Faktor yang memengaruhi status gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan untuk menilai status gizi yang dikutip dalam materi Aksi Pangan dan Gizi
Nasional Depkes RI, 2000 sebagai berikut: 1.
Makanan anak dan penyakit infeksi yang diderita anak. Penyebab kurang baiknya status gizi tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit anak. Anak yang mendapatkan makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat mempengaruhi status gizi bayi.
2. Ketahanan pangan keluarga. Pola asuh serta pelayanaan kesehatan dan
lingkungan merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya. Pola pengasuhan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang secara optimal baik
fisik, mental dan sosial.
2.2.3. Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kekurangan Gizi
Menurut kerangka yang disusun oleh WHO, terjadinya kekurangan gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang
secara langsung berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi. Pola asuh serta pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap kekurangan gizi. Untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi tersebut kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan anjuran
UNICEF, dan telah dimodifikasi oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk
menghasilkan kesehatan yang baik. Kekurangan gizi akan mengakibatkan anak mudah diserang penyakit, pengetahuan gizi dan pemberian makanan bergizi
disarankan untuk anak wajib diketahui bagi pendidik di Taman Kanak-Kanak. Anak membiasakan diri makan melalui makanan disekolah, anak belajar memilih
makanan yang baik, jika makanan masuk kebadan adalah makanan bergizi, maka anak akan memiliki daya tahan tubuh yang kuat
2. Pengasuhan anak oleh Ibu orang dewasa terhadap pemenuhan kebutuhan gizi,
perawatan dasar termasuk imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani,
Soetjiningsih, 1995 dalam Herwin, 2004. Menurut Ina 2002, Kementerian Kesehatan RI dalam hal penanggulangan
kekurangan gizi telah melakukan tindakan meliputi peningkatan pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan, pembiayaan pembangunan kesehatan, dan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan. Pemerintah juga melakukan upaya terobosan berupa intensifikasi dan ekstensifikasi penanganan gizi kurang dan gizi
buruk dengan fokus 203 kabupatenkota dengan prevalensi gizi kurang lebih dari 20. Upaya terobosan meliputi pencegahan dan penanganan kasus dengan pemberian
makanan tambahan bergizi berupa makanan pendamping air susu ibu bagi bayi, anak usia 6-24 bulan, balita dan makanan tambahan untuk pemulihan kondisi ibu hamil
kurang energi kronis dari keluarga miskin. Akan tetapi karena program penanggulangan ini hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu seringkali membuat
Universitas Sumatera Utara
sasaran kembali mengalami kekurangan gizi apabila program pemberian makanan sudah berhenti. Keadaan ini terjadi karena perencanaan program tidak
mempertimbangkan pencapaian perubahan perilaku ke arah yang lebih baik di dalam keluarga.
Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi sudah cukup besar, termasuk pengadaan MP-ASI tetapi kurang berhasil di dalam
memecahkan permasalahan yang ada. Oleh karena itu program kegiatan ini walaupun sudah beberapa kali dilakukan pemerintah namun kasus kekurangan gizi belum dapat
dituntaskan khususnya bagi keluarga miskin. Untuk itu upaya lain yang perlu dipertimbangkan adalah dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat di dalam
menanggulangi masalah yang dihadapinya yaitu kekurangan gizi melalui peningkatan perilaku masyarakat dalam pengasuhan anak yang berawal dari keluarga khususnya
ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak.
2.3. Landasan Teori