“Hla nek masyarakate pancen ana sing seneng slawatan, ana sing seneng ben-benan, ana sing seneng hura-hura, hla ya aku kudu menyesuaikan diri
nggawa rebana, nggawa ben ngono”.
Memang orang yang mengundang saya untuk mendalang itu kebanyakan adalah orang-orang muslim dekat dengan masjid, bahkan masyarakt
mengundang saya itu untuk mendalang saya untuk mendalang itu seperti mengundang pengajian. Menurut pengakuannya malu jika belajar agama
langsung kepada Kyai atau anak-anaknya.
5. Motivasi untuk Mencari Pergaulan
Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk mencari pergaulan ini bisa dilihat dari kehehendaknya untuk meniru bahasa Enthus
Susmono nambah sedulur menambah saudara, karena di sini kebanyakan orang muslim, maka kemudian mendalang dengan menggunakan rebana dan shalawatan .
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam cuplikan wawancara sebagai berikut ini:
“Mula aku ndhalang tirakatan, nggo srawung karo dalang-dalang gedhe sapa ngerti aku terus melu-melu gedhe kaya mas Mantep, mas Anom,
Warsena Sleng, lan liya-liyane iku”.
“Maka aku mendalang tirakatan ini, adalah untuk mencari pergaulan dengan dalang-dalang besar lainnya, siapa tahu dengan cara ini saya kemudian juga
iktu menjadi besar seperti Mas Manteb, Mas Anom, Warsena Sleng, dan lain-lain”.
6. Motivasi Kebebasan
Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk kebebasan, bisa dilihat dari kehendak diri menggunakan rebana, lagu-lagu
shalawatan, puji-pujian, dan sebagainya. Adapun maksud dan tujuan menggunakan rebana dan lagu-lagu shalawatan, puji-pujian, dan lain sebagainya tersebut adalah
untuk memberi tahu para dalang dan masyarakat lainnya bahwa aturan-aturan pakeliran yang ada itu sesungguhnya sangat longgar, tidak harus diterapkan secara
ketat sebagaimana kitab suci. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehendak Enthus Susmono ini, bisa dilihat dalam cuplikan hasil wawancara seperti berikut:
“Maksudku nganggo perabot iki rebana dalang-dalang ben ngerti yen pakem kaya lumrahe iku ora kudu digugu nemen-nemen. Pakem iki mung
dinggo pancadan wae, dene terap-rerapane manut situasi lan kondisi wawancara, Maret, 2011.
“Maksud saya menggunakan perabot rebana ini, adalah agar bisa diketahui oleh dalang-dalang, jika pakem itu tidak harus ditaati ketat-ketat. Pakem itu
hanyalah digunakan untuk patokan saja, adapun penerapannya adalah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada” wawancara, April 2011.
7. Motivasi untuk Mentaati Perintah Agama
Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk mentaati perintah agama ini bisa dilihat dari kehehendaknya untuk bahasa Enthus
balighu anni walau ayah: menyampaikan kebaikan agama meski hanya satu ayat atau sebisanya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehendak Enthus Susmono
ini, bisa dilihat dalam cuplikan hasil wawancara seperti berikut:
“Hla ya jenenge wong Islam ki rak ya wajib amar makruf nahi munkar ‘ra ketang sak bisane, mula nadyan aku ora pinter nemen, ning ya sak kamat-
kamat ndalil thithik”.
“Namanya orang Islam itu kan ya wajib amar makruf nahi mungkar meskipun hanya sebisa-bisanya, maka walaupun aku tidak pandai sekali,
tetapi sebisa-bisanya saya menyampaikan ayat meskipun sedikit”.
B. Motivasi Dalang Enthus Susmono Menyampaikan Ajaran Agama Islam Sesuai dengan Teori Sumadi Suryabrata
Motivasi Enthus Susmomono menyampaikan ajaran agama Islam dalam pertunjukan wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina, adalah sesuai dengan
teori Suryabrata, yakni karena motivasi internal: harga diri, keinginan atau kehandak, dan kepuasan, dan eksternal: lingkungan, dan system masyarakat yang
ada.
1. Motivasi Internal
Motivasi Enthus Susmomono menyampaikan ajaran agama Islam dalam pertunjukan wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina, adalah karena
motivasi internal: harga diri, keinginan atau kehendak, dan kepuasan.
Motivasi internal harga diri, bisa dilihat dari ketika Enthus Susmono ditanya tentang alasan menyampaikan dakwahnya lewat pertunjukan dilakukan. Ketika
ditanya tentang alasannya tersebut, Enthus Susmono mengaku punya harga diri sebagai orang Islam atau sebagai dai yang tidak boleh lemah dalam menyampaikan
kebaikan agama secara jelas dan gamblang. Alasa itu lebih jelas bdilihat dalam cuplikan berikut.
“Hla ya wong aku ki muslim, dadi ora terus ngetokke kelemahanku kaya lumrahe dalang. Angger dalang kok terus ora isa ndalil, mangka ya muslim
hla yen aku ya terus dadi kaya ngetokke bodhone” .
“Hla ya orang aku ini muslim, jidak karena muslim, maka ya tidak kemudian memperlihatkan kelemahannya seperti dalang-dalang pada umumnya. Kalau
sudah dalang kok terus tidak bisa mengeluarkan ayat, itu bagaimana, buat saya ya seperti memperlihatkan bodohnya”.
Motivasi internal keinginan atau kehendak, bisa dilihat dari ketika Enthus Susmono ditanya tentang alasan menyampaikan dakwahnya lewat pertunjukan