Pola Pemberian ASI ASI Eksklusif

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik Roesli, 2009.

2.1.2. Pola Pemberian ASI

Pola pemberian ASI adalah kebiasaan ibu menyusui berdasarkan banyaknya seorang ibu menyusui bayinya. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah membaca buku tentang ASI Suhardjo, 1992. Menurut Herniwati 1999, berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pola pemberian ASI adalah kontinuitas pemberian, waktu pemberian, pemanfaatan kolostrum dan usia anak saat disapih. Akan tetapi sejalan dengan kemajuan teknologi maka terjadi pula perubahan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, maka pola pemberian ASI sudah banyak diganti dengan susu botol. Dalam upaya perbaikan gizi keluarga ditekankan agar semua ibu-ibu menyusui dapat memberikan ASI kepada bayi dan anak-anaknya selama dua tahun. Dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat bermacam-macam alasan penyapihan, yaitu: 1. Karena alasan ibu Universitas Sumatera Utara Keadaan kesehatan ibu dan pembagian waktu yang sulit khususnya pada ibu bekerja dalam memberikan ASI akan mendorong penyapihan lebih awal. 2. Karena alasan ASI Penyapihan akan dilakukan lebih awal bila ASI yang diproduksi oleh ibu tidak keluar atau kurang mencukupi bagi bayi. 3. Karena alasan anak Keadaan kesehatan anak yang tidak memungkinkan untuk disusui oleh ibu akan mendorong penyapihan lebih awal, hal ini dapat terjadi pada bayi yang harus berada di dalam inkubatorium. Dalam alasan penyapihan ini terdapat juga perbedaan yang nyata antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada masyarakat pedesaan, alasan penyapihan adalah karena anak sudah besar dan ibu hamil lagi, sedangkan di perkotaan, faktor ibu lebih berperan karena ibu bekerja atau sibuk Arisman, 2004. ASI dalam jumlah yang cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Bayi merupakan salah satu kelompok rentan gizi dan paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan kebutuhan bayi akan zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan yang pesat Sediaoetama, 2004. Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widodo 2001, dimana ibu yang memberikan ASI sebelum 30 menit setelah melahirkan, kemungkinan untuk tidak memberikan makanan dan Universitas Sumatera Utara minuman pralaktal susu formula, air jeruk, air teh, air putih, pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim pada bayinya sebesar 1,8-5,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak segera memberikan ASI.

2.1.3. Produksi ASI