kompleks secara bertingkat. Beberapa prinsip dasar yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengingat taksonomi digunakan dalam unit-unit dan program pendidikan, memiliki perbedaan antara kelas perlu mencerminkan
bagian yang sesuai dengan tingkah laku siswa yang diharapkan. 2. Mengingat taksonomi itu harus logis dan konsisten maka
dikembangkan berdasarkan keutuhan materi, sesuai dengan struktur internal keilmuan.
3. Mengingat taksonomi harus konsisten dengan pemahaman gejala psikologis, maka pembedaan secara psikologis tak dapat
dipertahankan meskipun secara teratur telah dirancang oleh para guru.
4. Mengingat penggolongan merupakan suatu rencana yang relatif deskriptif, maka harus menunjukan atau mewakili setiap tujuan
jenis pendidikan secara netral. Kemudian dalam kemampuan intelektual mencangkup pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi diterapkan untuk membantu membangun pengetahuan. Dalam penelitian ini untuk pencapaian
pengetahuan kognitif diperoleh beberapa indikator, diantaranya: 1 Pengetahuan, 2 Pemahaman, 3 Aplikasi, 4 Analisis, 5 Evaluasi.
2.1.3. Petani Hutan
Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan itu. Berdasarkan perngertian tersebut petani erat kaitannya dengan pertanian. Definisi pertanian adalah kebudayaan yang
pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber
pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia Nurmala, 2012:1. Pada kegiatan pertanian, petani mempunyai dua tugas atau peranan,
yaitu sebagai penggarap dan sebagai manajer. Petani sebagai penggarap mempunyai tugas untuk menggarap, merawat, dan memelihara tanaman dan
hewan yang dimilikinya. Tujuannya adalah untuk mencapai atau menghasilkan produk yang optimal. Petani sebagai manajer, dalam kegiatan
pertanian dibutuhkan pengelolaan dan majerial yang tepat. Apabila pengelolaan atau manajerial tidak baik, maka besar kemungkinan kurang
hasilnya atau bahkan bisa gagal total Banowati, 2015:47-49. Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Petani hutan merupakan masyarakat kawasan hutan yang
melakukan aktifitas pertanian dengan memanfaatkan lahan sebagai sumberdaya alam dengan melakukan pengelolaan hutan untuk memenuhi
kebutuhan sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan lingkungan. Dalam hal ini erat kaitannya dengan
pertaniaan berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang dapat mengarahkan pemanfaatan oleh manusia lebih besar, efesiensi penggunaan
sumberdaya lahan lebih besar dan seimbang dengan lingkungan, baik dengan manusia maupun dengan hewan Nurmala, 2012:29. Ada beberapa
syarat ataupun ketentuan tentang pertanian dikatakan sebagai pertanian berkelanjutan Banowati, 2013:161-162. Syarat atau ketentuan tersebut
antara lain: a. Mantap secara ekologis
Artinya bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan manusia, tanaman,
hewan, dan organisme tanah ditingkatkan. b. Berkelanjutan secara ekonomis
Artinya bahwa petani mampu menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan pendapatan sendiri serta mendapatkan penghasilan
yang cukup untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang digunakan.
c. Adil Artinya bahwa sumber daya alam dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan
lahan, modal, serta pemasaran terjamin.
d. Manusiawi Artinya bahwa semua bentuk kehidupan tanaman, hewan,
manusia harus dihargai keberadaanya. e. Luwes
Sistem pertanian yang ada harus mampu dijangkau oleh masyarakat pedesaan.
2.1.4. Program PHBM