4.3. Tutupan Karang Hidup di Pulau Air
Penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan antara lain mengetahui kondisi terumbu karang di Pulau Air berdasarkan persentase tutupan karang
hidupnya. Pengambilan sampel dilakukan di kedalaman 3-5 m dan 10-13 m pada setiap arah mata angin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa rata-rata persentase tutupan karang hidup di Pulau Air adalah 44,21 yang tergolong dalam kondisi sedang menurut kategori
Gomes dan Yap 1988 dalam Fachrul 2008.
Gambar 12.
Persentase tutupan karang hidup di Pulau Air Hasil penelitian senada pernah dinyatakan oleh Suharsono et al. tahun
2010, yaitu persentase tutupan karang hidup di Pulau Air sebesar 43,16
yang tergolong dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil yang tertera pada
Gambar 12, persentase tutupan karang hidup yang paling tinggi terdapat pada stasiun barat yaitu sebesar 65,03 yang tergolong dalam kategori baik.
Adapun persentase tutupan karang hidup yang paling rendah terdapat pada stasiun selatan yaitu sebesar 30,76 yang tergolong dalam kategori sedang.
Persentase tutupan karang hidup pada stasiun selatan lebih rendah dibandingkan stasiun lainnya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh kegiatan
transportasi kapal yang menggunakan jangkar, baik yang digunakan untuk perikanan, pariwisata, dan lain sebagainya. Selain itu, pada stasiun selatan
ditemukan banyak patahan karang Gambar 13 yang semakin memperkuat dugaan adanya kerusakan pada tutupan karang hidup di lokasi tersebut.
Pulau Air merupakan pulau yang berada di luar kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Belum adanya pengelolaan secara langsung di
pulau tersebut merupakan kendala dalam hal pengawasan kegiatan-kegiatan yang berpotensi megancam kelangsungan hidup terumbu karang. Dugaan
lainnya berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk di sekitar Pulau Air, pada tahun 1980
–an terjadi eksploitasi karang dan pasir dengan tujuan sebagai bahan baku pembangunan rumah.
Gambar 13. Patahan karang rubble Dok. Pribadi, 2015
Persentase tutupan karang hidup bernilai lebih tinggi pada kedalaman 3-5 m hampir di seluruh stasiun penelitian Gambar 12. Hal tersebut
dikarenakan terumbu karang memerlukan perairan yang intensitas cahayanya tinggi. Menurut Castro dan Huber 2003, cahaya sangat dibutuhkan dalam
proses fotosintesis zooxanthellae yang berperan dalam pertumbuhan dan proses pembentukan kerangka kapur karang.
Terdapat perbedaan pada stasiun barat yaitu persentase tutupan karang hidup di lokasi tersebut justru lebih rendah pada kedalaman 3-5 m.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai Taman Nasional kepulauan Seribu, bagian barat Pulau Air merupakan lokasi yang banyak dikunjungi
wisatawan untuk melakukan snorkeling. Adanya aktivitas wisata snorkeling diperkirakan dapat mengancam kehidupan terumbu karang, seperti kegiatan
memegang, menginjak, dan mematahkan karang oleh para wisatawan. Karang keras dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bentuk
pertumbuhan life form Acropora dan Non-Acropora UNEP, 1993. Life form karang keras yang ditemukan di Pulau Air saat pengamatan antara lain
Acropora Branching ACB, Acropora Digitate ACD, Acropora Submassive ACS, Acropora Tabulate ACT, Coral Branching CB, Coral Encrusting
CE, Coral Foliose CF, Coral Massive CM, Coral Mushroom CMR, dan Coral Submassive CS Gambar 14.
Persentase tutupan karang hidup dengan bentuk pertumbuhan masif terlihat mendominasi pada stasiun barat dan timur. Adapun persentase tutupan
karang hidup dengan bentuk pertumbuhan bercabang terlihat banyak ditemukan pada stasiun selatan dan utara. Hal tersebut berkaitan dengan
kecepatan arus pada masing-masing stasiun. Stasiun barat dan timur memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi dari stasiun utara dan selatan Lampiran 3.
Gambar 14. Persentase tutupan karang keras di Pulau Air
Selain itu, stasiun barat dan timur setiap tahunnya mengalami tekanan berupa hempasan angin musiman dengan kecepatan angin mencapai 20 dan 15
knot Putrajaya, 2010. Umumnya karang dengan bentuk pertumbuhan masif lebih kebal terhadap tekanan dari arus yang cukup besar. Johan 2003
menyatakan bahwa karang dengan bentuk pertumbuhan masif lebih banyak tumbuh di daerah berarus.
Ekosistem terumbu karang tidak hanya dihuni oleh karang keras dan karang lunak. Terdapat komponen lain yang menyusun ekosistem terumbu
karang antara lain abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri atas pasir, batu, karang mati dan patahan karang. Komponen biotik terdiri atas karang
hidup dan biota lain seperti alga, Echinodermata, Porifera, Zoanthid dan
Ascidian. Berdasarkan Gambar 15, dapat diketahui perbedaan persentase tutupan substrat dasar di Pulau Air.
Substrat dasar tertutupi oleh komponen biotik seperti alga, antara lain Padina sp., Sargassum sp. dan Halimeda sp. yang berkisar antara 0,72-22,92
, dan biota lain yang berkisar antara 0,28-9,77 . Komponen abiotik yang menutupi substrat dasar meliputi karang mati, yang berkisar antara 6,37-52,93
, dan abiotik lain seperti batu, pasir, dan patahan karang, yang berkisar antara 1,52-33,75 . Persentase tutupan karang mati didominasi oleh dead
coral with algae karang mati dengan alga yang menimbulkan dugaan bahwa tekanan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dan perubahan lingkungan
sudah berlangsung cukup lama.
Gambar 15. Persentase tutupan substrat dasar di Pulau Air
4.4. Hubungan Antara