6 Nugroho 2012 juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,
Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital
asset tidak berpengaruh terhadap ROA. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai faktor yang
mempengaruhi profitabilitas di suatu perusahaan mendorong penulis untuk meneliti kembali variabel dari penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut,
penulis ingin menguji dan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ”
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini “Apakah manajemen modal kerja, likuiditas,
leverage, dan corporate governance berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2013?”
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah manajemen
7 modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance berpengaruh terhadap
profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013.
1.4. Manfaat Penelitian
a Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya
mengenai pengaruh manajemen modal kerja, likuiditas, leverage, dan corporate governance terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. b
Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya
yang sejenis
dengan menggunakan atau menambah variabel agar hasil penelitian menjadi lebih
lengkap dan baik. c
Bagi para praktisi dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan mengenai pengaruh manajemen modal kerja,
likuiditas, leverage, corporate governance terhadap profitabiltas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010 – 2013.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Literatur 2.1.1 Teori Agency
Dalam rangka memahami konsep profitabilitas, maka digunakanlah dasar persfektif hubungan keagenan. Konsep agency theory menurut Anthony dan
G ovindarajan 1995 dalam Ma’ruf 2006 yang dikutip Siagian 2011 : 10
adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,
termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
bertindak sebagai principal, dan CEO Chief Executive Officer sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara
manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri
sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing
– masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
9 munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian
yang lebih besar dan secepat –cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan
sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar
–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Maka dari itu mau tidak mau para manajer berusaha
untuk meningkatkan tingkat profitabilitas agar kebutuhan baik para pemegang saham maupun manajer sama sama terpenuhi.
2.1.2 Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pedapatan investasi.
Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu menggunakan modal atau aktiva yang dimilikinya Kasmir, 2008 : 135.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:
1 Gross profit margin GPM
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross
profit margin maka semakin baik. Rumus untuk mencari GPM adalah sebagai berikut:
10 2
Operating profit margin OPM. Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. Rumus untuk mencari OPM adalah sebagai berikut:
3 Net profit margin NPM.
Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga
dan pajak. 4
Return on assets ROA. Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
5 Return on investment ROI
Return on
Investment menunjukkan
kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan
aktivanya dalam kegiatan perusahaannya.
6 Return on equity ROE
Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan.
11 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan return on asssets ROA sebagai
parameter profitabilitas.
2.1.3 Manajemen Modal Kerja
Pengertian manajemen modal kerja menurut Brigham and Daves 2004 : 697,
“Working capital management involves both setting working capital policy and carrying out that policy in day-to-day operation
”. Dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi kebijakan modal kerja dan penggunaannya pada
operasional perusahaan sehari-hari. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan yaitu: 1
Perputaran Modal Kerja Menu
rut Abdullah 2005 : 71 “manajemen penggunaan modal kerja dapat diuji dengan menggunakan rasio perputaran modal kerja working
capital turnover, yakni perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode
tertentu”. Bila volume penjualan naik, investasi persediaan dan piutang meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Formulasi dari
working capital turnover WCT adalah sebagai berikut:
2 Perputaran Persediaan
12 Menurut Jumingan 20
08:128 menjelaskan bahwa : “Perputaran Persediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan kembali selama satu
periode akuntansi”. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada
perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan
perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita
dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan.
3 Perputaran Aset Tetap
Menurut Harahap 2010 : 309 menjelaskan bahwa “rasio perputaran asset tetap menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila diukur dari
volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aset tetap menciptakan penjualan tinggi. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
13 4
Rasio Perputaran Piutang Menurut Harahap 2010 : 308 menjelaskan bahwa “rasio perputaran
piutang menunjukkkan berapa cepat penagihan utang”. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan working capital turnover WCT sebagai parameter profitabilitas sebab working capital turnover
menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan..
2.1.4 Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek Kasmir, 2008: 110.
Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan likuiditas badan usaha maupun di dalam perusahaan likuiditas perusahaan. Atau dengan kata lain, rasio likuiditas
merupakan yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang- utang kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban utang pada saat ditagih. Caranya dengan membandingkan seluruh komponen
14 yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar utang jangka
pendek. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan
yaitu: 1
Rasio Lancar Current Ratio
Rasio lancar Current Ratio adalah aktiva lancar perusahaan yang dibagi dengan kewajiban lancar Garrison dkk, 2007 : 600. Rumus dari
current ratio adalah sebagai berikut:
2 Rasio Cepat Quick Ratio
Rasio Cepat Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar utang jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan inventory Kasmir, 2008 :137. Quick ratio
dapat dihitung dengan formula :
Sebagai parameter dari likuiditas, penulis menggunakan current ratio CR. Karena dalam praktiknya, sering kali dipakai bahwa rasio lancar
dengan standar 200 2:1 yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi perusahaan Kasmir, 2008 : 135.
