Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA DI DESA MOMPANG KECAMATAN BARUMUN

KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh

Wardah Jamila Hsb 121121068

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Nama Peneliti : Wardah Jamila Hsb NIM : 121121068

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Proses menua (Aging) merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah pada diri lansia. Salah satu masalah gangguan fisik pada lansia adalah penurunan sistem muskuloskeletal, adalah tahap lanjut dari seluruh proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan bertujuan untuk mengidentifikang tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 orang lansia di Desa Mompang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 sampai 31 agustus 2013. Karakteristik sampel dideskripsikan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi, persentase, dan mean kemudian analisa data dengan menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden dengan kategori baik sebanyak 67,3%, sedang 11,5%, dan kategori sangat baik 21,1 %. Sikap Lansia dalam penelitian ini mayoritas responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 80,7%, sedangkan kategori sedang sebanyak 19,2%. faktor yang mendukung pengetahuan dan sikap lansia dapat dikategorikan baik yaitu bila dilihat dari keadaan responden hal ini memungkinkan responden memiliki pengetahuan baik karena didukung oleh pengalaman dan motivasi responden yang kuat untuk tetap memperoleh informasi. Hal ini kemungkinan juga dapat berhubungan dengan pengalaman, budaya dan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang didapatkan responden dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai saran penelitian selanjutnya perbandingan pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia terhadap lansia yang ada di panti dengan lansia di masyarakat.


(5)

Title : The Levels of Knowledge And Attitude of Old Age Towards Old Age Gymnastics in Mompang Village, Barumun District, Padang Lawas Regency, 2013

Researcher : Wardah Jamila Hsb Student number : 121121068

Program : Bachelor of Nursing

ABSTRACT

Aging is a natural process that accompanied by a decrease in the physical, psychological and social which related one each other. This situation tends to be potentially cause problems for old age. One of the problems of physical disturbance in old age is a decrease of the musculoskeletal system, the advanced stage of the whole process of life which characterized by decreasing the body's ability to adapt to environmental stress. The research uses descriptive research design and aims to identify the levels of knowledge and attitude of old age towards old age gymnastics in Mompang Village, Barumun District,Padang Lawas Regency. The samples of the research were 52 old age in Mompang Village taken by purposive sampling technique. Data collection was conducted on 1-31 August 2013. The characteristics of the samples are described by using descriptive analysis to determine the frequency, percentage and mean then analyze the data using computerization. The results of the research indicate the old age level of knowledge about old age gymnastics is in good category. The facts can be seen from the results, the respondents in good category as 67.3%, moderate 11.5%, 21.1% very good category. The attitude of old age in the research indicate that majority of respondents are in good category, as much as 80.7%, whereas moderate category 19.2%. The factors that support the knowledge and attitudes of old age can be categorized as good is seen from the circumstances that allow respondents have good knowledge and experience and supported by respondents’ strong motivation to keep informed. It may also can be related with the experience, the culture and the opportunity to obtain the information in their everyday lives. As a suggestion further research is the comparison of old age knowledge levels with the motivation to do old age gymnastics in nursing home and society.


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan judul Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak baik yang bersifat moril maupun materil yakni kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara, kepada dosen penguji skripsi ibu Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS dan Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, dan selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dan bimbingan selama masa perkuliahan di FKEP USU, dan Bapak Badarun Harahap selaku kepala Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas.

Terkhusus buat keluargaku yang selalu berdoa untukku dan memberikan bantuan moril maupun materil yaitu ayahanda tercinta Ismail Hasibuan S.Pd dan Ibunda tercinta Fatimah Hsb, buat adik-adikku tercinta Syukria Rahmayani Hsb,


(7)

Sutan Martua Hsb, Nur Anisah Hsb, Nur Aisyah Hsb, dan Zakiah Putri Hsb, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.

Terima kasih juga buat sahabat-sahabatku Sari, Wenny, Nuna, Yune dan kak Desy, dan semua teman-teman FKEP 12 seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, juga teman- teman satu kost di gang sarmin no 18, uci, nina , wani, purpo dan amel terima kasih banyak atas dukungannya dan candaannya tiap hari di kost dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna , untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu penget ahuan dan pelayanan keperawatan serta untuk penelitian selanjutnya.

Semoga Allah yang penuh Rahmat selalu memberikan berkat daan karuniaNya kepada kita semua dan terima kasih buat semua pihak yang membantu penulis. Harapan penuis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 7

2.1.1 Pengertian ... 7

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan ... 9

2.2.Sikap ... 9

2.2.1.Pengertian Sikap... 9

2.2.2.Ciri-ciri Sikap ... 9

2.2.3. Komponen Pokok Sikap ... 10

2.2.4.Tingkatan Sikap ... 10


(9)

2.2.6.Sikap Dapat Berubah Dalam Empat Cara ... 11

2.3 Lansia ... 11

2.3.1 Defenisi Lanjut Usia ... 11

2.3.2 Karakteristik Lansia ... 12

2.3.3 Perkembangan Dan Proses Menjadi Tua ... 12

2.3.4 Teori-teori Proses Menua ... 14

2.3.5 Batasan Lanjut Usia ... 14

2.4 Senam Lansia ... 15

2.4.1 Defenisi Senam ... 15

2.4.2 Manfaat Senam Lansia ... 16

2.4.3.Prinsip- Prinsip Senam Lansia ... 17

2.4.4.Gerakan-Gerakan Pada Senam Lansia ... 25

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1.Kerangka Konsep ... 35

3.2.Variabel Penelitian ... 36

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 39

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

4.2.1 Populasi ... 39

4.2.2 Sampel ... 39

4.2.3. Tekhnik pengambilan sampel...40

4.3 Lokasi Penelitian ... 40

4.4 Pertimbangan Etik ... 40

4.5 Instrumen Penelitian ... 41

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas ... 42

4.7 Pengumpulan Data ... 43


(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian...45

5.1.1 Karakteristik Responden...45

5.1.2. Pengetahuan Lansia...47

5.1.3 Sikap Lansia...48

5.2 Pembahasan...48

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan...54

6.2. Rekomendasi...55

6.2.1 Rekomendasi Terhadap Penelitian...55

6.2.2. Rekomendasi Terhadap Pendidikan Keperawatan...55

6.2.3 Rekomendasi Terhadap Penelitian Selanjutnya...56

6.2.4. Rekomendasi Terhadap Puskesmas...56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.4.3.2 Intensitas Latihan... 19 Tabel 3.2 Variabel Penelitian... 36 Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Mompang

Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas 2013 ... 46 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Mompang

Kecamatan

Barumun Kabupaten Padang Lawas 2013 ... 48 Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Mompang

Kecamatan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 6 : Komisi etik penelitian Lampiran 7 : Surat terjemahan Lampiran 8 : Daftar riwayat hidup


(14)

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

Nama Peneliti : Wardah Jamila Hsb NIM : 121121068

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

ABSTRAK

Proses menua (Aging) merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah pada diri lansia. Salah satu masalah gangguan fisik pada lansia adalah penurunan sistem muskuloskeletal, adalah tahap lanjut dari seluruh proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan bertujuan untuk mengidentifikang tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 orang lansia di Desa Mompang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 sampai 31 agustus 2013. Karakteristik sampel dideskripsikan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi, persentase, dan mean kemudian analisa data dengan menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden dengan kategori baik sebanyak 67,3%, sedang 11,5%, dan kategori sangat baik 21,1 %. Sikap Lansia dalam penelitian ini mayoritas responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 80,7%, sedangkan kategori sedang sebanyak 19,2%. faktor yang mendukung pengetahuan dan sikap lansia dapat dikategorikan baik yaitu bila dilihat dari keadaan responden hal ini memungkinkan responden memiliki pengetahuan baik karena didukung oleh pengalaman dan motivasi responden yang kuat untuk tetap memperoleh informasi. Hal ini kemungkinan juga dapat berhubungan dengan pengalaman, budaya dan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang didapatkan responden dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai saran penelitian selanjutnya perbandingan pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia terhadap lansia yang ada di panti dengan lansia di masyarakat.


