80
4.3 Rekapitulasi Pendidikan, Pendapatan dan Luas Lahan Milik Petani
Yang Melakukan Peralihan
Tabel 13. Rekapitulasi Pendidikan, Pendapatan dan Luas Lahan Milik Petani Yang
Melakukan Peralihan
No .
Nama Pendidikan
Luas Lahan
Penghasilan Tahun
1 .
Bpk Tomsom Sinaga S1
2 H ±200 Juta
2 .
Bpk Sumardi Siregar SMA
3 H ± 250 Juta
3 .
Ibu Risma Munte MAN
1,5 H ± 100 Juta
4 .
Ibu Sarina Tumangger SMA
1 H ± 100 Juta
5 .
IbuYurmaini Sagala D3 Kebidanan 1 H
± 100 Juta 6
. Ibu Marina Berasa
S1 1,2 H
± 100 Juta 7
. Bpk Sakat Sukardi
Brampu S1
1 H ± 100 Juta
8 .
Bpk Toni Sitorus SMA
1 H ± 100 Juta
9 .
Bpk Beni Sinambela SMA
1 H ± 100 Juta
10 . Bpk Robert Sitakar
SMA 1 H
± 100 Juta 11
. Ibu Julita Siregar SMA
1 H
± 100 Juta 12
. Bpk Tetap Tarigan SMA
2 H ± 150 Juta
13 . Bpk Berta Sihite
SMA 1,5 H
± 150 Juta 14
. Ibu Satina Brasa SMA
1 H ± 100 Juta
15 . Bpk Ahyar Cibro
SMA 1,5 H
± 100 Juta
Berdasarkan tebel rekapitulasi di atas, bahwa untuk pendidikan petani di Kelurahan Panji Dabutar yang melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman
kopi ke tanaman jeruk lebih dominan tamatan SMA. Untuk luas lahan milik petani lebih banyak memiliki 1 Ha lahan pertanian, sedangkan untuk penghasilan
petani ketika sudah beralih menanam jeruk, untuk hasil tanaman jeruk dari luas
Universitas Sumatera Utara
81 lahan 1 Ha dalam setahun petani bisa mendapat penghasilan ±100 jutaTahun,
tergantung dari kualitas jeruk yang dihasilkan.
4.4 Latar Belakang Penyebab Petani Melakukan Peralihan
4.4.1 Kondisi Geografis
Tanaman jeruk memiliki buah yang hampir semua masyarakat menyukainya. Karena buah jeruk yang memiliki cita rasa yang manis dan
banyak diminati oleh masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Di Kabupaten Dairi, Khususnya di Kelurahan Panji Dabutar 60 masyarakat
petaninya sudah menanam tanaman jeruk yang memiliki rasa yang manis, yang menyerupai rasa buah Jeruk yang berasal dari Berastagi. Sehingga hasil
jeruk dari Kelurahan Panji Dabutar sampai terjual keluar kota bahkan sudah di ekspor sampai keluar negeri.
Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat petani beralih menanam jeruk karena faktor cuaca dan tanah yang mendukung di Kelurahan
Panji Dabutar dimana yan,g faktor cuaca dan tanahnya tidak jauh berbeda dengan keadaan di Berastagi. Sebagaimana dikatakan oleh Bapak Berta Sihite
sebagai petani kopi yang sudah beralih menanam jeruk. Beliau mengatakan : “Alasan kami bertanam jeruk ini dikarenakan tuntutan perekonomian ,
keadaaan lingkungan dan cuaca yang mendukung. Tanaman jeruk yang cocok ditanami di daerah dingin seperti Berastagi dan Kabanjahe ternyata
bisa mengasilkan hasil yang baik juga di Sidikalang khususnya Panji Dabutar. “
Adapun peralihan jenis tanaman yang di lakukan oleh masyarakat petani karena keinginan petani itu sendiri sehingga secara tidak langsung
adanya perubahan dalam masyarakat baik itu sosial maupun ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
82 Sebelumnya, ketika harga jeruk selalu stabil dan cukup menguntungkan, saat
itu harga kopi tidak stabil dan harga kopi pernah turun drastis sehingga petani kopi sangat mengalami kerugian. Akibat turunnya harga kopi menyebabkan
timbulnya ke khawatiran besar pada masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar.
Pada saat itulah, beberapa petani mulai memutuskan untuk melakukan peralihan jenis tanaman terutama beralih menanam jeruk, Karena saat itu
melihat beberapa petani yang cukup sukses dalam menanam jeruk selain itu tanaman jeruk juga sangat cocok di tanam di Kelurahan Panji Dabutar.
Dengan adanya beberapa petani yang melakukan peralihan jenis ketanaman jeruk saat itu secara tidak langsung juga mempengaruhi petani lainnya.
4.4.2 Ekonomi
Masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar lebih memilih beralih menanam jeruk karena keuntungan dari menanam jeruk tidak jauh berbeda
dari untung menjual kopi saat ini. Tetapi, perbedaannya masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar melihat bahwa merawat tanaman jeruk lebih mudah
dari pada tanaman kopi. Selain itu, harga jeruk selalu stabil dan harganya selalu semakin meningkat. Berbeda dengan kopi, harganya selalu naik turun
dan terkadang harganya bisa turun drastis. Sebelumnya, pada saat masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar
masih menanam tanaman kopi. Masyarakat juga masih dikatakan mampu dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, namun hal itu tidak
berlangsung lama ketika harga kopi pada saat itu menurun drastis. Pada saat
Universitas Sumatera Utara
83 itu masyarakat petani banyak mengalami kerugian dalam penjualan kopi
mereka. Sehingga beberapa petani merasa khawatir terhadap pertanian kopi mereka yang mungkin tidak menguntungkan lagi untuk kedepannya.
Hal ini juga didukung karena beberapa faktor yaitu selain harga kopi pada saat itu yang tidak stabil, petani juga melihat mulai banyaknya
persaingan kualitas kopi dengan daerah lain yang menghasilkan kualitas kopi yang lebih baik. Sehingga menimbulkan ketakutan terhadap petani, yang takut
hasil dari tanaman kopi tidak menguntungkan lagi. Hal itulah yang mendorong petani untuk memutuskan beralih menanam ke tanaman jeruk sehingga secara
tidak langsung juga, mempengaruhi petani lain untuk memilih beralih menanam tanaman jeruk. Hal ini dikatakan oleh Ibu Risma yang berkata
bahwa : “Aku pindah mulai kisuan rimo menjadi kisuan kopi, karena mangidah
petani kipejolo kisuan rimo. Waktu I, harga kopi turun membaen harga kopi menjadi oda menentu, sedangken harga rimo waktui naik deket
menguntungken. Karna I aku membandingkan kisuan rimo lebih menguntungken deket aku pe menengen cara kisuan rimo ibandingkan
deket kopi ndaoh lebih murah”.
Terjemahan : “Saya beralih dari menanam jeruk ke tanaman kopi karena, saya melihat
petani yang lebih dahulu beralih menanam jeruk. Saat itu ketika harga kopi turun menyebabkan harga kopi menjadi tidak menentu, sedangkan
harga jeruk saat itu naik dan menguntungkan. Melihat hal itu saya membandingkan bahwa menanam jeruk lebih menguntungkan, dan saya
juga melihat cara penanaman jeruk dibanding dengan kopi jauh lebih mudah.”
Pernyataan dari Ibu Risma, juga ditambahkan dan diperjelas oleh pernyataan dari Ibu Julita, dimana beliau berkata bahwa :
“ aku pindah mulai kisuan kopi menjadi kisuan rimo karena aku mengidah tetangga aku si enggo perjolo kisuan rimo deket ku idah keuntungannya
lumayan. Imo kibaen aku tertarik lako pindah kisuan rimo karena kisuan romi ndaoh lebih santai dari pada kisuan kopi karena took repotnya
mengurus. Selain I, mula kisuan rimo aku boi kisuan suan-suanan
Universitas Sumatera Utara
84 tanamen muda I gembar batang rimo bage cabe. Aku pindah kisuan rimo
karena sebelumnya saat I kisuan kopi lama kelamaan harga kopi turun deket kurang menjanjiken.”
Terjemahan : “ Saya beralih dari menanam kopi ke tanaman jeruk karena saya melihat
tetangga saya yang juga petani sukses dalam menanam jeruk dan keuntungannya lumayan. Sehingga saya tertarik untuk beralih menanam
tanaman jeruk, karena untuk menanam jeruk jauh lebih santai dari pada menanam kopi yang cukup repot dalam mengurusnya. Selain itu, kalau
menanam tanaman jeruk saya bisa menanam tanaman muda diantara batang jeruk seperti cabe. Ini saya beralih menanam jeruk didorong karena
sebelumnya pada saat menanam kopi lama kelamaan harga kopi menurun dan kurang menjanjikan untuk kedepannya”
4.4.3 Keberanian Petani Untuk Melakukan Peralihan
Masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, ketika memutuskan melakukan peralihan jenis tanaman dari kopi ke tanaman jeruk. Secara
rasional masyarakat petani sudah memikirkan dengan teliti, karena untuk awal penanam tanaman jeruk petani sangat membutuhkan modal besar dan tidak
akan mampu jika memiliki modal tanggung. Dan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, untuk awal modal beberapa petani memakai modal
sendiri dan sebagian besar meminjam dari Bank. Adapun salah satu keberanian petani untuk melakukan peralihan jenis
tanaman, karena faktor modal petani yang mendukung. Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Tomsom, yaitu:
“Awalnya masih mencoba dengan menanam jeruk dengan luas 1 Hektar saja dan 1 Hektarnya masih ditanami tanaman kopi. Untuk modal pertama
menanam jeruk, saya gunakan tabungan dari hasil gaji saya selama ini, kurang lebih 10 juta untuk 1 hektar lahan menanam jeruk karena untuk 1
hektar harus membeli 2 sampai 3 truk kompos dengan harga 1 truk kompos 2 juta.”
Keberanian petani melakukan peralihan jenis tanaman, juga difaktorkan karena luas lahan yang mendukung. Dimana sebagian petani
Universitas Sumatera Utara
85 berani meminjam uang dari Bank untuk modal awal mereka melakukan
peralihan jenis tanaman dengan memberi jaminan lahan ataupun rumah. Untuk menutupi pijaman dari Bank, petani menanam tanaman muda yang bisa panen
setiap minggu maupun setiap bulan. Karena, Untuk awal mendapatkan hasil dari menanam jeruk petani harus menunggu selama 3 sampai 4 tahun, dan
selama 3 sampai 4 tahun. Sebagaimana pernyataan dari Bapak Beni Sinambela yaitu:
”Untuk awal modal saya menanam jeruk, saya meminjam uang ke Bank, saya meminjam uang ke Bank juga atas saran saudara saya dan syukur
sekali dari hasil menanam tanaman muda saya bisa membayar utang saya ke Bank setiap bulannya.”
Dan pernyataan dari Bapak Beni Sinambela juga ditambahkan oleh Ibu Satina, yaitu :
“ Semenjak saya menanam tanaman jeruk, diantara tanaman jeruk saya juga menanam tanaman muda seperti sayur kol. Hal ini saya lakukan untuk
menambah pendapatan saya untuk setiap bulannya. Tujuannya untuk menutupi uang pinjaman dari Bank. Saya memiliki pinjaman uang dari
Bank awalnya untuk modal saya beralih untuk menanam jeruk pada saat itu. Dan syukur sekali beberapa bulan lagi saya sudah dapat melunasi
pinjaman saya, tinggal menunggu hasil dari tanaman jeruk”.
