Lembaga Jaminan Gadai Paling Sesuai untuk Saham

ketentuan yang ada 176 dan melihat peraturan-peraturan terkait lainnya untuk menemukan kekosongan aturan yang ada. Dalam kaitannya dengan saham sebagai jaminan gadai, selain harus melihat KUHPerdata, juga harus dilihat ketentuan di luar KUHPerdata antara lain UUPT Tahun 2007, UUPM Tahun 1995, dan ketentuan-ketentuan lainnya yang akan diuraikan pada sub bab selanjutnya.

F. Lembaga Jaminan Gadai Paling Sesuai untuk Saham

Pada Pasal 1150 KUHPerdata menetapkan bahwa gadai adalah hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya. Dengan demikian objek gadai adalah segala benda bergerak, baik bertubuh maupun tidak bertubuh. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1150, 1152 ayat 1, 1152 bis dan 1153 KUHPerdata. Namun untuk benda bergerak yang tidak dapat dipindah-tangankan tidak dapat digadaikan. 177 Saham dapat menjadi objek gadai karena saham termasuk kedalam kategori benda bergerak, sehingga dengan sendirinya juga memberikan hak kebendaan yaitu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang. 178 Mariam Darus Badrulzaman menerangkan bahwa benda-benda bergerak tak bertubuh dapat menjadi objek gadai yaitu tagihan- 176 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op.Cit., hal. 6-12. 177 M. Irsan Hasanuddin Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta: Prenada, 2006, hal. 188. 178 Pasal 60 4 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham. Universitas Sumatera Utara tagihan atau piutang-piutang, surat-surat atas tunjuk dan surat-surat atas bawa. Dengan demikian bahwa surat-surat atas tunjuk dan surat atas bawa dapat menjadi objek gadai, dan saham dapat dikategorikan sebagai surat-surat tersebut. 179 Seperti yang telah disebut terdahulu, karena saham sebagai surat berharga merupakan benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang, maka berdasarkan Pasal 511 KUHPerdata jo. Pasal 60 ayat 2 UUPT Tahun 2007, saham dapat dijaminkan dengan gadai oleh pemiliknya. Penggadaian saham adalah penyerahan saham kepada orang lain bank dalam gadai, sebagai jaminan utang yang dipinjam oleh orang debitur yang menggadaikan saham atau saham-saham. Dalam perjanjian Gadai Saham Share Pledge Agreement antara Asminco dengan DBA, Asminco berjanji untuk menyerahkan 40 saham yang dimilikinya pada IBT kepada DBA untuk dijadikan jaminan gadai. Jaminan gadai ini merupakan kewajiban yang tertuang dalam Perjanjian Fasilitas Talang antara Asminco dengan DBA. Dengan adanya jaminan gadai ini, maka apabila Asminco waprestasi, DBA memiliki hak preferen utuk mendapatkan pelunasan atas utangnya yang belum dibayar dari penjualan saham yang digadaikan tersebut. Tentang saham, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD dan UUPT Tahun 2007. Namun baik KUHD maupun UUPT Tahun 2007 tidak memberikan pengertian apa saham itu. KUHD hanya menyebut saham sebagai andeel, sero atau 179 Mariam Darus Badrulzaman, Bab- tentang Creditverband, Gadai, Op.Cit., hal. 56. Universitas Sumatera Utara penyertaan modal dalam suatu perusahaan. 180 Untuk mencari pengertian saham, dilihat dari pendapat para sarjana. 181 Schilgaarde mengatakan bahwa saham adalah hak terhadap harta kekayaan suatu perseroan. Ia juga menambahkan bahwa saham adalah suatu hak atas bagian dari sesuatu, terhadap harta kekayaan perseroan. 182 Dalam Black’s Law Dictionary, saham diartikan sebagai: 183 “An allotted portion owned by, contributed by, or due to some one each partner’s share of the profits”. Selain itu, Reitzel memberikan defenisi saham sebagai berikut: 184 “An equity security that represents a proportionate ownership interest in a corporation including the rights, wich the shareholders has in the management, profit, and assets of the corportion.” Dari defenisi-defenisi dapat disimpulkan bahwa, saham adalah suatu hak tagih kepada perseroan terbatas atas penyertaan modal yang telah ia masukkan. Hak tagih kepada perseroan ini, dalam pembagian benda menurut KUHPerdata, termasuk ke dalam benda bergerak tak bertubuh atau yang disebut dengan hak. 185 180 Fanny Kurniawan, “Tinjauan Yuridis Peran PT Kustodian Sentral Efek Indonesia KSEI dalam Hal Pelaksanaan Gadai Saham pada Sistem Perdagangan Efek Tanpa Warkat ”, httppmkhukumugm.or.idlain.php?id=1, diakses 10 september 2009. 