(15)

Title : The Levels of Knowledge And Attitude of Old Age Towards Old Age Gymnastics in Mompang Village, Barumun District, Padang Lawas Regency, 2013

Researcher : Wardah Jamila Hsb Student number : 121121068

Program : Bachelor of Nursing

ABSTRACT

Aging is a natural process that accompanied by a decrease in the physical, psychological and social which related one each other. This situation tends to be potentially cause problems for old age. One of the problems of physical disturbance in old age is a decrease of the musculoskeletal system, the advanced stage of the whole process of life which characterized by decreasing the body's ability to adapt to environmental stress. The research uses descriptive research design and aims to identify the levels of knowledge and attitude of old age towards old age gymnastics in Mompang Village, Barumun District,Padang Lawas Regency. The samples of the research were 52 old age in Mompang Village taken by purposive sampling technique. Data collection was conducted on 1-31 August 2013. The characteristics of the samples are described by using descriptive analysis to determine the frequency, percentage and mean then analyze the data using computerization. The results of the research indicate the old age level of knowledge about old age gymnastics is in good category. The facts can be seen from the results, the respondents in good category as 67.3%, moderate 11.5%, 21.1% very good category. The attitude of old age in the research indicate that majority of respondents are in good category, as much as 80.7%, whereas moderate category 19.2%. The factors that support the knowledge and attitudes of old age can be categorized as good is seen from the circumstances that allow respondents have good knowledge and experience and supported by respondents’ strong motivation to keep informed. It may also can be related with the experience, the culture and the opportunity to obtain the information in their everyday lives. As a suggestion further research is the comparison of old age knowledge levels with the motivation to do old age gymnastics in nursing home and society.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia lanjut adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindarkan, sedangkan menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan – lahan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat alamiah/fisiologis yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kemampuan sel yang mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia 60 tahun. Penurunan sistem muskuloskeletal adalah tahap lanjut dari seluruh proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pujiastuti, 2003).

Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional bisa dikatakan berhasil dan mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan umur harapan hidup, yang berarti bertambah pula populasi lanjut usia (lansia). Dimasa yang akan datang, jumlah lansia akan semakin bertambah. Sejak tahun 1950, penduduk lansia Amerika yang berusia 65 tahun ke atas telah bertambah dua kali, dan penduduk lansia yang lemah berusia 85 tahun ke atas telah bertambah lebih dari empat kali lipat. Pada tahun 2035, seperlima bahkan mungkin seperempat dari seluruh penduduk Amerika akan berusia 65 tahun atau lebih (Stanley & Beare, 2007).

Menurut Kinsela dan Taeuber (1993, dalam Martono & Pranarka, 2009) di negara-negara maju, jumlah lansia ternyata juga mengalami peningkatan, antara


(17)

lain: Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66% dan Swedia 33%. Menurut badan pusat statistik (BPS) (1992, dalam Maryam, et al., 2008,) di Indonesia pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34%. Indonesia diharapkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun 1980 menjadi urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak jumlah populasi lansianya WHO (1989, dalam Martono & Pranarka, 2009). Manakala jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 11,688,987 dan jumlah lansia sebanyak 631,604 orang. (Data statistik Indonesia, 2010).

Sistem muskuloskeletal yang merupakan komponen struktural utama, mengalami perubahan dalam musculare, yaitu otot mengecil secara progresif (dekalsifikasi) (Tortora dan anagnostakos, 1990). Perubahan yang lambat membuat tulang pada lansia lebih mudah fraktur, penurunan elastisitas sendi disebabkan oleh adanya perubahan dalam sintesis kolagen yang cenderung mengalami kerusakan (Watson, 2003). Dengan adanya banyak perubahan yang terjadi pada lansia, masalah kesehatan sering dihadapi oleh lansia seperti stroke, dimensia, diabetes militus, osteoporosis, dan gangguan persendian (Nugroho, 2008).

Upaya-upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara: preventif (pencegahan penyakit seperti pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu atau puskesmas), kuratif (pengobatan pada lansia yang mempunyai penyakit seperti stroke dan diabetes militus), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau


(18)

cacat). Selain itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara promotif, yaitu dengan cara peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur (Ekasari, et al., 2005).

Menurut Pujiastuti (2003) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kualitas hidup tetap aktif dan produktif. Lansia memerlukan kemudahan dalam beraktivitas yang akan membantu lansia melakukan kegiatannya tanpa hambatan,menggunakan energi minimal dan menghindari cedera.

Senam lansia merupakan salah satu alternatif yang positif untuk membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. Menurut Depkes (1995, dalam Indonesian Nursing, 2008,) senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Menurut Indonesian Nursing (2008,) manfaat dari aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.

Kegiatan latihan fisik dan olahraga secara teratur dengan dosis yang tepat selain bermanfaat secara fisiologik yaitu meningkatkan masa otot, membantu mempertahankan elestisitas pembuluh darah,dan tekanan darah serta mengurangi kerja jantung, meningkatkan difusi oksigen dari paru-paru ke dalam darah serta mempertahankan fungsi hormonal dan reproduksi (Sharkey, 2003), tetapi juga dapat menjangkau aspek mental diantaranya lebih percaya diri, gembira, merasa segar, lebih kreatif, menurunkan stress dan ketegangan, menjadi lebih ramah dan meningkatkan spontanitas. Dengan demikian kegiatan latihan fisik sudah menjadi


(19)

kebutuhan untuk tujuan peningkatan status kesehatan dan kebugaran jasmani seseorang (Pujiastuti, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Endang dan Wara (2000) tentang keefektifan latihan SKJ lansia untuk meningkatkan kebugaran jasmani kelompok lanjut usia yang dilakukan 2 kali seminggu selama12 minggu menunjukkan peningkatan fleksibilitas, keseimbangan dan penurunan nadi pemulihan tetapi tidak dapat menurunkan berat badan, nadi istirahat dan persentase lemak tubuh serta tidak dapat meningkatkan koordinasi pada wanita lansia, kemudian penelitian tentang sikap lansia dan motivasi lanjut usia terhadap kegiatan senam lansia berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perbedaan kognitif dan konatif sedangkan pada aspek afektif tidak dapat perbedaan. Pada motivasi lansia, motivasi intrinsik tidak terdapat perbedaan bermakna antara lansia laki-laki dan perempuan tapi pada motivasi ekstrinsik untuk mengikuti senam terdapat perbedaan yang bermakna ( Hildani dkk, 2003).

Dari hasil penelitian Budiharjo, et al (2005) mengatakan bahwa partisipasi lansia untuk melakukan senam kurang memuaskan, faktor penyebab kurangnya partisipasi adalah kurangnya pengetahuan tentang senam lansia. Dalam penelitian Dhenok (2008,) dikatakan bahwa pengetahuan yang baik dapat meningkatkan pengetahuan lansia tentang latihan fisik dan dapat meningkatkan kegiatan khususnya senam. Dikatakan pula dalam penelitian Paryanti (2011) bahwa sebanyak 47 responden menunjukkan 16 responden memiliki pengetahuan rendah, 17 responden memiliki pengetahuan kategori sedang, dan 14 responden dengan pengetahuan tinggi. Sebanyak 29 responden tidak aktif dan 18 responden aktif


(20)

mengikuti senam. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran lansia dan pengetahuan akan pentingnya mengikuti kegiatan senam. Menurut Irawati (2005), menyatakan bahwa meskipun usianya sudah senja dia tidak harus diam saja di rumah, agar tubuh tetap sehat dan bugar salah satu kegiatan yang dapat dilakukannya adalah melatih tubuh agar tetap bergerak yang dapat dilakukannya dengan melakukan senam sebanyak tiga kali seminggu. Adapun senam yang diikutinya mulai dari senam kesehatan jasmani, senam osteoporosis, senam ceria dan senam jantung.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.2.2 Untuk mengidentifikasi sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Bagaimana tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.3.2 Bagaimana sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi: 1.4.1 Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dan dapat diintegrasikan pada keperawatan komunitas khususnya keperawatan gerontik.

1.4.2 Praktek Keperawatan

Sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas terutama perawat Puskesmas Sibuhuan untuk pengembangan dan meningkatkan intervensi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai sumber data lanjutan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2002).

2.1.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2002).

a.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,


(23)

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebgainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan , membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


(24)

2.1.3 Pengukuran pengatahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(questioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo , 2002)

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objek. (Purwanto, 1999).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoatmojo, 2003).

2.2.2 Ciri-ciri sikap

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari. Sikap dapat berubah - ubah karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

c. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merapakan kumpulan dari hal-hal tersebut.


(25)

2.2.3 Komponen pokok sikap

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (ten to behave). 2.2.4 Tingkatan sikap

1. Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding).

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap .

3. Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible).

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yaitu:

1. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri seperti selektivitas.

2. Faktor ekstern merupakan faktor di luar manusia yaitu: a. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.


(26)

c. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. e. Situasi pada saat sikap dibentuk.

2.2.6 Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara: 1. Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2. Diferensiasi.

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. 3. Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

4. Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan (Heri, 1999).

2.3 Lansia

2.3.1 Defenisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh


(27)

Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud usia lanjut adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dra.Ny.Jos Masdani; Nugroho, 2000 mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999).

2.3.2 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikosial sampai spiritual,serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 2.3.3 Perkembangan dan proses menjadi tua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994; Darmojo, 2004).


(28)

Proses menua merupakan proses yang terus- menerus (berlanjut) secara alamiah, yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa , misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. (Thomae (1968) berpendapat bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur perubahan yang mengandung berbagai macam dimensi. Ia menyebutkan mengenai:

1. Proses biokemis dan fisiologis yang oleh burger disebut proses. 2. Proses fisiologis atau timbulnya penyakit.

3. Perubahan fungsional psikologis.

4. Perubahan kepribadian dalam arti sempit

5. Penstrukturan kembali dalam hal sosial psikologis yang berhubungan dengan bertambahnya usia.

6. Perubahan yang berhubungan dengan kenyataan bahwa orang tidak hanya mengalami keadaan menjadi tua, melainkan seseorang juga mengambil sikap terhadap keadaan tersebut (Monks, 1999).


(29)

2.3.4 Teori-teori proses menua 1.Teori “Genetik Clock”

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.

2. Mutasi somatik (teori error catastrophe)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yanga menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme (Darmodjo, 2000).

2.3.5 Batasan Lanjut Usia

WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 70-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 ke atas .

Menurut Prof.Dr.Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (eldelry adulhood) , 18 atau 20-25 tahun, usia dewasa penuh


(30)

(middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric

age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun

(young old), 75-80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).

Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

2.4 Senam Lansia 2.4.1 Defenisi

Senam lansia adalah rangkaian gerakan badan yang teratur yang dilakukan oleh lanjut usia (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 2000).

Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-sehari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih melakukan cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).

Kesegaran /kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung –paru, peredaran darah kekuatan otot, kelenturan sendi.

Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik harus melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas:


(31)

2. ketahanan otot

3. kekuatan otot serta kelenturan tubuh. (Maryam dkk, 2011) 2.4.2 Manfaat Senam Lansia

Manfaat senam lansia dapat dirasakan secara fisiologis, psikologis, dan sosial. 1. Manfaat fisiologis

Dampak langsung dapat membantu : a. Mengatur kadar gula darah

b. Merangsang adrenalin dan noradrenalin c. Peningkatan kualitas tidur

Dampak jangka panjang dapat meningkatkan: a. Daya tahan aerobik / kardiovaskuler

b. Kekuatan otot rangka c. Kelenturan

d. Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh)

e. Kelincahan gerak

f. Daya tahan tubuh yang meningkat 2. Manfaat psikologis

Dampak langsung dapat membantu: a. Memberi perasaan santai

b. Mengurangi ketegangan dan kecemasan c. Meningkatkan perasaan senang


(32)

a. Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh b. Kesehatan jiwa

c. Fungsi kognitif

d. Penampilan dan fungsi motorik e. Keterampilan

3. Manfaat sosial

Dampak langsung dapat membantu: a. Pemberdayaan usia lanjut

b. Peningkatan integritas sosial dan kultur. Dampak jangka panjang meningkatkan: a. Keterpaduan

b. Hubungan kesetiakawanan sosial c. Jaringan kerja sama sosial budaya

d. Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru e. Kegiatan antar generasi

Secara keseluruhan manfaat kesegaran jasmani/senam lansia bagi kelompok lansia, yaitu dapat meringankan biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, serta mengangkat derajat dan martabat manusia.

2.4.3 Prinsip-prinsip senam lansia

Prinsip –prinsip senam lansia adalah sebagai berikut: 2.4.3.1 Penahapan

Senam sebaiknya dilaksanakan melalui tahap pemanasan, latihan inti dan pendinginan.


(33)

a. Pemanasan

Pemanasan bertujuan untuk memberi dorongan hasrat latihan agar bersemangat. Memanaskan jaringan tubuh supaya tidak kaku akibat lama tidak bergerak dan mencegah cedera yang mungkin timbul akibat gerakan lebih lanjut, memperkecil defisit oksigen dan menyiapkan sistem humoral pengontrol respirasi. Gerakan dimulai dari bagian proksimal ke distal, tidak membebani sendi , dan disertai peregangan. Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan (streching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat. b. Gerakan inti

Lamanya gerakan inti kurang lebih berlangsung 20-39 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan latihan yang dilakukan. Gerakan ini dilakukan berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia biasanya dilatih:

1. Daya tahan (endurance)

2. Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobik 3. Fleksibilitas dengan peregangan

4. Kekuatan otot dengan latihan beban

5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan 6. aerobik kombinasi dengan latihan beban kekuatan.


(34)

c. Pendinginan (cooling down)

Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pemanasan, yaitu selama 8-10 menit.

2.4.3.2 Dosis Latihan

Secara umum dosis latihan dijabarkan sebagai berikut. a. Frekuensi

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani, maka latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. Jadwal bergantung pada kita. Bila latihan di luar gedung, sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00.

b. Intensitas

Intensitas yang kita lakukan dapat dipantau melalui perhitungan denyut nadi dengan cara meraba pergelangan tangan menggunakan tiga jari tengah tangan yang lain. Untuk mengetahui intensitas latihan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Umur Zona latihan (denyut nadi per menit) 55 tahun 115-140

56 tahun 115-139 57 tahun 114-138 58 tahun 113-138 59 tahun 113-137 60 tahun 112-136 (Maryam, dkk, 2011)


(35)

Contohnya untuk lansia yang berusia 55 tahun harus melakukan latihan sehingga denyut nadinya mencapai lebih dari 115/menit dan tidak melampaui 140/menit. Apabila waktu melakukan latihan denyut nadi tidak mencapai 115 denyut per menit, maka latihan kurang bermanfaat untuk memperbaiki kesegaran jasmani. Akan tetapi, bila melampaui 140 denyut per menit, maka latihan dapat membahayakan kesehatan.

c. Durasi

Untuk mendapatkan hasil yang bersemangat bagi kebugaran jantung paru, harus berlatih pada zona latihan selama 15-30 menit dengan pemanasan sebelumnya dan 5-10 menit diakhiri dengan pendinginan.

d. Macam

Untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Beberapa contoh olahraga/latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisiknya adalah sebagai berikut.

1. Pekerjaan rumah dan berkebun

Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani. Akan tetapi harus dikerjakan secara agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat, dan otot menjadi lelah. Dengan demikian, tubuh kita akan mengeluarkan keringat.