Berdasarkan kondisi ekonomi petani, peneliti melihat bahwa petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan petani yang berani mengambil resiko.
Hal ini didorong karena petani di Kelurahan Panji Dabutar termaksud petani kaya dimana untuk melakukan peralihan jenis tanaman terhadap lahan
mereka, mereka memiliki modal dan lahan yang mendukung untuk melakukan peralihan jenis tanaman tersebut.
Hai ini terlihat berdasarkan hasil dari wawancara peneliti terhadap petani yang melakukan jenis tanaman dari kopi ke jeruk. Petani di Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
86 Panji Dabutar yang dominan memiliki lahan 1 Ha keatas, mereka berani
mengambil tindakan dengan meminjamkan uang ke Bank maupun memakai uang tabungan mereka untuk melakukan peralihan dengan modal yang tidak
tanggung-tanggung tanpa memikirkan resikonya. Hal ini didorong karena keyakinan petani di Kelurahan Panji Dabutar melakukan peralihan jenis
tanaman, bahwa beralih menanam jeruk jauh lebih menguntungkan daripada mempertahankan tanaman kopi yang terkadang harganya naik turun.
Terkait dengan tindakan yang dilakukan petani di Kelurahan Panji Dabutar, berhubungan dengan ekonomi moral petani. Dimana konsep ini
digunakan oleh James C.Scott, yang menjelaskan tindakan ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani di Asia Tenggara.
Jemes C.Scott dalam Damsar, 2011:229, mendefenisikan “ekonomi moral sebagai pengertian petani tentang keadilan ekonomi dan defenisi
kerja mereka tentang eksploitasi pandangan mereka tentang pungutan- pungutan terhadap hasil produksi mereka mana yang dapat ditoleransi dan
mana yang tidak dapat. Dalam mendefenisikan ekonomi moral, menurut scott, petani akan memperhatikan etika subsistensi dan norma
resiprositas.”
Etika subsistensi merupakan perspektif dimana petani yang tipikal memandang tuntutan yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan pandangan
Scott, bahwa petani tidak berani dalam menambil resiko, karena scott beranggapan petani tidak berani mengambil resiko disebabkan petani lebih
memilih bertahan dengan pola-pola yang lama dari pada pola-pola yang baru. Oleh karena itu, scott beranggap bahwa rumah tangga petani hidup dengan
batas-batas subsistensi yang menjadi sasaran permainan alam serta tuntutan dari pihak luar maka petani meletakkan etika subsistensi atas dasar prinsip
safety first dahulukan selamat. Dimana mereka berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupan mereka dan bukan berusaha
Universitas Sumatera Utara
87 memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko. Sehingga etika
subsistensi merupakan etika bertahan hidup dalam kondisi minimal. Pandangan James C.Scott terhadap petani, lebih memfokuskan
terhadap petani miskin yang kurang berani dalam mengambil resiko dan dari hasil wawancara peneliti, dimana peneliti melihat bahwa petani di Kelurahan
Panji Dabutar merupakan petani kaya sehingga berani mengambil resiko. Ketika pada saat masih menanam kopi, saat itu petani di Kelurahan Panji
Dabutar mengalami kegagalan, tetapi mereka tidak bertahan lama untuk mempertahankan tanaman kopi. Karena untuk mempertahankan tanaman kopi
yang kurang menjamin untuk kedepannya, akan menghancurkan kehidupan ekonomi mereka maka dari itu untuk mendapatkan keuntungan kembali,
mereka berani mengambil resiko dengan melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman kopi ke tanaman jeruk.
Keberanian petani melakukan peralihan jenis tanaman, didorong karena modal yang mendukung dan petani di Kelurahan Panji Dabutar
merupakan petani yang lebih dominan petani kaya, sedangkan petani dalam pandangan Scott, merupakan petani miskin, yang masih terikat dengan pihak
luar seperti tuan tanah maupun pejabat yang memyebabkab kurangnya petani miskin mengambil resiko. Sehingga dapat dilihat bahwa petani kaya lebih
berani mengambil resiko dari pada petani miskin. Dan James C.Scott James C.Scott,1989 juga melihat dari norma
resiprositas. “Dimana norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi prilaku antar individu: antar petani dan sesama warga desa, petani dan
tuan tanah, petani dan negara. Dimana prinsip moral berdasarkan gagasan bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling
tidak jangan merugikan.”
Universitas Sumatera Utara
88 Di Kelurahan Panji Dabutar, peneliti melihat masih adanya norma
resiprositas. Dimana masih adanya tolong menolong dan saling membantu antar masyarakat Kelurahan maupun petani seperti informasi tentang
pertanian. Kewajiban saling berbalas budi juga masih terlihat pada masyarakat petani maupun masyarakat keseluruhan yang ada di Kelurahan Panji Dabutar.
Peralihan yang dilakukan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar dilakukan berdasarkan keinginan masyarakat petani itu sendiri. Hal
ini berterkait dengan teori pilihan rasional, dimana berhubungan dengan masyarakat petani, untuk menentukan tindakan mereka juga sudah lebih
memperhitungkan langkah atau tujuan mereka. Karena tindakan yang mereka lakukan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi mereka.
Bahwa masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk, selain semakin kurangnya kualitas kopi di Sidikalang pada saat itu
beberapa petani kurang berkeinginan untuk meneruskan menanam kopi karena setelah petani melihat dari petani lain adanya perbandingan antara menanam
jeruk jauh lebih mudah dari pada tanaman kopi. Bahkan setelah harga kopi sudah stabil masyarakat petani lebih memilih beralih menanam jeruk karena
keuntungan menjual kopi tidak jauh berbeda dari menjual jeruk saat ini.
4.4.4 Pemasaran Lebih Mudah
Adapun alasan masyarakat lebih memilih beralih benanam tanaman jeruk karena buah jeruk merupakan salah satu buah yang banyak diminati oleh
masyarakat banyak
.
Selain itu, buah jeruk dapat dijual sampai ke luar kota
Universitas Sumatera Utara
89 maupun ke luar negeri
.
Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Sumardi Siregar yaitu:
“Karena masalah pasaran yang ada di Kab.Dairi termaksud pasar mati, apabila saya memilih untuk menanam tanaman muda seperti sayur, cabai,
tomat dan lain-lain, paling jauh penjualannya hanya bisa sampai ke Aceh ataupun Berastagi. Itu juga kalau dari Berastagi masih kekurangan
tanaman muda yang mau dijual. Selain itu, kalau kita menanam tanaman muda kita harus melihat harga pasar. Seperti ketika harga cabai mau naik
maka petani akan menanam cabai. Maka dari itu, saya lebih memilih menanam jeruk berhubung pemasarannya juga mudah, meskipun
modalnya besar tetapi untungnya juga besar. Karena jeruk bisa dijual ke luar kota bahkan kalau hasil jeruknya bagus bisa di ekspor sampai ke luar
negeri.”
Berbeda pada saat masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, masih menanam tanaman kopi yang lama kelamaan dalam hal pemasarannya
semakin sulit. Dimana pada saat, masyarakat petani masih menanam tanaman kopi, toke kopi semakin jarang untung datang langsung mengutip hasil kopi
mereka. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Ibu Sarina,yaitu: “Awalnya saya masih ada niat untuk mempertahankan untuk menanam
kopi saja. Namun, pengaruh petani yang ada di Kelurahan Panji Dabutar yang sudah banyak beralih menanam jeruk. Toke kopi jadi semakin jarang
untuk datang langsung mengambil hasil kopi petani yang sudah semakin sedikit menanam kopi ditambah harga kopi juga semakin tidak menentu.
