Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemberian ASI Eksklusif

rutin di puskesmas atau rumah sakit sehingga timbul percaya diri yang dapat memberikan kekuatan baru dan semangat untuk berusaha bangkit dan tidak mengecewakan harapan keluarga dan dukungan instrumental dari keluarga sangat berperan untuk membantu petugas dalam memfasilitasi responden. Berdasarkan pengamatan penulis, cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Gurilla Pematangsiantar dapat ditingkatkan tentunya tidak lepas dari pengaruh dukungan instrumental. Salah satu bentuk dukungan instrumental yang diberikan yaitu berupa pemenuhan makanan bergizi. Peran dari tenaga kesehatan perlu membuat suatu kebijakan agar ibu–ibu yang penghasilannya dibawah UMP diberi makanan bergizi dan bagi keluarga responden yang menemani ibu menyusui ketika melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau Rumah Sakit perlu memberi penyuluhan tentang dukungan instrumental. Dengan adanya dukungan instrumental dari anggota keluarga kepada ibu menyusui tersebut diharapkan cakupan pemberian ASI eksklusif dapat ditingkatkan.

5.5. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Dukungan emosional adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga atau ibu terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Universitas Sumatera Utara Dukungan emosional dalam penelitian ini adalah upaya keluarga untuk membantu menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi ibu selama masa menyusui dan meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Bentuk dukungan emosional tersebut berupa setia mendengarkan keluhan ibu, memberikan motivasi dan pendekatan emosional tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif, memotivasi pengasuh bayi untuk selalu memberikan ASI dan selalu menjaga perasaan ibu dan menyenangkan hati ibu. . Dukungan emosional kategori tidak baik yaitu sebanyak 35 orang 58,3 sedangkan ibu dengan dukungan emosional baik sebanyak 25 orang 41,7. Dengan memerhatikan nilai persentase dari setiap variabel dukungan emosional yang diukur dalam penelitian ini, yang tidak mendapatkan dukungan emosional adalah 40 orang 66,7 tidak menjaga perasaan dan menyenangkan hati ibu selama masa menysusui. Hal ini berarti bahwa responden sangat memerlukan bantuan dari anggota keluarga agar anggota keluarga menjaga perasaan si ibu ketika memberikan ASI eksklusif kepada bayinya serta bila terdapat suasana yang ribut pihak keluarga menenangkannya. Dengan melembutkan hati si ibu agar tetap mau memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan disini suami juga harus ikut berperan agar bila ada suatu maslah jangan membicarakan kepada si ibu pada waktu memberikan ASI pada bayinya sebaiknya bila ada masalh dibicarakanpada waktu yang tenang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan emosional terhadap pemberian ASI eksklusif 12,0 terdapat pada ibu dengan dukungan emosional yang baik, sedangkan pemberian ASI secara eksklusif 4 5,7 terdapat pada ibu Universitas Sumatera Utara dengan dukungan emosional yang tidak baik. Hal ini jelas bahwa jika anggota keluarga memberikan dukungan emosional yang baik akan mendorong ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif, apalagi dibuktikan secara nyata sikap dan tindakan anggota keluarga dalam mendukung ibu memberikan ASI kepada bayinya. Menurut Februhartanty 2008, bahwa peran ayah atau suami dalam tindakan pemberian ASI eksklusif antara lain ikut serta dalam pengambilan keputusan untuk segera menyusui, pemberian dukungan emosional selama masa pemberian ASI, pemberian informasi terhadap kesehatan ibu dan bayi, serta dukungan secara langsung seperti meminta ibu menyusui, membantu menggendong bayi saat menyusui pertama, dan menyediakan makanan bergizi untuk meningkatkan produksi ASI. Penelitian ini menunjukkan dukungan keluarga dalam penelitian ini suami yang paling banyak memberikan dukungan emosional yang ada di wilayah kerja Puskesmas gurilla berpengaruh terhadap lama pemberian ASI eksklusif. Sebagian besar ibu yang menyusui lebih dari enam bulan memperoleh dukungan dari suami untuk tetap memberikan ASI. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mardeyanti 2007 yang menyebutkan bahwa ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga terutama suami akan meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Dukungan suami sangat penting bagi ibu sebagai motivasi pemberian ASI. Dengan adanya dukungan suami, akan lebih percaya diri yang dipengaruhi oleh faktor psikologis ibu. Dukungan suami dapat berupa motivasi untuk terus memberikan ASI maupun dengan membantu Universitas Sumatera Utara mempersiapkan ASI perahan ketika ibu bekerja. Menurut Roesli 2009, suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya. Pengertian tentang pentingnya dukungan emosional ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui. Penelitian Wicitra 2008 menunjukkan bahwa masih terdapat suami yang melarang ibu untuk melakukan pemberian ASI dengan jumlah satu orang 1,1. Walaupun hanya terdapat satu orang suami yang melarang namun perlu ditelaah lebih lanjut mengapa suami melarang pemberian ASI pada ibu, mungkin terdapat banyak faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak ditinjau jenis pekerjaan ayah yang berhubungan dengan dukungan suami akan keputusan ibu untuk terus memberikan ASI, namun dari hasil penelitian ini didapatkan tingkat pendidikan ayah yang sebagian besar berada pada tingkat sarjana S1-S3. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap pengetahuan ayah mengenai ASI yang selanjutnya dapat memberikan dukungan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja. Dukungan emosional terhadap ibu dalam memberikan ASI eksklusif khususnya dapat dilakukan oleh suami. Peran suami selaku pendukung dalam memberikan ASI eksklusif akan sangat memengaruhi praktik nyata ibu dalam memberikan ASI eksklusif, khususnya bila suami mempunyai pemikiran yang positif tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan menyusui dan berfikir bahwa Universitas Sumatera Utara ia dapat memainkan peran penting dalam mendukung pemberian ASI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardeyanti 2007 bahwa dukungan emosional suami berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif, karena dukungan emosional suami atau anggota keluarga lainnya akan memotivasi ibu dan meningkatkan kepercayaan ibu memberikan ASI secara eksklusif meskipun ibu sedang bekerja. Berdasarkan pengamatan penulis di wilayah kerja Puskesmas Gurilla, keseluruhan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari empat variabel dukungan keluarga yang diteliti terdapat dua variabel penting yang sangat memengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif yaitu dukungan informasional dan dukungan emosional. Artinya jika kedua dukungan tersebut dilakukan dengan baik oleh suami dan anggota keluarga lainnya akan meningkatkan upaya ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Namun faktor lain juga sangat mendukung terhadap pemberian ASI eksklusif seperti pendidikan ibu, pendidikan suami, pendapatan keluarga dan jumlah anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3 ibu mempunyai anak kurang dari 2 anak, dan 43,3 ibu berpendidikan setingkat SLTA, dimana ibu dengan pendidikan SLTA cenderung kurang memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif. Adapun faktor paling dominan memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah dukungan emosional dengan nilai ß=3,340 artinya ibu dengan dukungan emosional yang baik 3,4 kali akan memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan ibu dengan dukungan emosional yang tidak baik. Untuk itu perlu dilakukan Universitas Sumatera Utara upaya-upaya yang strategis untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif melalui pendekatan keluarga khususnya melalui aspek dukungan emosional. Menurut Rohani 2008, bahwa dukungan emosional kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga memengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungan-dukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Dukungan ini didapat oleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tetapi pengaruh dukungan yang paling besar adalah dukungan dari keluarga terutama suami. Hal ini dikarenakan suami merupakan keluarga inti dan orang yang paling dekat dengan ibu. Tetapi pada kenyataannya, seperti yang dinyatakan oleh Roesli 2009, bahwa masih populer pendapat yang mengatakan bahwa menyusui hanya urusan ibu saja, tidak ada kaitannya dengan ayah. Dukungan ayah dalam praktek pemberian ASI masih minim, salah satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya diurusi oleh istri. Hasil penelitian Siswanto 1999 memperoleh hasil bahwa dukungan keluarga memberikan sumbangan yang berarti terhadap motivasi seseorang untuk lebih baik. Dukungan keluarga terutama dukungan emosional secara tidak Universitas Sumatera Utara langsung akan mempunyai manfaat emosional yang akan memberikan kekuatan pada diri seseorang. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan dukungan emosional dapat dipastikan ibu akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif bagi ibu di wilayah kerja Puskesmas Gurilla adalah melalui pendekatan keluarga mencakup pemberian stimulus, proses dan evaluasi. Pendekatan unsur stimulus dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang rutin oleh anggota keluarga tentang ASI eksklusif, menyediakan kebutuhan bagi ibu yang berhubungan dengan pemberian ASI, pemberian bimbingan dan dukungan moril berupa perhatian dan emosional bagi ibu dan bayi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, responden menyatakan bahwa keterlibatan tenaga kesehatan sangat jarang memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif sehingga ibu menyusui dan anggota keluarga tidak mendapatkan informasi tentang pentingnya dukungan keluarga guna meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Petugas kesehatan yaitu bidan bekerjasama dengan kader di wilayah kerja Puskesmas Gurilla diharapkan lebih meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif dimulai saat ibu hamil melalui kegiatan yang ada di masyarakat seperti pertemuan-pertemuan oleh petugas terkait, pengajian-pengajian dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat. Universitas Sumatera Utara

5.6. Keterbatasan Penelitian