menurut sejarahnya daerah tersebut sebagai fokus dan tempat dimulainya dakwah para Wali.
Umar Hasyim 1987:60 menerangkan, bahwa sebelum para Wali mendakwahkan agamanya di Surakarta—Yogjakarta, terlebih dulu mendakwahkan
agamanya di daerah pesisir pantai utara—termasuk Tegal. Strategi para Wali untuk mendakwahkan agamanya, adalah tapa ngeli—
masuk dalam ranah budaya, agama, dan kepercayaan masyarakat setempat—seperti bertani, berdagang, berkesenian, berbagai ritual saji-sajiaan, dan lain-lain.
Alhasil sekarang suasana agama di sana sangat kondesif—mayoritas penduduknya beragama Islam—banyak musholla, masjid, dan yang lebih
membanggakan lagi juga banyak pesantren, termasuk ada satu pesantren di dalam dusunnya Enthus Susmono sendiri yakni pesantren Al-Muttaqin.
Jika disebutkan pesantren-pesantren itu, maka di sebelah utara dusun Satriya piningit ada pesantren Mambangun Ulum, di sebelah timurnya pesantren Muttaqien,
disebelah selatannya pesantren Dakwah, dan di sebelah baratnya pesantren Ibadah. Karena demikian kondesifnya suasana agama di daerah Tegal tersebut, maka
tidaklah aneh jika kemudian untuk sekarang terkenal dengan sebutan daerah kota santri—seluruh imam masjidnya Kyai, makmur-nya adalah para santri.
Dikatakan seluruh imam masjidnya Kyai, sebab memang imam masjid di situ kebanyakan orang alim yang mengasuh makmur atau jamaah masjidnya sebagai
santri—ngaji setiap hari—bakdal shalat wajib lima kali. Karena demikian setting daerah Tegal, maka ia banyak mempunyai kolega
para Kyai walaupun tidak seluruhnya tinggal di daerah pesisir utara, seperti Kyai Mustofa Bisri dari Belora, dan Kyai Idris dari Kediri, Kyai Mufti dari Yogyakarta,
dan sebagainya masih banyak lagi. Selain para Kyai, juga karkun—yakni orang- orang Jama’ah Tabligh setempat seperti: Muhammad Iqbal, Shuhaib, Muhammad
Mukti, dan sebagainya, maklum karena di Tegal juga banyak mahalah, halakah dan markas orang-orang Jamaah Tabligh yang hidup.
Berdasar setting daerah Tegal pesisir utara seperti tersebut, maka menjadikan Enthus Susmono diposisikan sebagai dalang alim dalam konteks dakwah seperti
dilakukan oleh orang-orang Jamaah Tabligh, apalagi dalam kenyataannya memang beliau orang alim-tahu agama—Qur’an-Hadits, bisa baca tulis Al-Qur’an dengan
lancar, bahkan fasih juga bahasa Arab.
B. Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon “Cupu Manik Astagina Sajian Dalang Enthus Susmono
Untuk mendapatkan gambaran tentang bentuk pertunjukan wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina
sajian dalang Enthus Susmono, seperti telah disampaikan dalam sub bab Landasan Teori akan diungkap berbagai unsurnya,
yakni pertama: cerita, kedua: pelaku, ketiga: perabot, dan keempat: operasional penyajian seperti pemikiran Soetarno 2005. Adapun berbagai unsur pertunjukan
wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina
sajian dalang Enthus Susmono: cerita, pelaku, perabot, dan operasional penyajian seperti pemikiran Soetarno
tersebut diuraikan secara lebih lanjut.
A. Cerita
Cerita sebagai sumber bahan yang digarap dalam pertunjukan wayang kulit purwa lakon Cupu Manik Astagina sajian dalang Enthus Susmono, adalah kitab
Ramayana dikarang oleh Walmiki, semula digunakan untuk kepentingan persembahan dalam agama Hindu.
Cerita atau lakon, berdasar pemikiran masyarakat Jawa adalah mempunyai tiga pengertian: pertama judul, kedua tokoh, dan ketiga alur. Ketiga pengertian
tersebut tampak dalam pertanyaannya: apa critane judul, sapa critane tokoh, dan piye critane alur Bambang Murtiyoso, 1999:42.
Judul Cupu Manik Astagina, yang lazim beredar di masyarakat Jawa tidaklah tunggal, maksudnya ada judul-judul lain selain dari Cupu Manik Astagina.
Adapun judul lain selain dari Cupu Manik Astagina yang lain beredar di masyarakat Jawa tersesebut adalah: Guwarsa-Guwarsi, Sugriwa-Subali, Patine Subali, Subali
Lena, dan Subali Gugur.
Tokoh dalam pertunjukan wayang kulit purwa cerita atau lakon Cupu Manik Astagina sajian dalang Enthus Susmono adalah: Sabar-Subur sebagai narator atau
tokoh pencerita, Dewi Indradi sebagai tokoh sentral, Resi Batara Surya, Gotama, Guwarsa, Guwarsi, Sugriwa, Subali, Maesasura, Lembusura, Rama Wijaya,
Lesmana, Dasamuka, Kalamarica, sebagai tokoh pendukung. Kecuali itu, uga ada tokoh panakawan: Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Alur dari cerita atau lakon Cupu Manik Astagina Sajian dalang Enthus Susmono, diawali dari perselingkuhan Indradi dengan Batara Surya, diakhiri
dengan matinya Subali, tetapi sebelumnya ada narator yang menerangkan cerita itu yakni Sabar dan Subur. Lengkap alur cerita tersebut adalah sebagai berikut.
Sabar dan Subur: tokoh di luar cerita sebagai narator menerangkan cerita Cupu manik Astagina, di mana Indradi istri pendeta Resi Gotama yang konon
sangat setia, tetapi nyatanya selingkuh dengan Batara Surya, selebihnya agar di ikuti sendiri dengan seksama.
Di pertapan Grastina Dewi Indradi sedang melakukan perselingkuhan dengan Batara Surya, setelah selesai kemudian diberi Cupu Manik Astagina sebagai
kenang-kenanangan. Oleh Indradi, Cupu Manik Astagina tersebut dititipkan Anjani anaknya, dan berpesan agar dirawat dengan baik. Setelah diberikan, Guwarsa-
Guwarsi melihatnya dan ingin meminjam. Karena tidak boleh, kemudian jadi rebutan.
Di Pertapan Grastina, Resi Gotama bersama keluarga anak dan istrinya: Guwarsa-Guwarsi dan Indradi sedang bercakap-cakap agama. Di tengah-tengah
percakapan itu, Guwarsa-Guwarsi lapor: jika Anjani punya mainan manarik, diri ingin meminjamnya tetapi tidak boleh. Dalam percakapan itu datanglah anjani
dengan membawa mainan, setelah diurus Resi Gotama, ternyata adalah Cupu Manik Astagina. Ketika ditanya dari mana di dapatkan, Anjani jawab dari ibunya.
Mendengar jawaban itu terkejutlah Resi Gotama, selanjutnya menanyakan kepada Dewi Indradi asal Cupu itu. Namun, karena Indradi diam saja tidak menjawab,
kemudian disabda menjadi tugu, selanjutnya Cupu Manik Astagina dibuang masuk tengah hutan menjadi sendang, demikian pula tugunya juga ditendang.
Guwarsa Guwarsi dan Anjani mencari Cupu Manik Astagina yang telah dibuang oleh bapaknya. Dalam pencariannya itu mereka bertiga masuk sendang, dan
setelah keluar semua menjadi kera. Guwarsa-Guwarsi berperang, karena saling 40