Kegiatan LMDH Jati Bagus sendiri sangat aktif baik di dalam maupun luar kawasan. Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan diantaranya ialah
penanaman, pemeliharaanpenjarangan, teresan, tebangan, dan penanaman Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi GP3K.
Sedangkan untuk kegiatan di luar kawasan diantaranya adalah koperasi, penanaman empon-empon, budidaya entok, jasa pembayaran listrik, foto
copy, pengetikan, dang penanganan sampah. Sharing yang diterima digunakan untuk kepentingan masyarakat
bersama. Setiap tahun LMDH Jati Bagus mendapatkan sharing dari Perhutani, untuk jumlahnya setiap tahunnya berbeda. Hasil sharing yang
diterima sudah merupakan hasil perhitungan dari Perhutani. Hasil tersebut tidak langsung dibagikan kepada para anggota, namun disimpan untuk
kepentingan-kepentingan LMDH maupun masyarakat luas. Misal ada warga yang mengajukan proposal bantuan dana untuk pembangunan ke LMDH,
ketika hasil sharing tersebut cukup untuk membantu maka hasil sharing tersebut digunakan untuk membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum
tersebut sehingga hasil sharing tersebut bermanfaat untuk orang banyak.
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, diperoleh data sebagai berikut.
1. Pengetahuan Kognitif Petani Hutan terhadap Program Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat PHBM.
Pengetahuan Kognitif dalam penelitian ini mempunyai 5 sub variabel yaitu 1 PengetahuanC1, 2 PemahamanC2, 3 PenerapanC3, 4
AnalisaC4, 5 EvaluasiC6. Sub variabel tersebut dilakukan pengukuran, dan dari pengukuran tersebut didapatkan gambaran pengetahuan kognitif
yang diikuti responden seluruh anggota LMDH Jati Bagus di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Distribusi tabulasi data
pengetahuan kognitif dapat dilihat pada tabel 4.8. Pada lampiran halaman 90.
Tabel 4.6 Tingkat Kognitif Petani Hutan
Interval Kriteria
Frekuensi 66 - 90
Baik 21
17 41 - 65
Cukup 74
59 15 - 40
Kurang 30
24 Jumlah
125 100
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa separuh lebih petani berada
pada kategori cukup yaitu 74 responden 59. Rata-rata persentase sebesar 51,1 termasuk kategori cukup, ini menunjukan bahwa tingkat kognitif
petani hutan belum baik, disamping itu terdapat juga jarak yang cukup jauh antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Hal ini menunjukan tidak meratanya
pengetahuan petani hutan akan tingkat kognitif tentang program PHBM itu sendiri. Nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendahnya sebesar 15.
Secara lebih detailnya mengenai pengetahuan kognitif dapat dilihat pada tabel 4.7 Pada lampiran halaman 84.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dalam analisis pengetahuan kognitif masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH
Jati Bagus Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dilihat dari persentase tingkat pengetahuan terbesar berada pada level evaluasi C6
yaitu sebesar 62. Sedangkan tingkat pengetahuan terkecil berada pada level analisa C4. Nilai Indeks Prestasi Tingkat Kognitif petani hutan
sebesar 1,27. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH Jati Bagus Desa Jomblang belum mengerti
sepenuhnya apa itu program PHBM, hal ini juga dipengaruhi juga tentang faktor tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, dimana sebagian besar
masyarakat berada pada jenjang Sekolah Dasar SD. 2.
Pelaksanaan Program PHBM Petani Hutan anggota LMDH Jati Bagus di Desa Jomblang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
Partisipasi masyarakat dalam melaksanaan program PHBM meliputi bidang perencanaan, bidang pembinaan sumberdaya hutan, bidang
pemasaran, bidang keruangan, dan bidang produksi. Secara keseluruhan gambaran tentang partisipasi pelaksanaan program PHBM masyarakat
berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 4.9
Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM Interval
Kriteria Frekuensi
61 - 95 Baik
29 23
46 - 60 Cukup
54 43
15 - 45 Kurang
42 34
Jumlah 125
100 Sumber: Data Analisis Penelitian 2016
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui hampir separuh partisipasi pelaksanaan program PHBM berada pada kategori cukup sejumlah 54
responden 43. Sedangkan rata-rata persentasenya sebesar 52 termasuk
kategori cukup sehingga menunjukkan bahwa tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PHBM belum baik. Hal ini
disebabkan karena masyarakat belum optimal dalam berpartisipasi melaksanakan kegiatan program PHBM, salah satunya adalah hanya aktif
ketika ada kegiatan tertentu. Padahal kegiatan pengelolaan hutan harus dilakukan secara berkelanjutan agar terciptanya alam yang lestari, sehingga
nantinya nantinya produksi hutan dapat terkelola dengan baik dan terjaga. Tingkat partisipasi yang belum maksimal menunjukkan bahwa masyarakat
atau anggota LMDH Jati Bagus kurang aktif dalam berbagai kegiatan PHBM, baik kegiatan LMDH maupun kegiatan yang diselenggararakan
bersama Perhutani. Secara lebih detailnya mengenai partisipasi pelaksanaan program PHBM dapat dilihat pada tabel 4.10 Pada lampiran halaman 85.