(36)

2. Berjalan-jalan

Berjalan-jalan sangat baik untuk meregangkan otot-otot kaki dan bila jalannya makin lama makin cepat akan bermanfaat untuk daya tahan tubuh. Jika melangkah dengan panjang dan mengayunkan lengan 10-20 kali, maka dapat melenturkan tubuh. Hal ini bergantung kebiasaan. Jika berjalan merupakan bentuk latihan yang diinginkan, maka cobalah untuk dikombinasikan dengan bentuk olahraga lain. Joging atau berlari-lari bagi lansia juga sering dilakukan walaupun sebenarnya lebih baik berjalan cepat.

3. Jalan cepat

Jalan cepat adalah olahraga lari yang bukan untuk perlombaan dan dilakukan dengan kecepatan dibawah 11 km/jam atau dibawah 5,5 menit/km. Jalan cepat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan kesegaran jasmani, latihan ini termasuk cara yang aman bagi lansia. Selain itu, biayanya murah dan menyenangkan, mudah, serta berguna apabila dilakukan dengan benar. Jalan cepat berguna untuk memperbaiki kemampuan pengambilan zat asam (O2), berarti memperbaiki fungsi jantung, paru-paru, peredaran darah, dan lain-lain. Jalan cepat dilakukan dapat sendiri ataupun bersama-sama dan dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali seminggu, lama latihan 15-30 menit, dan dilakukan tidak kurang dari 2 jam setelah makan. Bagi lansia yang mengidap penyakit sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter.

4. Renang

Renang adalah olahraga yang paling baik dilakukan untuk menjaga kesehatan. Dikatakan demikian karena pada saat berenang hampir semua otot bergerak,


(37)

sehingga kekuatan otot semakin meningkat. Namun olahraga renang kurang diminati dan segan melakukannya, mengingat keadaan kulit lansia atau pakaian yang harus digunakan. Olahraga renang biasanya baik untuk orang-orang yang menderita penyakit lemah otot atau kaku sendi juga dapat melancarkan peredaran darah asalkan dilakukan secara teratur.

5. Bersepeda

Seperti renang, bersepeda baik bagi penderita artritis, karena tidak menyentuh lantai yang akan menyebabkan sakit pada sendi-sendinya seperti jenis latihan jalan cepat. Bersepeda baik untuk meningkatkan peregangan dan daya tahan, tetapi tidak menambah kelenturan pada derajat yang lebih tinggi. Bentuk-bentuk lain yang dapat dilakukan adalah tenis meja dan tenis. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan sesuai kemampuan dan harus disertai latiahan aerobik. 6. Senam

Adapun Jenis-jenis Senam Lansia adalah sebagai berikut: 1. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)

Senam kesegaran jasmani adalah suatu latihan fisik untuk meningkatkan kualitas kesegaran jasmani pada lansia.

2. Senam Thai Chi Chuan

Senam Thai Chi Chuan adalah salah satu bentuk latihan fisik yang menggabungkan latihan pernafasan, relaksasi, dan struktur gerakan yang pelan dan lembut yang mempunyai manfaat tinggi bagi lansia.


(38)

3. Senam kegel

Senam kegel adalah latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif yang berguna untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul.

4. Senam Yoga

Senam Yoga adalah latihan mengolah otot pernafasan , tapi juga konsentrasi tatapan mata saat beryoga. Latihan ini dapat menguntungkan fisik dan mental. 2.4.3.3 Program latihan

Agar senam mencapai sasaran, perlu dibuat program latihan seperti berikut: a. Cukup memenuhi tingkat kebugaran yang dapat menunjang kebugaran

sehari-hari atau setidaknya dapat mencapai kebugaran yang membantu mengurangi penyakit.

b. Mudah dilakukan tanpa memerlukan bakat khusus , fasilitas peralatan dan keadaan sekitar.

c. Tidak terlalu banyak waktu, tiga puluh sampai enam puluh menit dan tidak melelahkan setelah latihan.

d. Manfaatnya dapat segera dirasakan dan diukur. 2.4.3.4 Pakaian

Pakaian yang digunakan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut: a) Tidak menghalangi gerakan (ketat/kendur)

b) Cukup ventilasi

c) Mudah menyerap keringat d) Tampak dari dalam penampilan


(39)

f) Jangan memakai pakaian tebal dan sangat menutup badan

g) Sepatu datar supaya tidak menghalangi peregangan betis atau gunakan sepatu untuk berjalan kaki yang mempunyai sol /bantalan yang tebal pada daerah tumit. Gunakan sepatu khusus untuk lansia yang memiliki kelainan kaki.

2.4.3.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik/senam Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik/senam:

a) Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan kardiopulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan, dan kelincahan gerak.

b) Selalu memerhatikan keselamatan/menghindari cedera.

c) Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan kemampuan

d) Dalam permainan ringan sangat dianjurkan

e) Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi sedikit.

f) Hindari kompetisi dalam bentuk apapun

Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya. Kurang


(40)

gerak dapat meninbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan.

2.4.4 Gerakan-Gerakan Pada Senam Lansia

2.4.4.1 Gerakan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) pada lansia Tiap gerakan lakukan 2-3 kali kemudian meningkat 8-10 kali.

Latihan Kepala dan Leher

a. Lihat keatap dan kemudian menunduk sampai dagu ke dada. Jangan lihat hanya menggunakan mata saja dan jangan dihentakkan.

b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri. c. Meringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.

Latihan Bahu dan Lengan

a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan kembali perlahan-lahan.

b. Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan lengan ke depan harus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala. Lengan harus lurus dan tidak bengkok.

c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanan dan tangan kiri.


(41)

Latihan Tangan

a. Letakkan telapak tangan di atas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan di meja b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan

untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali, lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.

c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian regangkan jari-jari selurus mungkin. Latihan Punggung

a. Dengan tangan di samping bengkokkan badan kesatu sisi kemudian kesisi lain , jangan hanya menggerakkan bahu saja.

b. Letakkan tangan di pinggang dan tekanan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu ke kiri dan ke kanan . Jangan hanya memutar kepala.

c. Posisi tidur telentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar pada tempat tidur, regangkan kedua lengan ke samping. Tahan bahu pada tempatnya dan jauhkan kedua lutut ke samping kiri dan kanan. Cobalah untuk menyentuh ranjang dengan paha, jangan dengan menggerakkan bahu.

d. Tepukkan kedua tangan ke belakang dan regangkan kedua bahu kebelakang. Latihan Paha

a Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran kursi atau dengan berdiri tegak dan memegang sandaran kursi atau dengan kursi atau dengan posisi tiduran. Lipat satu lutut sampai dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan tahan beberapa waktu, lutut yang di sisi lain tidak boleh bergerak.


(42)

b Regangkan sejauh mungkin, lalu kembali lagi, lakukan satu persatu

c Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan, tekankan kedua lutut pada tempat tidur hingga bagian lutut menyentuh tempat tidur. Lutut jangan sampai bengkok.

d Pertahankan kaki tanpa membengkokkan lutut, kemudian tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali. Jangan bengkokkan lutut.

e Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakkan lutut. Jangan membengkokkan lutut.

f Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi. Lutut tidak ikut bergerak.

g Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada sisi meja. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan . Berdirilah di depan cermin sehingga bisa diketahui apakah berdirinya lurus atau tidak sepanjang latihan ini. Jangan menundukkan ke depan.

Latihan Pernafasan

Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu rileks. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam. Maka terasa dada mengembang. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapat-dapatnya. Terasa tangan akan menutup kembali. Jika telah merasa melakukan dengan benar, tidak perlu lagi menahan tangan pada dada. Latihan ini dapat pula untuk membantu relaks pada saat istirahat dalam melakukan latihan-latihan lainnya, Jangan mengangkat bahu.


