Untuk Ekonomi Motivasi Dalang Enthus Susmono Menyampaikan Ajaran Agama Islam Sesuai dengan Teori Pawlow

saking ngriku sing ajeng golek sandang pangan ngge nguripi anak bojo, kaliyan pegawai, pengrawit barang napa”. “Iya pak, Mas Enthus itu kadang disuruh ngisi pengajian seperti Kyai pada umumnya, tetapi tidak mau. Sebab kalau mau wayangnya tidak akan laku, jikalau tidak laku untuk menghidupi anak istri, pegai dan pengrawitnya apa”.

2. Untuk Nafsu Biologi

Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk nafsu biologi, bisa dilihat dari keterangannya ketika ditanya tentang alasan pesinden yang tidak memakai busana-busana seperti pesinden pada umumnya, tetapi lebih memilih busana jilbab, yakni kalau jilbaban pesinden tersebut sesungguhnya kelihatan lebih cantik, terlebih karena memang ada pesinden saya yang jelek: “Hla rak ya ketok luwih ayu, sing elek-elek iku ketutupan jilbabe, apa meneh pancen enek sindenku sing elek gembrot lemu kaya gulungan dami”: “Hla kan kelihatan lebih cantik, ysng jelek jelek itu tertutupi jilbabnya, apa lagi memang sinden saya jelek ada yang gembrot”.

3. Motivasi untuk Membela Diri

Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk membela diri ini bisa dilihat dari kehehendaknya untuk membela citra dalang menjadi baik. Lebih jelasnya Enthus Susmono terdorong untuk dakwah dengan maksud membuat cira dalang menjadi baik. Sebab, sejak dulu ketika bapaknya masih hidup sampai dengan sekarang ini citra dalang siapa pun termasuk dirinya selalu saja dianggap buruk oleh halayak. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam cuplikan wawancara sebagai berikut ini: “Wiwit riyin mila, dalang niku rak dianggep elek kaliyan masyarakat. Ning nyatane pancen terkadang dalang niku sok mejang dakik-dakik, ning laku hariane rusak. Mula, kula terus akal-akal nglebetke misi dakwah niku maksude rak supaya masyarakat ngerti yen ora saben dalang ki elek”. “Sejak dulu dalang itu kan dianggap jelek oleh masyarakat, karena memang dalang sendiri sering memasukkan ajaran-ajarn yang tinggi tetapi kelakuannya sehari-hari rusak. Maka kemudian saya mempunyai piker untuk misi Wali itu, maksudnya agar masyarakat tahu bahwa tidak setiap dalang itu rusak”.

4. Motivasi untuk Menyesuaikan Diri

Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk menyesuaikan diri ini bsa dilihat dari kehehendaknya untuk adaptasi dengan lingkungan baik suasana maupun keadaan masyarakat yang ada ketika ditanya tentang alasannya menyampaikan agama. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam cuplikan wawancara sebagai berikut ini: 79 “Hla nek masyarakate pancen ana sing seneng slawatan, ana sing seneng ben-benan, ana sing seneng hura-hura, hla ya aku kudu menyesuaikan diri nggawa rebana, nggawa ben ngono”. Memang orang yang mengundang saya untuk mendalang itu kebanyakan adalah orang-orang muslim dekat dengan masjid, bahkan masyarakt mengundang saya itu untuk mendalang saya untuk mendalang itu seperti mengundang pengajian. Menurut pengakuannya malu jika belajar agama langsung kepada Kyai atau anak-anaknya.

5. Motivasi untuk Mencari Pergaulan

Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk mencari pergaulan ini bisa dilihat dari kehehendaknya untuk meniru bahasa Enthus Susmono nambah sedulur menambah saudara, karena di sini kebanyakan orang muslim, maka kemudian mendalang dengan menggunakan rebana dan shalawatan . Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam cuplikan wawancara sebagai berikut ini: “Mula aku ndhalang tirakatan, nggo srawung karo dalang-dalang gedhe sapa ngerti aku terus melu-melu gedhe kaya mas Mantep, mas Anom, Warsena Sleng, lan liya-liyane iku”. “Maka aku mendalang tirakatan ini, adalah untuk mencari pergaulan dengan dalang-dalang besar lainnya, siapa tahu dengan cara ini saya kemudian juga iktu menjadi besar seperti Mas Manteb, Mas Anom, Warsena Sleng, dan lain-lain”.

6. Motivasi Kebebasan

Motivasi Enthus Susmono menyampaikan ajaran agama Islam untuk kebebasan, bisa dilihat dari kehendak diri menggunakan rebana, lagu-lagu shalawatan, puji-pujian, dan sebagainya. Adapun maksud dan tujuan menggunakan rebana dan lagu-lagu shalawatan, puji-pujian, dan lain sebagainya tersebut adalah untuk memberi tahu para dalang dan masyarakat lainnya bahwa aturan-aturan pakeliran yang ada itu sesungguhnya sangat longgar, tidak harus diterapkan secara ketat sebagaimana kitab suci. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kehendak Enthus Susmono ini, bisa dilihat dalam cuplikan hasil wawancara seperti berikut: “Maksudku nganggo perabot iki rebana dalang-dalang ben ngerti yen pakem kaya lumrahe iku ora kudu digugu nemen-nemen. Pakem iki mung dinggo pancadan wae, dene terap-rerapane manut situasi lan kondisi wawancara, Maret, 2011. “Maksud saya menggunakan perabot rebana ini, adalah agar bisa diketahui oleh dalang-dalang, jika pakem itu tidak harus ditaati ketat-ketat. Pakem itu hanyalah digunakan untuk patokan saja, adapun penerapannya adalah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada” wawancara, April 2011.