Saat itu, saya harus mengantar sendiri hasil kopinya ke Ibu kota Kabupaten Dairi, meskipun jarak tidak terlalu jauh ke Ibu kota. Namun, itu
menjadi alasan toke saat itu menyarankan untuk mengantar sendiri hasil kopi ke toke. Karena mereka lebih sering mengambil hasil kopi ke
kecamatan lain dan saya cukup sibuk untuk menjual hasil kopi saat itu.”
4.5 Perubahan Cara Kerja Sektor Pertanian
.
Salah satu perubahan yang terjadi di pedesaan juga dapat dilihat dari cara masyarakat pedesaan untuk bertani. Dimana sebelum mengenal teknologi,
kebanyakan petani di desa masih mengerjakan sawah ladangnya dengan bantuan hewan dan anggota keluarganya. Berbeda dengan sekarang ini, masyarakat petani
Universitas Sumatera Utara
90 di pedesaan mulai mengenal teknologi sehingga mempermudah untuk
mengerjakan lahan mereka. Sebagaimana di sampaikan oleh Okta Selvia 2005 dalam penelitiannya.
“Semenjak masyarakat petani mulai mengenal teknologi, masyarakat petani mulai gemar melakukan pergantian jenis tanaman berorientasi pada pasar yang
mengakibatkan adanya sebuah sistem baru yang dijalankan petani di dalam mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Sistem ini berdampak pada
pola, cara kerja dan sistem cocok tanam petani, dan petani juga telah mulai mempunyai keterkaitan langsung dengan pasar. Sehingga orientasi para
petani di pedesaan mengalami perubahan.”
Perkembangan teknologi sangat mempengaruhi perubahan cara kerja disektor pertanian. Dimana ketika masyarakat petani memutuskan untuk
melakukan peralihan tanaman, dengan adanya teknologi masyarakat petani sudah mengetahui resiko-resiko yang akan terjadi. Dengan begitu masyarakat
mengetahui agar kegagalan yang sebelumnya mereka rasakan tidak terulang kembali.
Dimana menurut Marx dalam Nanang Martono; 2012:278, “Karena peran teknologi sangat mempengaruhi perubahan pada masyarakat terutama pada
masyarakat petani seperti petani di Kelurahan Panji Dabutar. Dimana dalam pandangan materialisme historis, teknologi merupakan alat yang dipakai untuk
mencapai kesejahteraan. Dan Weber mendefenisikan teknologi sebagai ide atau pemikiran manusia itu sendiriyang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia itu sendiri.”
Dengan didukung dengan perkembangan teknologi yang mampu menghasilkan pupuk-pupuk yang mampu mengurangi resiko. Masyarakat petani
menjadi lebih berani mengabil keputusan untuk melakukan peralihan jenis tanaman. Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Sumardi Siregar yaitu:
“Masalah hama dibanding dengan kopi, tanaman jeruk memang lebih mudah terkena hama. Tetapi masalah itu tidak terlalu saya permasalahkan karena
pupuk sekarang banyak yang sudah berkualitas baik dan mampu mengurangi kegagalan panen, tergantung para petani harus pandai memilih dan
mencampurkan bahan pupuk kimianya agar tidak mudah terkena hama.”
Universitas Sumatera Utara
91 Semenjak masyarakat petani mengenal teknologi, lahan usaha tani yang
semula hanya dikembangkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, sekarang dialihkan menjadi lahan usaha yang bersifat komersial. Seperti
yang terjadi pada masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, pada awalnya pertanian mereka bersifat subsistem, dimana tanaman yang ditanam hanya sekedar
dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Seiring perkembangan teknologi, banyak sekali tercipta pupuk-pupuk untuk mempermudah usaha
pertanian. Berhubungan dengan itu, masyarakat petani menjadi lebih berani untuk melakukan pergantian jenis tanaman seperti yang terjadi di Kelurahan Panji
Dabutar yang melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman kopi ke tanaman jeruk. Sehingga dengan adanya peralihan yang dilakukan petani mempengaruhi
cara kerja petani.
4.6 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Kelurahan Panji