(43)

Latihan Muka

a Kerutkan muka kuat-kuat muka sedapatnya. Kemudian tarik alis keatas b Tetap mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar

c Kembungkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam d Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul 2.4.4.2 Gerakan senam thai chi chuan

Gerakan 1

a Berdiri tegak, regangkan kedua kaki dan kedua tangan di samping badan, mata menatap lurus ke depan.

b Kedua tangan diangkat sampai sejajar pusat, kemudian kedua tangan diluruskan ke depan.

c Kedua kaki sedikit ditekuk dan kedua tangan diangkat setinggi pusat. Gerakan 2

a Kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan. Tangan kiri bergerak ke atas sedangkan tangan tetap berada di pinggang kanan, badan lurus, mata menatap telapak tangan kiri yang sedang bergerak naik.

b Kaki kanan ditekuk, kaki kiri agak dibengkok. Tangan kiri tetap berada diatas, tangan kanan bergerak keatas pusat, mata menatap tangan kiri, badan agak condong kesamping kiri.

Gerakan 3

a. Kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, kedua tangan bergerak ke atas bersama-sama sejajar kepala kerah kiri dan mata menatap kedua tangan.


(44)

b. Kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk, kedua tangan diturunkan perlahan lahan sampai ke pinggang.

Gerakan 4

a Kedua kaki sedikit ditekuk, tangan kiri bergerak kesamping kiri dan tangan kanan kesamping kiri sampai dada, mata menatap lurus ke arah tangan kiri. Kemudian tangan kanan bergerak menghadap wajah dan mata lurus ke depan.

b Kedua kaki ditekuk, tangan kanan bergerak kesamping kanan sejajar wajah, tangan kiri bergerak kedepan pusat, mata menatap ke arah tangan kanan.

Gerakan 5

a. Kaki kiri diluruskan kaki kanan ditekuk. Tangan kiri bergerak kesamping kiri dan tangan kanan berada di pinggang kanan, mata menatap ke tangan kiri.

b. Kedua kaki ditekuk, tangan kanan bergerak kesamping kanan sejajar kepala, mata menatap ketangan kiri.

Gerakan 6

a Kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk, kedua tangan diturunkan perlahan-lahan sampai sejajar dada. Badan agak condong kesamping kiri mata menatap ketangan kiri.

b Kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan. Tangan kiri bergerak keatas dan tangan kanan ditarik ke pinggang kanan, mata menatap lurus ketangan kiri.


(45)

Gerakan 7

a Kaki kanan ditekuk, kaki kiri ditekuk dan diangkat sedikit. Tangan kanan bergerak kesamping kanan atas sedangkan tangan kiri bergerak ke depan dada, mata menatap ketangan kanan.

b Kaki kanan ditekuk, kaki kiri ditekuk, dan diangkat sedikit, tangan kiri berada di atas paha kiri, sedangkan tangan kanan bergerak menghadap ke wajah, mata menatap ketangan kiri.

c Kaki kiri ditekuk dan kaki kanan diluruskan, tangan kiri berada di pinggang kiri sedangkan tangan kanan bergerak ke arah kiri sejajar dengan wajah, mata menatap lurus ketangan kanan.

Gerakan 8

a Kedua kaki ditekukkan dan menghadap kesamping kiri, kedua tangan digerakkan kearah dada.

b Kaki kiri diluruskan, paha kanan diangkat naik keatas sampai posisi horizontal, tangan kanan bergerak keatas sejajar bahu dan tangan kiri dipinggang kiri, badan agak bengkok kedepan.

c Kaki kiri diluruskan, kaki kanan diayunkan keatas samping kiri sejajar paha, tangan kanan bergerak menjauhi wajah dan tangan kiri ditarik kebelakang, mata menghadap lurus ketangan kanan.

Gerakan 9

a Posisi membelakangi dimana kaki kiri diluruskan dan kaki kanan ditekuk. Tangan kanan bergerak kesamping menjauhi badan dan tangan kiri bergerak kesamping kiri, mata menghadap tangan kiri.


(46)

b Kaki kanan sedikit ditekuk, kaki kiri diangkat sedikit, kedua tangan bergerak kesamping kiri dan sejajar bahu, mata menghadap kedua tangan disamping kiri.

c Kaki kanan diluruskan dan paha kiri diangkat membentuk bidang horizontal. Tangan kiri bergerak menjauhi tangan kanan dan tetap berada di depan bahu, mata menghadap ke tangan kiri.

d Kaki kanan diuruskan dan kaki kiri diangkat lurus menghadap kesamping kiri, kedua tangan menjauhi, tangan kanan bergerak kekanan dan tangan kiri bergerak ke depan, mata menatap tangan kiri.

Gerakan 10

a Berdiri tegak, kedua kaki diregangkan, kedua tangan disilangkan di depan dada, mata menatap lurus ke depan.

b Berdiri tegak, kedua kaki diregangkan, kedua tangan masing-masing berada di pinggang, pandangan lurus ke depan.

c Berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan. Kedua tangan lurus di samping kiri dan kanan, pandangan menghadap lurus ke depan.

2.4.4.3 Senam Kegel

Senam kegel adalah latihan kontraksi otot dasar panggul secara aktif yang berguna untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Pada senam kegel lansia harus mengikuti petunjuk sebagai berikut:

a Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks.


(47)

c Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, uretra dan rektum

d Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi dan berkemih. e Rasakan kontraksi otot dasar panggul.

f Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya, kurang lebih 10 detik. g Selanjutnya, rileks dan rasakan otot dasar panggul yang rileks

h Kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa adanya kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan nafas. Kontrol kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada perut.

i Rileks, coba rasakan perbedaan saat kontraksi dan rileks.

j Sesekali kontraksi dipercepat. Pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain. k Lakukan kontraksi otot yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal,

lakukan tiga kali pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah. l Latih untuk kontraksi otot dasar panggul dan mempertahankannya sebelum

dan selama aktivitas tertawa, batuk, bersin, mengangkat benda, bangun dari kursi/tempat tidur dan joging.

m Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat sepuluh kali kontraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama sepuluh hitungan. Lakukan enam sampai delapan kali dalam sehari atau setiap saat dapat melakukannya.

Pada dasarnya senam kegel bisa dilakukan di mana saja dan dengan posisi apa saja. Kita bisa melakukan senam kegel tanpa harus diketahui orang lain, bahkan orang yang sedang duduk disamping kita sekalipun.


(48)

2.4.4.4 Senam Yoga

Senam yoga adalah latihan mengolah otot pernafasan, gerak dan konsentrasi. Olah fikir tidak hanya terlatih saat latihan pernafasan. Tapi juga konsentrasi tatapan mata saat beryoga. Latihan ini dapat menguntungkan fisik dan mental. Senam yoga dapat dilakukan dengan cara yaitu: Duduklah dengan tegak, rentangkan kaki kedepan, letakkan kaki pada paha. Tekukkan kaki kanan di bagian lutut, sehingga pangkal tumit menekan pada pangkal paha, telapak kaki kanan menyentuh paha kiri. Tekuklah kaki kiri, tekan tumit pada pangkal paha, masukkan jari-jari kaki pada tekukan kaki kanan. Letakkan telapak tangan pada lutut. Tahanlah sikap ini beberapa menit. Ulangi sikap ini dengan menekuk kaki kiri terlebih dahulu. Namun secara umum kita mengenal 3 jenis yoga sebagai dasar olahraga yoga, yaitu:

a. Asanas

Asanas mempengaruhi setiap aspek sitsem tubuh manusia baik secara materi maupun non materi, tidak saja membuat seimbang kerja sistem kelenjar tetapi juga membuat otot-otot menjadi giat dan santai. Manfaat yang di dapat adalah kekuatan otot, kesimbangan tubuh, daya tahan tubuh dan vitalitas.

b. Pranayama

Pranayama merupakan energi vital yang mempertahankan kehidupan dan kesehatan tubuh. Pranayama berasal dari kata “prana” yang berarti penapasan dan “ayama” yaitu pengaturan. Pranayama merupakan jenis latihan untuk pengaturan fungsi pernapasan


(49)

c. Meditasi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa terdapat ketergantungan antara tubuh dan fikiran, maka sikap mental kita berperan penting atas penyakit fisik yang kita derita, juga untuk hal yang sebaliknya, bahwa kondisi fisik dapat berperan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit pikiran (mental ) yang kita derita.