Current ratio yang tinggi juga menunjukkan posisi para kreditor yang baik
15 karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu
akan dapat dibayar pada waktunya Andika, 2013 : 11. Rumus dari current ratio adalah sebagai berikut:
2.1.5 Leverage
Seperti yang diketahui, dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah
pinjaman atau modal sendiri. Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman
haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini leverage ratio rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas, kita dapat menggunakan rasio
leverage. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio leverage yang sering
digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas
antara lain :
1 Debt to asset ratio
Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva Kasmir,
16 2008: 156. Rumusan untuk mencari debt to asset ratio dapat digunakan
sebagai berikut :
2 Debt to equity ratio
Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui dana yang disediakan peminjam kreditor
dengan pemilik perusahaan. Bagi perusahaan, semakin tinggi rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan tersebut. Rumus dari debt to
equity ratio adalah sebagai berikut:
3 Long term debt to equity ratio
Long Term Debt to Equity Ratio LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan Kasmir, 2008 : 159. Rumusan untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah
dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri, yaitu:
17 4
Time interest earned Menurut J. Fred Weston, times interest earned merupakan rasio untuk
mencari jumlah kali perolehan bunga. Jumlah kali perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun
tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Kasmir, 2008: 160. Rumus untuk mencari Time
Interest Earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:
Atau
5 Fix charged coverage
Fixed Charge Coverage FCC merupakan rasioyang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa Kasmir, 2008 : 162.Rumus untuk mencari Fixed Charged Coverage FCC adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini penulis menggunakan debt to equity ratio DER sebagai parameter dari rasio leverage. Karena bagi perusahaan, semakin tinggi
rasio ini akan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan dan mempengaruhi profitabilitas perusahaan tersebut.
18
2.1.6 Corporate Governance
Corporate governance menurut Tunggal 2014: 365 adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan
nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Penerapan Corporate Governance yang baik
memberikan manfaat sebagai berikut: a.
perbaikan dalam komunikasi b.
minimisasi potensial benturan c.
fokus pada strategi-strategi utama d.
peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi e.
kesinambungan manfaat f.
promosi citra korporat g.
peningkatan kepuasan pelanggan h.
perolehan kepercayaan investor Tunggal, 2014 : 373. Menurut The Forum for Corporate Governancein Indonesia yang dikutip
oleh Tunggal 2014 :374, kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah:
a. lebih mudah memperoleh modal
b. biaya modal Cost of capital yang lebih rendah
c. memperbaiki kinerja usaha
d. mempengaruhi harga saham
e. memperbaiki kinerja ekonomi.
Unsur-unsur yang penting dalam corporate governance yang baik menurut Tunggal 2014: 400 terdiri atas:
a. komisaris
b. pemegang saham
c. direksi
d. komite audit
e. sekretaris perusahaan
f. manajer dan karyawan
g. auditor eksternal
h. auditor internal
i. stakeholder lainnya pemerintah, kreditor, dan lain-lain
19 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran dewan komisaris sebagai
parameter corporate governance. Menurut UU No. 11995 tentang Perseroan Terbatas menganut two board system, yaitu direksi dan komisaris. Ini merupakan
system yang dianut dari continental, Belanda. Ada direksi sebagai pengurus dan komisaris sebagai pengawas. Sedangkan di Amerika menganut single
boardsystem yang disebut Board of Directors. Board of Directors di Indonesia Dewan Komisaris merupakan faktor
sentral dalam corporate governance karena hukum perseroan menempatkan tanggung jawab legal atas urusan suatu perusahaan kepada Board of Directors.
Board of Directors secara legal bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran korporat, mengembangkan kebijakan yang luas, dan memilih personel tingkat atas
untuk melaksanakan sasaran dan kebijakan tersebut. Board of Directors juga menelaah kinerja manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan
secara baik dan kepentingan pemegang saham dilindungi. Ukuran dewan komisaris pada penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah
seluruh anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.
UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain
terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat
mendukung penelitian ini.
20
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Terdahulu
Variabel Penelitian Hasil penelitian
1 Debora
2014 Variabel
Independen: Liquidity, working
capital
turnover, inventory turnover
Variabel Dependen : Profitabilitas
Secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan
perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan
95. Namun
secara simultan, likuiditas, perputaran modal
kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95
2 Ginting
2013 Variabel
Independen: :
Manajemen Modal kerja dan
Likuiditas Variabel
Dependen: Profitabilitas
1. Manajemen modal kerja tidak
memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas
2. Likuiditas berpengaruh terhadap
profitabilitas 3.
Manajemen modal kerja dan likuiditas
secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas
3 Nugroho
2012 Variabel
Independen: Working
capital turnover
Current ratio Total debt to total
capital asset. Variabel
Dependen : Profitability
ROA 1.
Secara parsial Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Debt
to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
2. Secara Simultan Working Capital
Turnover, Current Ratio, dan Debt to
Total capital
asset tidak
berpengaruh terhadap ROA.
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2014
21 Debora 2014 yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal
kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Namun secara simultan, likuiditas dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. Ginting 2013 juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas
terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal
kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas.
Nugroho 2012 juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT.
Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital asset tidak berpengaruh terhadap ROA.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual