1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepulauan Seribu merupakan kumpulan pulau-pulau kecil yang terletak di perairan Teluk Jakarta, yang membentang dari selatan yang
lokasinya dekat dengan daratan Pulau Jawa hingga ke utara yang lokasinya jauh dari daratan Pulau Jawa. Kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu
pertama kali diteliti oleh Umbgrove pada tahun 1928, yang menjumpai kondisi karang di Kepulauan Seribu umumnya dalam kondisi baik Suharsono
et al., 2010. Salah satu peranan terumbu karang yaitu sebagai tempat tinggal
berbagai jenis mahluk hidup laut. Terumbu karang menyediakan makanan, tempat memijah dan merawat juvenile, serta perlindungan bagi biota-biota lain
Guntur, 2011. Salah satu biota yang menghuni terumbu karang adalah Acanthaster planci Bintang Laut Mahkota Duri. A. planci berperan untuk
menyeimbangkan populasi karang yang memiliki kemampuan tumbuh cepat karang bercabang, sehingga dapat memberi ruang bagi koloni karang yang
memiliki kemampuan tumbuh lambat karang masif Fraser et al., 2003. A. planci merupakan biota yang umum ditemukan dalam ekosistem
terumbu karang. Ancaman yang akan muncul adalah apabila populasi A. planci dalam ekosistem terumbu karang tidak terkontrol sehingga justru
menimbulkan dampak yang negatif. Menurut Endean dan Stablum 1975 dalam Reitchelt et al. 1990, jika populasinya lebih dari 14 individu per 1000
m
2
maka keberadaannya sudah mengancam terumbu karang.
Kehadiran A. planci di Indonesia khususnya di Kepulauan Seribu telah beberapa kali dilaporkan, antara lain di Pulau Lancang, Pulau Tikus, Pulau
Pari, Pulau Genteng dan Pulau Kelapa. Sebanyak 5-7 individu per 2000 m
2
ditemukan di Pulau Lancang pada tahun 1969 dan 4-23 individu per 4000 m
2
ditemukan di Pulau Pari pada tahun 1975-1977. Kondisi lainnya dilaporkan oleh Darsono pada tahun 1981 yang menyatakan bahwa terdapat 44 individu
per 400 m
2
di Pulau Genteng dan 52 individu per 400 m
2
di Pulau Kelapa Aziz, 1995. Puslitbang Oseanologi-LIPI bekerja sama dengan Australia
menyatakan hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa populasi A. planci di Kepulauan Seribu masih dalam kondisi yang normal atau belum
dalam tingkat yang membahayakan Suharsono, 1991. Pulau Air merupakan salah satu pulau yang menyusun gugusan
Kepulauan Seribu dan berperan sebagai daerah penyangga Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pulau Air adalah pulau yang tidak berpenghuni dan
merupakan salah satu pulau yang dimanfaatkan sebagai lokasi wisata dengan aktifitas manusia yang sering dilakukan adalah snorkeling dan diving. Kondisi
tutupan karang hidup di Pulau Air berkisar antara 27,18-37,88 yang berarti berada dalam kategori sedang Subhan et al., 2008.
Aktifitas manusia dan meledaknya populasi A. planci merupakan dua hal yang dapat menjadi ancaman kelangsungan hidup terumbu karang di Pulau
Air. Salah satu ancaman yang akan ditimbulkan oleh ledakan A. planci pada ekosistem terumbu karang adalah laju predasi yang tidak terkendali sehingga
akan menekan nilai tutupan karang hidup di wilayah tersebut.
Telah banyak dilakukan penelitian mengenai ekosistem terumbu karang di pulau-pulau penyusun gugusan Kepulauan Seribu, khususnya di
dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Salah satunya adalah penelitian Efrinawati 2012 tentang kondisi terumbu karang di Pulau
Pramuka. Selain itu terdapat pula penelitian mengenai biota penghuni ekosistem terumbu karang, yaitu bulu babi, yang dilakukan oleh Antarnusa
2014 di Pulau Pramuka. Penelitian mengenai Asteroidea juga pernah dilakukan oleh Mardiansyah 2008 di Pulau Kelapa. Namun masih sedikit
penelitian di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu, khususnya mengenai predasi A. planci terhadap terumbu karang.
Berdasarkan peranan Pulau Air sebagai daerah penyangga, maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai kepadatan A. planci di Pulau Air.
Penelitian ini merupakan salah satu upaya pemantauan dalam pengambilan tindakan pengelolaan di kemudian hari, khususnya pada ekosistem terumbu
karang di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Penelitian ini bermaksud agar daerah penyangga tetap terjaga sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa mengganggu kestabilan ekosistem di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
1.2. Batasan Masalah