(50)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Pada lansia terjadi penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh yang bersifat alamiah. Sistem muskuloskeletal merupakan salah satu sistem tubuh yang mengalami perubahan. Perubahan-parubahan ini antara lain penurunan elastisitas, penurunan massa otot dan tulang yang mengakibatkan lansia mudah mengalami peradangan, kekakuan, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari-sehari.

Untuk meningkatkan kesehatan lansia, melalui senam yang dilakukan secara teratur otot dapat bertambah atau berkembang baik ukuran, tenaga maupun memperlambat proses penuaan dini, tetap sehat dan mandiri selama mungkin.

Kerangka konsep penelitian ini menggunakan teori secara sistematis, dimana fokus penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat dalam skema berikut:


(51)

Skema 3.1

3.2 Variabel penelitian Tabel 3. 2 Variabel penelitian A. Pengetahuan

Defenisi konseptual

Defenisi Operasional

Hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh lansia tentang senam lansia baik tujuan senam, manfaat senam, dan prinsip-prinsip senam yang

SENAM LANSIA

PENGETAHUAN LANSIA - Tujuan senam - Manfaat senam -Prinsip-prinsip senam

SIKAP LANSIA - Tujuan senam -Manfaat senam - Prinsip-prinsip senam


(52)

B. Sikap

Defenisi konseptual

Defenisi operasional

terdiri dari: penahapan , dosis senam: frekuensi, intensitas, durasi, jenis olahraga yang dilakukan (berjalan – jalan, jalan cepat, bersepeda, dan senam lansia), dan pakaian yang digunakan untuk melaksanakan senam lansia yang tinggal di Desa Mompang kecamatan barumun Kabupaten padang Lawas. Tingkat pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti yang dapat digambarkan dengan sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk.

Pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek .(Heri, 1999).

Pandangan atau perasaan lanjut usia dalam melaksanakan senam lansia yang meliputi tujuan senam, manfaat senam, dan prinsip-prinsip senam yang terdiri dari : penahapan , dosis senam: frekuensi, intensitas, durasi, jenis


(53)

olahraga yang dilakukan (berjalan-jalan, jalan cepat, bersepeda, dan senam lansia) , pakaian yang digunakan untuk melaksanakan senam lansia yang tinggal di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Sikap dapat diukur dengan menggunakan instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti yang dapat digambarkan dengan sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk.


(54)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena yaitu tingkat pengetahuan dan sikap lansia lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang lawas.

4.2 Populasi dan sampel penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas dengan jumlah populasi 60 orang. 4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas dengan kriteria sebagai berikut:

1. Umur 60 tahun keatas 2. Sehat jasmani dan rohani

3. Bersedia jadi responden penelitian 4. Dapat berkomunikasi

4.2.3 Tekhnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden (Nursalam, 2003), yaitu berdasarkan rumus: n =


(55)

Keterangan:

n :Jumlah sampel N:Jumlah populasi d:Tingkat signifikan (p) Maka jumlah sampel :

N =

60

1+60

(

0

,

05

)

2

=52,17

=52 responden 4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DesaMompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Adapun alasan memilih lokasi ini dikarenakan daerah ini belum pernah dijadikan tempat penelitian khususnya untuk lansia.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini penulis harus jujur, data yang diambil harus data yang sebenarnya, menjaga keselamatan dan kerahasiaan responden. Melindungi diri dari ketidaknyamanan dan bahaya serta tidak menyebabkan kerugian bagi responden. Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu peneliti harus memberitahukan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian kepada responden dan kemudian meminta kesediaan responden dan kemudian meminta kesediaan responden untuk dilakukan penelitian terhadap dirinya. Bila responden bersedia menjadi partisipan, maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan atau informed consent tersebut. Peneliti tidak melakukan pemaksaan


(56)

terhadap responden, peneliti juga harus benar-benar melindungi hak-hak responden karena pada kuesioner tidak dicantumkan nama asli.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan dalam bentuk kuisioner. Kuisioner terdiri atas tiga bagian, bagian pertama berisi data demografi, pengetahuan dan sikap. Kuesioner data demografi memberikan kelompok informasi yaitu tentang lanjut usia yang terdiri atas inisial, umur, jenis kelamin, pendidikan, riwayat pekerjaan dan status perkawinan.

Kuisioner data pengetahuan menggunakan skala Guttmann yang terdiri atas 5 pernyatan positif (nomor 1, 2 ,4, 5 ,9) dan 5, pernyataan negatif (nomor 3, 6, 7, 8, 10). Untuk penilaian pertanyaan positif jika jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0, sedangkan untuk pertanyaan negatif jika jawaban Ya diberi nilai 0 dan jawaban tidak diberi 1. Sehingga nilai terendah yang akan dicapai responden adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 10.

Kuisioner data sikap menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif dengan skor berkisar 1-4 untuk setiap pernyataan. Sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 40. Tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia ini dapat dikategorikan yaitu:

1. Sangat baik 2. Baik 3. Sedang


(57)

4. Buruk 5. Sangat buruk

Dalam menentukan kategori pengetahuan dan sikap responden digunakan rumus menurut Sudjana (2002) yaitu:

Panjang kelas = Rentang Banyak kelas

Dimana rentang (nilai tertinggi- nilai terendah) sebesar 30 dan banyak kelas ada 5, maka didapat panjang kelas sebesar 6. Maka sikap lansia dapat dikategorikan yaitu: sangat baik (34-40), baik (28-33), sedang (22-27), buruk (16-21) , sangat buruk (10-15).

4.6 Validitas dan reabilitas Instrumen 4.6.1 Uji Validitas

Untuk menguji validitas instrumen, maka dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu dengan memberikan instrumen kepada pakar yang menguasai topik yang akan diteliti (Dempsey, 2002. hlm. 80). Dalam hal ini, yaitu dosen Fakultas Keperawatan USU dari departemen Jiwa dan Komunitas.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen

penelitian, artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang sama maka hasilnya akan tetap sama. Kuesioner untuk menilai pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan dikotomi, Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Kurder Ricardson (KR-21) dikatakan reliabel jika nilai koefisien yang diperoleh ≥ 0,4 ( Azwar, 2007). Sedangkan untuk kuesioner sikap


(58)

uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Test reliabilitas menggunakan analisis item, yaitu masing-masing skor item dikorelasikan dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefisien alpha mendekati angka 0,7 dinyatakan reliabel (Arikunto, 2010). Dan hasil uji reabilitas sikap adalah 0,717.

4.7 Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian melalui bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas setelah mendapat izin dari kepala Desa Mompang, peneliti melaksanakan pengumpulan data. Kemudian peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penilitian dan cara pengisian kuisioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menanda tangani

informed consent. Kemudian peneliti mengingatkan untuk mengisi kuisioner

dengan teliti dan cermat. Sebelum mengisi kuisioner peneliti menanyakan kepada responden apakah mengisi sendiri atau dibacakan oleh penelti. Peneliti mendampingi responden selama 10-15 menit.

Seluruh pertanyaan harus dijawab olah responden, selanjutnya kuisioner dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, saat itu juga harus dilengkapi oleh responden.


