Morfem Dalam Bahasa Jepang

20 proses pembentukan kata ragam bahasa hormat sonkeigo dan kenjougo yang terdapat dalam komik “Kamisama Hajimemashita” karya Jurietta Suzuki.

2.2. Pengertian Morfem

Morfem yang dalam bahasa Jepang disebut keitaiso adalah potongan terkecil dari kata yang tidak bisa dipecah lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi.. Potongan kata tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri atau terikat dengan morfem lain koizumi dalam situmorang, 2007:11.

2.2.1. Morfem Dalam Bahasa Jepang

Sutedi 2003 menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang, kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi suatu kalimat tunggal, meskipun hanya terdiri dari satu kata, dinamakan jiyuu keitaiso morfem bebas. Sedangkan kata yang tidak bisa berdiri sendiri dinamakan kousoku keitaiso morfem terikat. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat melalui contoh kalimat di bawah ini: Contoh: Watashi ga yoku rajio o kiita. Pada contoh kalimat di atas, kata {watashi} dan {rajio}merupakan morfem bebas, karena tiap satuannya atau kata watashi dan rajio bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi kalimat walau hanya dengan satu kata tersebut. Partikel {ga} dan {o}, kata keterangan {yoku}, verba kiita yang terdiri dari gokan {ki} dan gobi {ita}, masing-masing termasuk ke dalam morfem terikat karena tidak bisa berdiri sendiri. Universitas Sumatera Utara 21 Dalam bahasa Jepang, ada kata yang hanya terdiri dari satu suku kata seperti ha gigi dan su cuka, kata ini karena bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi satu kalimat, maka merupakan satu morfem, yaitu morfem bebas. Kata hana bunga yang meskipun terdiri dari dua silabis, yaitu ha dan na, tetapi tetap merupakan satu morfem saja yaitu morfem bebas karena ha dan na pada kata hana tidak mengandung suatu makna. Dalam bahasa Jepang, lebih banyak penggunaan morfem terikat daripada morfem bebas. Salah satu contoh morfem terikat dalam bahasa Jepang adalah kata nihon yang terdiri dari dua morfem yaitu {ni} dan {hon} yang masing-masing adalah morfem terikat karena tidak bisa berdiri sendiri. Berbeda halnya dengan verba dan adjektiva yang bisa terdiri dari beberapa morfem karena terdiri dari dua bagian, yaitu gokan atau bagian depan yang tidak mengalami perubahan dan gobi atau bagian belakang yang mengalami perubahan. Misalnya verba yomu membaca dan adjektiva hikui rendah yang terdiri dari {yo} dan {hiku} sabagai gokan dan {mu} dan {i} sebagai gobi, kedua bagian tersebut masing-masing terdiri dari satu morfem. Akan tetapi, jika verba dan adjektiva tersebut diubah ke dalam bentuk menyangkal, kedua kata tersebut masing-masing menjadi tiga buah morfem, yaitu {yo}, {ma}, {nai} dan {hiku},{ku}, {nai}. Sutedi 2013 menuliskan pemilahan lain dalam morfem bahasa Jepang, yaitu adanya morfem isi 内容形態素 „naiyou keitaiso‟: morfem yang menunjukkan makna aslinya. Seperti nomina, adverbia, gokan dari verba atau adjektiva, dan morfem fungsi 機能形態素 „kinou keitaiso‟ : morfem yang menunjukkan fungsi gramatikanya. Seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula dan morfem pengekspresi kala時勢形態素 „jiseikeitaiso’. Misalnya, verba taberu makan Universitas Sumatera Utara 22 yang terdiri dari bagian gokan {tabe} dan gobi {ru}, bagian gokan tersebut menunjukkan arti “makan” yang merupakan morfem isi, sedangkan bagian gobinyamenunjukkan kala akan yang merupakan morfem fungsi. Dalam bahasa Jepang, partikel joshi, kopula jodoushi, dan unsur pembentuk kala jisei keitaiso merupakan morfem yang termasuk ke dalam kousoku keitaiso morfem terikat dan juga termasuk ke dalam kinou keitaiso morfem fungsi. Machida dan Momiyama dalam Sutedi 2003 menggolongkannya sebagai bagian dari setsuji imbuhan. Setsuji yang diletakkan di depan morfem yang lainnya disebut settouji awalan, sedangkan setsuji yang diletakkan di belakang morfem yang lainnya disebut setsubiji. Perlu diingat, bahwa analisis morfem yang mengacu pada penggunaan huruf Jepang hiragana dan kanji akan lain hasilnya dibanding dengan mengacu pada huruf Alfabet dengan menggunakan sistem Kunrei. Mengingat proses pengajaran bahasa Jepang serta bahan ajar bahasa Jepang yang digunakan di Indonesia khususnya di Depertemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara lebih banyak mengacu pada huruf hiragana dan kanji serta huruf alphabet yang menggunakan sistem Hepburn, maka analisis morfem bahasa Jepang dalam skripsi ini mengacu pada pengunaan huruf Jepang hiragana dan kanji serta alphabet dengan sistem Hepburn. 2.3. Kelas Kata 2.3.1 Kelas Kata Bahasa Indonesia