Keberanian Petani Untuk Melakukan Peralihan

84 tanamen muda I gembar batang rimo bage cabe. Aku pindah kisuan rimo karena sebelumnya saat I kisuan kopi lama kelamaan harga kopi turun deket kurang menjanjiken.” Terjemahan : “ Saya beralih dari menanam kopi ke tanaman jeruk karena saya melihat tetangga saya yang juga petani sukses dalam menanam jeruk dan keuntungannya lumayan. Sehingga saya tertarik untuk beralih menanam tanaman jeruk, karena untuk menanam jeruk jauh lebih santai dari pada menanam kopi yang cukup repot dalam mengurusnya. Selain itu, kalau menanam tanaman jeruk saya bisa menanam tanaman muda diantara batang jeruk seperti cabe. Ini saya beralih menanam jeruk didorong karena sebelumnya pada saat menanam kopi lama kelamaan harga kopi menurun dan kurang menjanjikan untuk kedepannya”

4.4.3 Keberanian Petani Untuk Melakukan Peralihan

Masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, ketika memutuskan melakukan peralihan jenis tanaman dari kopi ke tanaman jeruk. Secara rasional masyarakat petani sudah memikirkan dengan teliti, karena untuk awal penanam tanaman jeruk petani sangat membutuhkan modal besar dan tidak akan mampu jika memiliki modal tanggung. Dan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, untuk awal modal beberapa petani memakai modal sendiri dan sebagian besar meminjam dari Bank. Adapun salah satu keberanian petani untuk melakukan peralihan jenis tanaman, karena faktor modal petani yang mendukung. Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Tomsom, yaitu: “Awalnya masih mencoba dengan menanam jeruk dengan luas 1 Hektar saja dan 1 Hektarnya masih ditanami tanaman kopi. Untuk modal pertama menanam jeruk, saya gunakan tabungan dari hasil gaji saya selama ini, kurang lebih 10 juta untuk 1 hektar lahan menanam jeruk karena untuk 1 hektar harus membeli 2 sampai 3 truk kompos dengan harga 1 truk kompos 2 juta.” Keberanian petani melakukan peralihan jenis tanaman, juga difaktorkan karena luas lahan yang mendukung. Dimana sebagian petani Universitas Sumatera Utara 85 berani meminjam uang dari Bank untuk modal awal mereka melakukan peralihan jenis tanaman dengan memberi jaminan lahan ataupun rumah. Untuk menutupi pijaman dari Bank, petani menanam tanaman muda yang bisa panen setiap minggu maupun setiap bulan. Karena, Untuk awal mendapatkan hasil dari menanam jeruk petani harus menunggu selama 3 sampai 4 tahun, dan selama 3 sampai 4 tahun. Sebagaimana pernyataan dari Bapak Beni Sinambela yaitu: ”Untuk awal modal saya menanam jeruk, saya meminjam uang ke Bank, saya meminjam uang ke Bank juga atas saran saudara saya dan syukur sekali dari hasil menanam tanaman muda saya bisa membayar utang saya ke Bank setiap bulannya.” Dan pernyataan dari Bapak Beni Sinambela juga ditambahkan oleh Ibu Satina, yaitu : “ Semenjak saya menanam tanaman jeruk, diantara tanaman jeruk saya juga menanam tanaman muda seperti sayur kol. Hal ini saya lakukan untuk menambah pendapatan saya untuk setiap bulannya. Tujuannya untuk menutupi uang pinjaman dari Bank. Saya memiliki pinjaman uang dari Bank awalnya untuk modal saya beralih untuk menanam jeruk pada saat itu. Dan syukur sekali beberapa bulan lagi saya sudah dapat melunasi pinjaman saya, tinggal menunggu hasil dari tanaman jeruk”. Berdasarkan kondisi ekonomi petani, peneliti melihat bahwa petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan petani yang berani mengambil resiko. Hal ini didorong karena petani di Kelurahan Panji Dabutar termaksud petani kaya dimana untuk melakukan peralihan jenis tanaman terhadap lahan mereka, mereka memiliki modal dan lahan yang mendukung untuk melakukan peralihan jenis tanaman tersebut. Hai ini terlihat berdasarkan hasil dari wawancara peneliti terhadap petani yang melakukan jenis tanaman dari kopi ke jeruk. Petani di Kelurahan Universitas Sumatera Utara 86 Panji Dabutar yang dominan memiliki lahan 1 Ha keatas, mereka berani mengambil tindakan dengan meminjamkan uang ke Bank maupun memakai uang tabungan mereka untuk melakukan peralihan dengan modal yang tidak tanggung-tanggung tanpa memikirkan resikonya. Hal ini didorong karena keyakinan petani di Kelurahan Panji Dabutar melakukan peralihan jenis tanaman, bahwa beralih menanam jeruk jauh lebih menguntungkan daripada mempertahankan tanaman kopi yang terkadang harganya naik turun. Terkait dengan tindakan yang dilakukan petani di Kelurahan Panji Dabutar, berhubungan dengan ekonomi moral