Berdasarakan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dalam analisis partisipasi pelaksanaan program PHBM
masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH Jati Bagus Desa Jomblang Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora dilihat dari tingkat partisipasi pelaksanaan terbesar berada pada program Pemasaran yaitu sebesar 58. Sedangkan untuk partisipasi
pelaksanaan terkecil berada pada program produksi yaitu 44. Kemudian untuk tingkat keberhasilan partisipasi pelaksanaan program PHBM ialah
sebesar 50 atau termasuk kategori cukup. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat desa hutan yang tergabung dalam anggota LMDH
Jati Bagus belum baik. Partisipasi dalam hal ini menunjukan kurangnya peran aktif petani hutan dalam melaksanakan kegiatan baik yang diberikan
LMDH ataupun Perhutani. Secara detail dapat dilihat pada hasil tabulasi data pada tabel 4.11 pada lampiran halaman 97.
3. Hubungan pengetahuan kognitif petani hutan terhadap pelaksanakan
program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kognitif terhadap
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PHBM, digunakan analisis tabulasi silang dimana variabel terpengaruhnya disusun sebagai
baris vertikal dan variabel pengaruh disusun sebagai kolom horizontal. Analisis tabulasi silang dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16. Hasil
tabulasi silang dapat dilihat pada lampiran halaman 103. Berdasarkan dengan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa nilai
r=0,777. Artinya, yang berarti hubungan antara variabel adalah 0,777. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel Pengetahuan Kognitif
dengan Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM. Hasil korelasi diketahui variabel Pengetahuan Kognitif memberikan sumbangan sebesar 60,37
terhadap variabel Partisipasi Pelaksanaan Program PHBM. Sisanya sebesar 39,63 ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam kasus atau
pembahasan ini Lebih jelasnya lihat pada lampiran halaman 104. Sedangkan dari hasil tabulasi silang diketahui seperti pada tabel 4.12
Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan Kognitif terhadap Partisipasi PHBM Partisipasi Pelaksanaan
Program PHBM Pengetahuan Kognitif
Kur ang
C ukup
B aik
Total
Kurang Freekuensi
15 14
1 30
Persentase 50
47 3
24 Cukup
Freekuensi 22
33 19
74 Persentase
30 44
26 59
Baik Freekuensi
5 7
9 21
Persentase 24
33 43
17 Total
Freekuensi 42
54 29
125 Persentase
34 43
23 100
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tampak bahwa dari 30 responden 24 yang memiliki tingkat
kognitif kurang, 15 responden memiliki partisipasi pelaksanaan program PHBM yang kurang pula. Begitupun pada pengetahuan kognitif baik, dari
21 responden 17 yang memiliki tingkat kognitif baik, sejumlah 9 responden memiliki partisipasi pelaksanaan program PHBM yang baik pula.
Kesimpulannya adalah apabila masyarakat memiliki pengetahuan kognitif yang kurang maka akan berpengaruh pada partisipasi pelaksanaan program
PHBM yang kurang pula, begitupun sebaliknya. Lebih jelasnya lihat pada lampiran halaman 103.
Pada saat peninjauan langsung kelapangan diambil dari 10 responden yang terdiri dari 7 responden yang memiliki kognitif sangat kurang dang 3
responden yang memiliki kognitif sangat baik. Pada peninjauan lapangan
hanya diambil 10 responden karena jika diambil semua tidak memungkinkan satu per satu. Lebih jelasnya lihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Tinjauan Petakan Hutan No
No. Resp.
Pengetahuan Kognitif
Partisipasi Program PHBM
Petak Kondisi
Lapangan 1
R-037 Kurang Kurang
6018 A Tidak Baik
2 R-039 Kurang
Kurang 6018 A
Tidak Baik 3
R-040 Kurang Kurang
6018 C Baik
4 R-041 Kurang
Kurang 6018 B
Tidak Baik 5
R-042 Kurang Kurang
6018 B Tidak Baik
6 R-081 Kurang
Kurang 6018 B
Tidak Baik 7
R-078 Kurang Kurang
6051 A Baik
8 R-006 Baik
Baik 6051 A
Baik 9
R-014 Baik Baik
6051 A Baik
10 R-032 Baik
Cukup 6051 B
Tidak Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Gambar 4.7 Petak Hutan 6051 A dengan Kondisi yang Baik. Sumber: Dokumentasi Penelitian 2016
Faktanya, menunjukan bahwa faktanya 2 dari 7 responden yang memiliki kognitif kurang setelah ditinjau petakan hutan garapan
menunjukan bahwa hutan yang digarap dalam kondisi yang baik. Sedangkan untuk 3 responden yang memiliki kognitif baik, setelah ditinjau langsung
kelapangan bahwa 1 dari 3 responden yang memiliki kognitif yang baik, menunjukan bahwa fakta pada kondisi petak garapan hutan tidak dalam
kondisi baik. Hal ini menunjukan bahwa tidak semua petani hutan yang memiliki pengetahuan kognitif yang kurang juga berdampak pada
partisipasi pelaksanaan program yang kurang juga, faktanya terdapat petakan garapan petani yang memiliki pengetahuan kognitif yang kurang
akan tetapi setelah ditinjau lapangan petak garapan petani hutan tersebut dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan responden tersebut lebih suka
melakukan pekerjaan lapangan daripada mengikuti forum pertemuan rutin keanggotaan LMDH.
Gambar 4.8 Petak Hutan 6051 B dengan Kondisi yang Tidak Baik. Sumber: Dokumentasi Penelitian 2016
Begitu juga sebaliknya tidak semua petani hutan yang memiliki pengetahuan kognitif yang baik berdampak pada partisipasi pelaksanaan
program yang baik juga. Faktanya, terdapat petakan garapan petani yang memiliki pengetahuan kognitif baik akan tetapi setelah ditinjau lapangan
petak garapan petani hutan tersebut tidak dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan responden tersebut lebih suka melakukan pertemuan rutin
keanggotaan LMDH daripada melakukan pekerjaan lapangan.
4.2. Pembahasan