(59)

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan melalui beberapa tahap, pertama editing, yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua coding, yaitu memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memasukkan data kedalam komputer (entry). Setelah itu melakukan tabulating data dengan memasukkan data ke dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif. Semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan komputerisasi untuk menghitung frekuensi dan persentasenya. Dari pengolahan data deskriptif, data yang bersifat kategori disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(60)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas. Jumlah responden yang yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 52 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 38,5,% responden adalah laki-laki dan 61,5% adalah perempuan. Tingkat pendidikan responden pada umumnya adalah setingkat sekolah dasar yaitu 57,7%, dan terdapat 23,1% responden yang tingkat pendidikannya setingkat SMP, 3,8% responden berpendidikan setingkat SMA, 3,8% responden berpendidikan setingkat perguruan tinggi dan terdapat 11,5% responden yang tidak tamat sekolah dasar. Berdasarkan riwayat pekerjaan responden pada umumnya adalah bekerja sebagai petani yaitu 94,2% responden, dan terdapat 3,8% responden bekerja sebagai wiraswasta, dan 1,9% sebagai PNS. Responden dengan status perkawinan yang kawin sebanyak 53,8%, responden yang janda sebanyak 40,4%, responden yang duda sebanyak 5,8%. Berdasarkan observasi pada saat pengumpulan data didapatkan bahwa riwayat penyakit yang pernah dialami oleh responden adalah hipertensi sebanyak 17,3%,


(61)

asam urat 15,4%, rematik 11,5%, malaria 7,7%, batuk 13,5%, maag 9,6%, DLL sebanyak 9,6%. Sedangkan untuk lamanya responden menderita penyakit, < 1 bulan sebanyak 38,5%, 1-3 bulan sebanyak 15,4%, 4-6 bulan sebanyak 15,4%, > 6 bulan sebanyak 30,8%. Riwayat pengobatan yang dilakukan oleh responden selama mereka menderita penyakit adalah berobat ke puskesmas/pustu sebanyak 28,8%, minum/makan tablet 26,9%, berobat ke bidan 17,3%, berobat ke dokter 9,6% dan dirawat dirumah 3,8%, berobat ke Rumah Sakit 13,5%. Hasil penelitian tentang karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1.1

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden lansia di Desa mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.

No. Karakteristik Frekuensi Persentase%

1. 2. 3. 4. Jenis kelamin • Laki-laki • Perempuan Pendidikan • SD • SMP • SMA • PT

• Tidak sekolah • Tidak tamat SD Riwayat pekerjaan • Petani • Buruh • Wiraswasta • PNS/POLRI/ABRI • Dll Status perkawinan • Kawin • Tidak kawin • Janda • Duda 20 32 30 12 2 2 - 6 49 - 2 1 - 28 - 21 3 38,5 61,5 57,7 23,1 3,8 3,8 - 11,5 94,2 - 3,8 1,9 - 53,8 - 40,4 5,8


(62)

5. 6. 7. Riwayat penyakit • Hipertensi • Maag • Batuk • Asam urat • Rematik • Malaria

• Dll

Lamanya • < 1 bulan • 1-3 bulan • 4-6 bulan • > 6 bulan Riwayat pengobatan

• Minum/makan tablet • Berobat ke bidan • Berobat ke

puskesmas/pustu • Berobat ke dokter • Dirawat di rumah • Berobat ke Rumah Sakit

9 5 7 8 6 4 5 20 8 8 16 14 9 15 5 2 7 17,3 9,6 13,5 15,4 11,5 7,7 9,6 38,5 15,4 15,4 30,8 26,9 17,3 28,8 9,6 3,8 13,5

5.1.2 Pengetahuan lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas

Pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam penelitian ini dinilai berdasarkan skor yang diberikan pada tiap pernyataan dalam kuesioner, maka didapatkan 13,5% responden dikategorikan mempunyai pengetahuan sangat baik tentang senam lansia, 76,9% dikategorikan mempunyai pengetahuan yang baik tentang senam lansia, serta terdapat 9,6% mempunyai pengetahuan sedang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.2 berikut:


(63)

Tabel 5.1.2. Pengetahuan responden tentang senam lansia berdasarkan kategori Kategori Frekwensi Persentasi

Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk 7 40 5 - - 13,5% 76,9% 9,6% - -

5.1.3 Sikap responden terhadap Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kab. Padang Lawas

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa 80,8% dari responden mempunyai sikap baik, 19,2% kategori sedang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.3.

Tabel 5.1.3. Sikap responden terhadap Senam Lansia berdasarkan kategori Kategori Frekwensi Persentasi

Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk - 42 10 - - - 80,8% 19,2% - -

5.2 Pembahasan 1. Pengetahuan Lansia

Pada pembahasan ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia. Pengetahuan lansia tentang senam lansia adalah semua informasi yang diperoleh lansia mengenai senam lansia. Hal-hal yang perlu diketahui dan dipahami oleh lansia adalah tujuan


(64)

senam lansia, manfaat senam lansia dan prinsip-prinsip senam lansia. Senam adalah latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan lansia. Untuk mengetahui senam lansia yang baik lansia harus memiliki informasi yang cukup tentang senam. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama, faktor sosial ekonomi dan kesempatan untuk mendapatkan informasi (Notoadmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan lansia tentang senam lansia mayoritas baik yaitu sebanyak 76,9%, pengetahuan sangat baik 13,5% dan pengetahuan sedang 9,6%. Hal ini kemungkinan juga dapat berhubungan dengan pengalaman, budaya dan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang didapatkan responden dalam kehidupannya sehari-hari, walaupun pendidikan responden mayoritas setingkat sekolah dasar (57,7%). Dan pertanyaan kuesioner disesuaikan dengan aktivitas/olahraga yang sesuai dengan budaya/ kemampuan masyarakat setempat. Bila dilihat dari karakteristik responden hal ini memungkinkan responden memiliki pengetahuan baik karena didukung oleh pengalaman dan motivasi responden yang kuat untuk tetap memperoleh informasi kemudian kepercayaan/agama yang kuat juga mendukung responden berbuat hal-hal yang positif atau yang bermanfaat untuk kehidupannya, termasuk dalam hal-hal olahraga/aktivitas fisik dan terbukti dengan jawaban responden yang kategori baik sesuai apa yang dijelaskan oleh Notoadmodjo (2003) beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama, faktor sosial ekonomi dan kesempatan untuk mendapatkan


(65)

informasi. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan juga memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang ( Nasution, 1999). Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Walaupun secara keseluruhan pengetahuan responden berada didalam kategori baik, namun bila dilihat dari pengetahuan responden secara rinci untuk setiap pernyataan ada beberapa pernyataan dimana responden yang menjawab salah diatas 10% antara lain pernyataan nomor 3, 6 dan nomor 8. Kemudian dari tingkat pengetahuan terdapat juga kategori sedang sebanyak 9,6% dan untuk sikap kategori sedang sebanyak 19,2% hal ini mungkin dipengaruhi juga oleh pendidikan responden yang mayoritas SD, disamping motivasi dan pengalaman responden dalam mendapatkan informasi terutama tentang olahraga. Bila dilihat dari jenis kelamin responden dalam penelitian ini mayoritas adalah jenis kelamin perempuan, ini didukung oleh usia harapan hidup perempuan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat pengetahuan perempuan mayoritas lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dipengaruhi karena lansia perempuan lebih aktif untuk berkumpul dengan teman-temannya, lebih aktif


(66)

menghadiri acara-acara seperti pengajian, wirid yasin dan acara –acara lainnya, sehingga peluang untuk bertukar pikiran dan peluang untuk mendapatkan informasi lebih mudah. Bila dilihat dari segi pendidikan mayoritas pendidikan lansia adalah sederajat SD tetapi lansia tersebut memiliki pengalaman, budaya, kepercayaan/agama, faktor sosial ekonomi dan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang kuat sehingga menunjang peningkatan pengetahuan lansia tersebut. Kemudian apabila dilihat dari riwayat pekerjaan responden mayoritas pekerjaan responden adalah petani. Lansia mengatakan mereka harus tetap sehat sehingga mereka tetap bisa bekerja, karena apabila mereka tidak sehat maka pekerjaan mereka akan terbengkalai jadi hal itulah yang mendorong lansia mencari informasi tentang cara meningkatkan kesehatan terutama lnformasi tentang senam. Dari karakteristik status perkawinan maka mayoritas lansia adalah yang berstatus kawin kemudian yang berstatus janda karena usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka lebih banyak lanjut usia perempuan yang ditinggal meninggal lebih dulu oleh suaminya, dan karena perbedaan gender menyebabkan perempuan terbiasa mengurus dirinya sendiri, sehingga lebih siap untuk tinggal sendiri. Sedangkan lanjut usia laki-laki lebih banyak berstatus kawin. Maka faktor lansia yang berstatus kawin lebih tinggi pengetahuannya dibandingkan yang lainnya adalah karena lansia yang berstatus kawin proses penyampaian informasi mungkin lebih cepat terutama kepada pasangannya kemudian diskusi yang dilakukan oleh pasangan tersebut sehingga apabila salah satu mendapatkan informasi maka lansia tersebut menyampaikannya kepada pasangannya misalnya informasi tentang kesehatan.


(67)

2. Sikap Lansia

Sikap merupakan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan salah satu dari ketiga komponen pembentuk sikap yaitu komponen kognitif. Dalam teori Rosenberg, pengetahuan dan sikap berhubungan secara konsisten. Bila komponen kognitif (pengetahuan) berubah, maka akan diikuti perubahan sikap. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang seharusnya berhubungan dengan sikapnya. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang sudah seharusnya berhubungan dengan sikapnya.

Sikap responden dalam penelitian ini 19,2% dalam kategori sedang, dan 80,8% dalam kategori baik. Batasan budaya menurut Konjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Pemahaman akan budaya memberikan kesimpulan bahwa gagasan, perasaan, perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Budaya tercipta supaya upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalah-masalah yang timbul dari lingkungan hidupnya. Dari hasil penelitian Zuraidah (2006) di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan yaitu di Lingkungan V Kelurahan Sei Putih Barat Medan, diketahui bahwa pengetahuan lansia tentang senam lansia mayoritas cukup yaitu sebanyak 56,9%, pengetahuan baik sebanyak 34,5% dan pengetahuan kurang sebanyak 8,6%. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan lansia mayoritas SD sebanyak 46,6%, SMP sebanyak 17,25%, SMA sebanyak 24,5% dan pada


(68)

akademik/perguruan tinggi sebanyak 12,1%. Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian di atas bahwa hasil penelitian mayoritas baik karena dalam hal ini peneliti menggunakan pernyataan dalam kuesioner sesuai dengan adat/budaya ataupun kemampuan yang biasa dilakukan masyarakat di desa tersebut (sesederhana mungkin), jadi dalam hal ini ada perbedaan dengan lansia yang tinggal di kota seperti penelitian Zuraidah (2006) yang membuat pernyataan dalam kuesionernya misalnya menekankan pada pengetahuan mengenai jenis-jenis senam, pengetahuan mengenali gerakan setiap jenis-jenis senam, manfaat senam dan lain- lain. Jadi meskipun sama- sama mayoritas pendidikan responden adalah sederajat SD tetapi aspek pencapaian tujuannya berbeda, di Kota pelayanan untuk senam lansia sudah ada tinggal pengetahuan dan motivasi lansia yang harus ditingkatkan agar program tersebut berhasil, sedangkan di Desa pengetahuan dasar tentang senam lansia harus terus dikembangkan. Selain itu harapan peneliti kepada puskesmas/ pustu setempat agar mengembangkan ataupun melaksanakan senam lansia tersebut mengingat sangat pentingnya bagi lansia.


(69)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan judul tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Mayoritas lansia berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 61,5%. Pendidikan lansia mayoritas berpendidikan SD yaitu 57,7%, riwayat pekerjaan petani sebanyak 94,2%, status perkawinan dengan kawin 53,8%, riwayat penyakit hipertensi sebanyak 17,3%, lama menderita penyakit < 1bulan 38,5%, riwayat pengobatan berobat ke puskesmas/pustu 28,8%. Tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia secara umum dikategorikan dalam kategori sangat baik sebanyak 13,5%, kategori baik 76,9%, dan kategori sedang 9,6%. Sedangkan untuk sikap responden tentang senam lansia dikategorikan dalam kategori baik sebanyak 80,8%. Tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia ini mayoritas baik, hal ini dikarenakan peneliti menggunakan pernyataan yang sesuai dengan budaya/ menurut kemampuan masyarakat setempat, jadi sesuai dengan apa yang mungkin dilakukan oleh lansia di desa tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama, faktor sosial ekonomi dan kesempatan untuk mendapatkan informasi (Notoadmodjo, 2003). Ternyata dari hasil wawancara peneliti dengan lansia pihak Puskesmas/Pustu sendiri belum pernah melaksanakan program senam lansia ini di desa tersebut, tetapi lansia di desa tersebut sudah mengetahui betapa pentingnya melakukan senam lansia ini terbukti dengan pengetahuan mereka


(70)

tentang senam lansia ini mayoritas baik, jadi untuk manfaat dan program latihan senam lansia mereka sudah mengetahuinya terbukti dengan jawaban kuesioner pada penelitian ini dan untuk jenis senam sendiri karena lansia tidak mengetahui jenis-jenis senam lansia dan yang mereka ketahui hanya senam SKJ, maka peneliti mengganti dengan kegiatan fisik yang lain karena untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang adekuat, jenis latihan harus disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Beberapa contoh olahraga/latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran, kesegaran, dan kelenturan fisiknya adalah pekerjaan rumah dan berkebun, berjalan- jalan, jalan cepat, renang, bersepeda dan senam jadi peneliti memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan lansia di desa tersebut. Begitu juga hal nya dengan sikap lansia. Maka alangkah baiknya pihak Puskesmas/Pustu segera merealisasikan program yang sudah ada untuk lansia, khususnya senam lansia mengingat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia ini sudah mayoritas baik.

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Rekomendasi terhadap penelitian

Kuesioner dalam penelitian ini belum sepenuhnya mewakili tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia, maka sebaiknya peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas kuesioner dan uji reabilitas kuesioner. 6.2.2 Rekomendasi terhadap pendidikan keperawatan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa data pengetahuan lansia tentang senam lansia mayoritas baik, sedangkan sikap lansia tentang senam lansia mayoritas baik


(71)

juga. Untuk itu perlu diharapkan adanya peningkatan dan pengembangan dalam pendidikan khususnya yang berkaitan dengan keperawatan gerontik.

6.2.3 Rekomendasi terhadap penelitian selanjutnya

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang Keperawatan Gerontik, agar pada penelitian selanjutnya agar difokuskan pada perbandingan pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia terhadap lansia yang ada di panti dengan lansia di masyarakat. Ataupun dengan melihat tingkat pengetahuan lansia terhadap jenis-jenis senam lansia agar lebih bervariasi dan untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak.

6.2.4 Rekomendasi terhadap Puskesmas

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia diperlukan pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan oleh perawat. Melalui pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, sosial dan mental. Disamping itu Puskesmas sebaiknya meningkatkan/melaksanakan pengadaan program senam lansia ini mengingat semangat dari lansia di desa tersebut bisa dikatakan baik.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.Identitas

Nama : Wardah Jamila Hsb

Tempat/Tanggal Lahir : Mompang / 2 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gang Sarmin No.18 Padangbulan

II. Nama Orang Tua

Ayah : Ismail Hasibuan S.Pd Ibu : Fatimah

III.RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1997-2003 : SD NEGERI. 0114 MOMPANG Tahun 2003-2006 : SMP NEGERI 2 SIBUHUAN

Tahun 2006-2009 : SMA NURUL ILMI PADANGSIDIMPUAN Tahun 2009-2012 : D-III KEPERAWATAN USU MEDAN Tahun 2012-2014 : SI-KEPERAWATAN USU MEDAN


Dokumen yang terkait

Sikap Dan Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Padang Lawas (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

12 117 80

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR IBU HAMIL DENGAN MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI DESA MOMPANG KECAMATAN BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS

1 8 62

PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM YOGA DI POSYANDU LANSIA DESA BLULUKAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Keaktifan Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Windan Makamhaji Kartasura.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN LANSIA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DESA PADASUKA KECAMATAN LUNYUK

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia di Desa Mompang Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2013

0 0 28

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA DI DESA MOMPANG KECAMATAN BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

0 0 13

Sikap Dan Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Padang Lawas (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

0 0 17

Sikap Dan Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Padang Lawas (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

0 1 10

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA GUNUNG KARANG KECAMATAN BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 15