Motivasi Internal Motivasi Dalang Enthus Susmono Menyampaikan Ajaran Agama Islam Sesuai dengan Teori Pawlow

dilakukan. Ketika ditanya tentang alasannya tersebut, Enthus Susmono mengaku punya keinginan atau kehendak agar wayangnya menjadi besar, diri kondang, di mana keinginan atau kehendak itu tidak dimungkiri dari keinginannya untuk bisa melangsungkan hidupnya, dan cukup tidak ada kekurangan. Untuk lebih jelasnya, bias dilihat cuplikan wawancara sebagai berikut. “Mula aku gawe wayang ngene ki wayang Islami, sering ndalil ngetokke ayat, ki rak temene ya ben wayang ku ki bisa gedhe, aku dhewe kondang dikenal masyarakat, dadi terus akeh sing nanggap nggo jaminan uripku woang sak keluarga anak bojo”.. “Maka saya membuat berbagai wayang Islami, sering menyampaikan ayat, itu sesungguhnya kan tidak lebas dari keinginan saya agar wayang saja kelah bias jadi besar, cukup dikenal masyarakat, hingga diri mendapatkan jaminan untuk kelangsungan hidup bersama anak istri. Motivasi internal kepuasan, bisa dilihat dari ketika Enthus Susmono ditanya tentang alasan menyampaikan dakwahnya lewat pertunjukan dilakukan. Ketika ditanya tentang alasannya tersebut, Enthus Susmono mengaku diri merasa puas jika bisa menyampaikan kebaikan agama. “Ya jenenge kreasi ki rak ya werna-werna, hla yen aku kreasi ki arep saka ngendi yen ora saka perkara-perkara sing Islami. Yen aku kreasi ngeniki ki marem, mboh wong ki mudheng apa ora, sing jelas uneg-uneg ku bias metu”. Ya namanya kreasi itu kan macam-macam, hla kalau saya kreasi tidak dari perkara-perkara Islami lalu dari perkara apa. Jika aku berkreasi seperti ini itu merasa diri puas, walaupun orang lain tidak paham”.

2. Motivasi Eksternal

Motivasi Enthus Susmomono menyampaikan ajaran agama Islam dalam pertunjukan wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina, adalah karena motivasi eksternal: lingkungan, dan sistem. Motivasi eksternal lingkungan, bisa dilihat dari ketika Enthus Susmono ditanya tentang alasan menyampaikan dakwahnya lewat pertunjukan dilakukan. Ketika ditanya tentang alannya tersebut, Enthus Susmono mengaku karena lingkungannya memaksa diri untuk berbuat demikian, artinya lingkungan selama ini yang menanggap sangat-sangat Islami, sehingga diri harus mendalang konteks dengan lingkungan islami yang ada tersebut. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat cuplikan dari hasil wawancara berikut. “Hla wong selama iki sing nanggap aku ki lingkungan pesantren, hla nek aku ora ngladeni kaya lingkungan pesantren ngetokke Qur’an, ngetokke Hadits ngono hla ya ra laku. Terus yen aku ki ngetokke sing elek-elek 82 barang, wong ya temene sing nonton ki ya orang mung santri thok ning ya wong ndalan-ndalan iku barang”. “Hla orang selama ini yang menanggap aku itu lingkungan pesantren, hla jikalau saya tidak meladeni seperti lingkungan pesantren mengeluarkan Qur’an dan Hadits sepertai itu ya tidak laku. Terus jikalau saya sering mengeluarkan kata-kata tidak baik itu karena yang melihat itu bukan hanya orang-orang santri saja, tetapi juga orang-orang jalanan”. Motivasi eksternal sistem, bisa dilihat dari ketika Enthus Susmono ditanya tentang alasan menyampaikan dakwahnya lewat pertunjukan dilakukan. Ketika ditanya tentang alasannya tersebut, Enthus Susmono mengaku karena sistemnya memang demikian, pasti penanggapnya minta diri untuk menyampaikan agama sebanyak-banyaknya. “Hla piye, wong sing nanggap ki nadyan ora omong, ning temene selama iki ki kaya wis barang pasti nduwe jalukan supaya aku ki ndalang sing Islami, ngetokke ayat. Dadi, aku nadyan ora dijaluk langsung, ning ya terus dadi kaya wis otomatis ayat-ayat ki metu dhewe”. “Hla bagaimana, orang yang menanggap itu walaupun tidak minta, tetapi sesungguhnya selama ini seperti sudah barang pasti punya permintaan agar saya ini mendalang secara Islami, mengeluarkan ayat-ayat. Jadi, saya ini walaupun tidak diminta secara langsung, tetapi sudah otomatis ayat-ayat ini keluar sendiri”. 83