BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindarkan, sedangkan menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan – lahan
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat alamiahfisiologis yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kemampuan sel yang mulai tampak
sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia 60 tahun. Penurunan sistem muskuloskeletal adalah tahap lanjut dari seluruh proses
kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan Pujiastuti, 2003.
Keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional bisa dikatakan berhasil dan mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang. Keberhasilan tersebut dapat
dilihat dengan adanya kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan umur harapan hidup, yang berarti bertambah pula populasi lanjut usia lansia. Dimasa yang akan datang, jumlah
lansia akan semakin bertambah. Sejak tahun 1950, penduduk lansia Amerika yang berusia 65 tahun ke atas telah bertambah dua kali, dan penduduk lansia yang
lemah berusia 85 tahun ke atas telah bertambah lebih dari empat kali lipat. Pada tahun 2035, seperlima bahkan mungkin seperempat dari seluruh penduduk
Amerika akan berusia 65 tahun atau lebih Stanley Beare, 2007. Menurut Kinsela dan Taeuber 1993, dalam Martono Pranarka, 2009 di
negara-negara maju, jumlah lansia ternyata juga mengalami peningkatan, antara
Universitas Sumatera Utara
lain: Kenya 347, Brazil 255, India 242, China 220, Jepang 129, Jerman 66 dan Swedia 33. Menurut badan pusat statistik BPS 1992, dalam
Maryam, et al., 2008, di Indonesia pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28 dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34. Indonesia
diharapkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun 1980 menjadi urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak jumlah populasi lansianya WHO
1989, dalam Martono Pranarka, 2009. Manakala jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 11,688,987 dan jumlah lansia sebanyak 631,604 orang.
Data statistik Indonesia, 2010. Sistem muskuloskeletal yang merupakan komponen struktural utama,
mengalami perubahan dalam musculare, yaitu otot mengecil secara progresif dekalsifikasi Tortora dan anagnostakos, 1990. Perubahan yang lambat
membuat tulang pada lansia lebih mudah fraktur, penurunan elastisitas sendi disebabkan oleh adanya perubahan dalam sintesis kolagen yang cenderung
mengalami kerusakan Watson, 2003. Dengan adanya banyak perubahan yang terjadi pada lansia, masalah kesehatan sering dihadapi oleh lansia seperti stroke,
dimensia, diabetes militus, osteoporosis, dan gangguan persendian Nugroho, 2008.
Upaya-upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara: preventif pencegahan penyakit seperti
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu atau puskesmas, kuratif pengobatan pada lansia yang mempunyai penyakit seperti stroke dan diabetes
militus, dan rehabilitatif pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau
Universitas Sumatera Utara
cacat. Selain itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara promotif, yaitu dengan cara peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat
dilakukan dengan olahraga atau senam secara teratur Ekasari, et al., 2005. Menurut Pujiastuti 2003 menyatakan bahwa untuk mempertahankan
kualitas hidup tetap aktif dan produktif. Lansia memerlukan kemudahan dalam beraktivitas yang akan membantu lansia melakukan kegiatannya tanpa
hambatan,menggunakan energi minimal dan menghindari cedera. Senam lansia merupakan salah satu alternatif yang positif untuk membina
kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. Menurut Depkes 1995, dalam Indonesian Nursing, 2008, senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Menurut Indonesian Nursing 2008,
manfaat dari aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Kegiatan latihan fisik dan olahraga secara teratur dengan dosis yang tepat selain
bermanfaat secara fisiologik yaitu meningkatkan masa otot, membantu mempertahankan elestisitas pembuluh darah,dan tekanan darah serta mengurangi
kerja jantung, meningkatkan difusi oksigen dari paru-paru ke dalam darah serta mempertahankan fungsi hormonal dan reproduksi Sharkey, 2003, tetapi juga
dapat menjangkau aspek mental diantaranya lebih percaya diri, gembira, merasa segar, lebih kreatif, menurunkan stress dan ketegangan, menjadi lebih ramah dan
meningkatkan spontanitas. Dengan demikian kegiatan latihan fisik sudah menjadi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan untuk tujuan peningkatan status kesehatan dan kebugaran jasmani seseorang Pujiastuti, 2003.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang dan Wara 2000 tentang keefektifan latihan SKJ lansia untuk meningkatkan kebugaran jasmani kelompok
lanjut usia yang dilakukan 2 kali seminggu selama12 minggu menunjukkan peningkatan fleksibilitas, keseimbangan dan penurunan nadi pemulihan tetapi
tidak dapat menurunkan berat badan, nadi istirahat dan persentase lemak tubuh serta tidak dapat meningkatkan koordinasi pada wanita lansia, kemudian
penelitian tentang sikap lansia dan motivasi lanjut usia terhadap kegiatan senam lansia berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perbedaan kognitif dan konatif
sedangkan pada aspek afektif tidak dapat perbedaan. Pada motivasi lansia, motivasi intrinsik tidak terdapat perbedaan bermakna antara lansia laki-laki dan
perempuan tapi pada motivasi ekstrinsik untuk mengikuti senam terdapat perbedaan yang bermakna Hildani dkk, 2003.
Dari hasil penelitian Budiharjo, et al 2005 mengatakan bahwa partisipasi lansia untuk melakukan senam kurang memuaskan, faktor penyebab kurangnya
partisipasi adalah kurangnya pengetahuan tentang senam lansia. Dalam penelitian Dhenok 2008, dikatakan bahwa pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
pengetahuan lansia tentang latihan fisik dan dapat meningkatkan kegiatan khususnya senam. Dikatakan pula dalam penelitian Paryanti 2011 bahwa
sebanyak 47 responden menunjukkan 16 responden memiliki pengetahuan rendah, 17 responden memiliki pengetahuan kategori sedang, dan 14 responden dengan
pengetahuan tinggi. Sebanyak 29 responden tidak aktif dan 18 responden aktif
Universitas Sumatera Utara
mengikuti senam. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran lansia dan pengetahuan akan pentingnya mengikuti kegiatan senam. Menurut Irawati 2005,
menyatakan bahwa meskipun usianya sudah senja dia tidak harus diam saja di rumah, agar tubuh tetap sehat dan bugar salah satu kegiatan yang dapat
dilakukannya adalah melatih tubuh agar tetap bergerak yang dapat dilakukannya dengan melakukan senam sebanyak tiga kali seminggu. Adapun senam yang
diikutinya mulai dari senam kesehatan jasmani, senam osteoporosis, senam ceria dan senam jantung.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang
Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.
1.2 Tujuan Penelitian