petani. Dimana konsep ini digunakan oleh James C.Scott, yang menjelaskan tindakan ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani di Asia Tenggara. Jemes C.Scott dalam Damsar, 2011:229, mendefenisikan “ekonomi moral sebagai pengertian petani tentang keadilan ekonomi dan defenisi kerja mereka tentang eksploitasi pandangan mereka tentang pungutan- pungutan terhadap hasil produksi mereka mana yang dapat ditoleransi dan mana yang tidak dapat. Dalam mendefenisikan ekonomi moral, menurut scott, petani akan memperhatikan etika subsistensi dan norma resiprositas.” Etika subsistensi merupakan perspektif dimana petani yang tipikal memandang tuntutan yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan pandangan Scott, bahwa petani tidak berani dalam menambil resiko, karena scott beranggapan petani tidak berani mengambil resiko disebabkan petani lebih memilih bertahan dengan pola-pola yang lama dari pada pola-pola yang baru. Oleh karena itu, scott beranggap bahwa rumah tangga petani hidup dengan batas-batas subsistensi yang menjadi sasaran permainan alam serta tuntutan dari pihak luar maka petani meletakkan etika subsistensi atas dasar prinsip safety first dahulukan selamat. Dimana mereka berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupan mereka dan bukan berusaha Universitas Sumatera Utara 87 memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko. Sehingga etika subsistensi merupakan etika bertahan hidup dalam kondisi minimal. Pandangan James C.Scott terhadap petani, lebih memfokuskan terhadap petani miskin yang kurang berani dalam mengambil resiko dan dari hasil wawancara peneliti, dimana peneliti melihat bahwa petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan petani kaya sehingga berani mengambil resiko. Ketika pada saat masih menanam kopi, saat itu petani di Kelurahan Panji Dabutar mengalami kegagalan, tetapi mereka tidak bertahan lama untuk mempertahankan tanaman kopi. Karena untuk mempertahankan tanaman kopi yang kurang menjamin untuk kedepannya, akan menghancurkan kehidupan ekonomi mereka maka dari itu untuk mendapatkan keuntungan kembali, mereka berani mengambil resiko dengan melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman kopi ke tanaman jeruk. Keberanian petani melakukan peralihan jenis tanaman, didorong karena modal yang mendukung dan petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan petani yang lebih dominan petani kaya, sedangkan petani dalam pandangan Scott, merupakan petani miskin, yang masih terikat dengan pihak luar seperti tuan tanah maupun pejabat yang memyebabkab kurangnya petani miskin mengambil resiko. Sehingga dapat dilihat bahwa petani kaya lebih berani mengambil resiko dari pada petani miskin. Dan James C.Scott James C.Scott,1989 juga melihat dari norma resiprositas. “Dimana norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi prilaku antar individu: antar petani dan sesama warga desa, petani dan tuan tanah, petani dan negara. Dimana prinsip moral berdasarkan gagasan bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling tidak jangan merugikan.” Universitas Sumatera Utara 88 Di Kelurahan Panji Dabutar, peneliti melihat masih adanya norma resiprositas. Dimana masih adanya tolong menolong dan saling membantu antar masyarakat Kelurahan maupun petani seperti informasi tentang pertanian. Kewajiban saling berbalas budi juga masih terlihat pada masyarakat petani maupun masyarakat keseluruhan yang ada di Kelurahan Panji Dabutar. Peralihan yang dilakukan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar dilakukan berdasarkan keinginan masyarakat petani itu sendiri. Hal ini berterkait dengan teori pilihan rasional, dimana berhubungan dengan masyarakat petani, untuk menentukan tindakan mereka juga sudah lebih memperhitungkan langkah atau tujuan mereka. Karena tindakan yang mereka lakukan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi mereka. Bahwa masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk, selain semakin kurangnya kualitas kopi di Sidikalang pada saat itu beberapa petani kurang berkeinginan untuk meneruskan menanam kopi karena setelah petani melihat dari petani lain adanya perbandingan antara menanam jeruk jauh lebih mudah dari pada tanaman kopi. Bahkan setelah harga kopi sudah stabil masyarakat petani lebih memilih beralih menanam jeruk karena keuntungan menjual kopi tidak jauh berbeda dari menjual jeruk saat ini.

4.4.4 Pemasaran Lebih Mudah