata hondana di atas adalah gabungan dari dua morferm isi yaitu {hon} yang berasal dari kata hon kelas kata nomina dan morfem isi {dana} yang berasal dari kata tana kelas kata nomina. 5 Morfem isi + setsuji imbuhan morfem isi nomina + akhiran setsubiji berupa verba Contoh: Hi + kaeri = higaeri Toukyou + iki = Tokyo iki morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa nomina Contoh: Yaki + niku = yakiniku morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa verba membentuk verba Contoh: tori + dasu = toridasu  morfem isi verba + akhiran setsubiji berupa verba membentuk nomina Contoh: iki + kaeri = ikigaeri Kata higaeri di atas adalah gabungan dari morferm isi yaitu {hi}dari kelas kata nomina dan akhiran gaeri berasal dari verba kaeru. Kata Toukyou iki di atas adalah gabungan dari Toukyou dari kelas kata nomina dan akhiran iki berasal dari verba iku. Kata yakiniku berasal dari kata yaku verba dan kata niku nomina sebagai akhiran.. Kata toridashi berasal dari kata toru verba dan berupa kata dashi berasal dari verba dasu. Kata ikigaeri adalah gabungan dari kata iki berasal dari verba iku dan gaeri berasal dari verba kaeru.

3. Karikomi : akronim yang berupa suku kata atau silabis dari kosakata aslinya.

Universitas Sumatera Utara 12

4. Toujigo: singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf alphabet atau

romaji. Teori pembentukan kata dari Sutedi di atas penulis gunakan untuk menganalisis proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo. Songkeigo adalah ragam bahasa hormat untuk menyatakan rasa hormat terhadap orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya dengan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan Oishi Shotaro dalam Sudjianto, 2004:190. Sedangkan menurut Hiroshi dalam Primawati, 2010:10 menyatakan bahwa songkeigo mengandung makna chokusetsu sonchougo 直接尊重後 atau kata yang menghormati mitra tutur secara langsung. Dengan kata lain sonkeigo merupakan ungkapan yang langsung berfungsi menaikkan derajat atau kedudukan mitra tutur. Kenjougo adalah keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan diri pembicara termasuk benda-benda, keadaan, aktivitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan orang tersebut Oishi Shotaro dalam Sudjianto, 2004:192. Dan Hiroshi dalam Primawati, 2010:12 juga menjelaskan kenjougo mengandung makna kanketsu sonchougo 簡潔尊重語 atau kata yang menghormati mitra tutur secara tidak langsung. Bentuk ini merendahkan penutur namun memiliki makna menghormati mitra tuturnya atau orang yang dibicarakan. Pada umunmnya, keigo digunakan jika penutur berbicara tentang aktivitas dengan orang yang lebih superior atau status sosialnya lebih tinggi dari penutur. Universitas Sumatera Utara 13 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dalam komik Kamisama Hajimemashita karya Jurietta Suzuki. 2. Untuk mengetahui proses pembentukan kata ragam bahasa hormat kenjougo dalam komik Kamisama Hajimemashita karya Jurietta Suzuki. 1.5.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah: 1. Untuk dapat lebih memahami proses pembentukan kata ragam bahasa hormat dalam bahasa Jepang, khususnya sonkeigo dan kenjougo serta hubungannya dengan mitra tutur. 2. Dapat dijadikan bahan referensi bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya dalam proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo. Hal ini diperlukan agar tidak terjadinya pertukaran penggunaan antara sonkeigo dan kenjougo. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian