1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri- industri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan di Indonesia yang
berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalahperusahaan manufaktur.Perusahaan Manufaktur merupakan salah satu yang berkembang saat
ini di Indonesia. Perkembangan ini dapat dilihat dari sepanjang triwulan II tahun 2014, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tercatat naik
tipis sebesar 4,57 persen dibanding triwulan II tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terutama disokong oleh peningkatan produksi industri mesin dan
perlengkapan, makanan dan farmasi, serta produk obat kimia dan obat tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur memiliki peluang bisnis yang
cukup baik. Adapun industri yang tercatat mengalami penurunan produksi yakni industri
tekstil, jasa reparasi dan pemasangan mesin, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman. Provinsi yang paling tinggi mengalami kenaikan
adalah Papua Barat, naik 26,14 persen, year-on-year. Sementara Banten turun 4,34 persen.
http:www.tempo.coreadnews20140804092597213Industri- Manufaktur-Tumbuh-Tipis
.
2
Sumber: www.idx.co.id
data diolah
Gambar 1.1 Rata-Rata Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun
2010-2013
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwasanya rata-rata profitabilitas Perusahaan Manufaktur pada tahun 2010 sebesar 6.43, kemudian naik pada
tahun 2011 menjadi 7.61, dan pada tahun 2012 menjadi 7.91, dan menurun
pada tahun 2013 menjadi 6.87.
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba memiliki peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan apakah
perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia perindustrian. Salah satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta memajukan
perusahaannya yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas perusahaannya. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendeknya. Perusahaan harus dapat menjaga likuiditasnya dengan cara mengatur kewajiban jangka pendeknya. Semakin banyak perusahaan
3 menahan uang kasnya maka semakin likuid perusahaan tersebut, dan semakin
berkurang pula uang kas yang digunakan oleh perusahaan dalam peredarannya. Selain likuiditas, faktor lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
faktor modal kerja. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan baik dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari
– hari maupun untuk melunasi hutang– hutangnya dan membiayai investasi jangka panjangnya akan membutuhkan dana.
Dana yang digunakan untuk hal –hal yang demikianlah yang disebut sebagai
modal kerja. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja working capital
turnover, perputaran persediaan inventory turnover, perputaran aset asset turnover dan perputaran piutang receivable turnover. Perputaran modal kerja
dimulai dari saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja, makin cepat
perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas semakin meningkat.
Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik, modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.Secara langsung, manajemen modal kerja yang baik akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan. Manajemen modal kerja akan berusaha untuk menekan bahkan berusaha menghilangkan resiko yang bersifat jangka panjang seperti melakukan
investasi secara berlebihan.
4 Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah
penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan
modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat
pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat. Semakin besar rasio solvabilitas leverage berarti semakin besar biaya yang
harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi solvabilitas
maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu perusahaan antara
lain tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi dan pemanfaatan aset, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah satu indikator
penilaian profitabilitas yaitu melalui pendekatan pemanfaatan aset dengan menggunakan tingkat pengembalian aset return on asset atau yang disingkat
dengan ROA sebagai alat ukur profitabilitas perusahaan, alasannya karena tingkat pengembalian aset berkaitan erat dalam menilai efektivitas dan intensitas aktivitas
dalam menghasilkan penjualan yang merupakan salah satu faktor penilaian modal kerja dan profitabilitas dan selain itu aset persediaan diangggap sebagai faktor
yang paling likuid dibandingkan indikator yang mempengaruhi profitabilitas lainnya. ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa
mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi asetnya.
5 Selain itu, dalam perusahaan biasa dikenal suatu istilah yang dinamakan
corporate governance. Praktek corporate governance ini diakui membantu mengebalkan perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam
banyak hal, corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai 30 diatas tingkat kembalian rate of return yang
normal. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Debora 2014 yang menganalisis pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil dan
garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas berpengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan perputaran modal kerja dan peputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95.
Namun secara simultan, likuiditas dan, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat
kepercayaan 95. Ginting 2013 juga meneliti pengaruh manajemen modal kerja dan likuditas
terhadap profitabilitas pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal
kerja tidak memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas, sedangkan likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. Dan secara simultan,
manajemen modal kerja dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
6 Nugroho 2012 juga meneliti pengaruh Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,
Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Secara parsial WCT, CR, dan Debt to Total Capital Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara Simultan WCT, CR, dan Debt to Total capital
asset tidak berpengaruh terhadap ROA. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengenai faktor yang
mempengaruhi profitabilitas di suatu perusahaan mendorong penulis untuk meneliti kembali variabel dari penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut,
penulis ingin menguji dan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ”
1.2. Perumusan Masalah