181 Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.Cit., mendefenisikan saham sebagai instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan. 182 Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT GO Publik dan Hukum Pasar Modal Indonesia Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1997, hal 72. 183 Bryan A, Garner, Black’s Law Dictionary. Op.Cit., hal. 1408 184 Reitzel. J. David et, al. Contemporary Business Law, Principles and Cases, United States; Mc Grraww-Hill Inc, 1986. 185 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Hak Atas Benda, Jakarta: PT Intermasa, 1986, hal. 16. Universitas Sumatera Utara Sebelum berlaku UUPT Tahun 2007, Perseroan terbatas yang didirikan menurut undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia diperkenankan mengeluarkan saham atas nama dan saham atas unjuk. Namun dengan ketentuan pada Pasal 48 UUPT Tahun 2007 ditetapkan bahwa saham yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas yang didirikan menurut UUPT Tahun 2007 adalah hanya saham atas nama pemiliknya UUPT Tahun 2007 hanya mengenal saham atas nama. Oleh karena itu perseroan diwajibkan menyelenggarakan dan menyimpan Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus, seperti yang diatur pada Pasal 50 UUPT Tahun 2007. Saham diatur pada Pasal 60 ayat 1 UUPT Tahun 2007 yaitu saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 UUPT Tahun 2007 kepada pemiliknya. 186 Namun ketentuan ini tidak menetapkan lebih lanjut apakah saham itu benda bergerak berwujud atau tidak berwujud. Namun pada Pasal 511 KUHPerdata ada menyebut tentang sero-sero dagang yang termasuk kepada benda bergerak tak berwujud. 187 186 Pasal 60 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. 1 Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya. 2 Saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar. 3 Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. 4 Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham. 187 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Hak, Op.Cit., hal. 16. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya kepemilikan atas saham wajib dinyatakan dalam suatu bukti pemilikan untuk saham yang diberikan kepada pemegang saham vide Pasal 51 UUPT Tahun 2007. Hal ini diartikan sebagai saham dalam arti sempit, yaitu surat bukti penyertaan modal ke dalam suatu perseroan terbatas. 188 Dalam sistem common law, surat tersebut disebut sebagai share certificate yang artinya: 189 “An instrument af acorporation certifying that the person therein named is entitled to a certain number of share; it is prima facie evidence of his title the reto.” Telah disebutkan di atas bahwa saham memberikan hak-hak. Hak-hak tersebut adalah: 190 1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS; 2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; 3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT Tahun 2007. 188 Agus Sardjono, Buku A, Hukum Dagang, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, hal. 36 189 Ibid. 190 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 263- 265. Hak yang diatur pada Pasal 52 UUPT Tahun 2007, adalah merupakan hak utama pemilik saham yang tidak boleh dikurangi dalam Anggaran Dasar AD. Hak tersebut berlaku dan melekat pada diri pemilik saham, setelah saham itu dicatat dalam Daftar Pemilik Saham DPS atas nama pemiliknya. Sedangkan untuk yang angka 1 dan angka 3, tidak berlaku bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana yang ditetapkan Pasal 53 ayat 4 huruf a UUPT Tahun 2007, yaitu yang membolehkan pengeluaran saham tanpa hak suara aandelen zonderstemrecht, non voting share bagi pemiliknya. Dengan demikian, pemilik saham jenis ini tidak berhak mengikuti RUPS Perseroan, karena tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pengurusan Perseroan. Universitas Sumatera Utara Hak-hak tersebut tidak dapat dibagi-bagi yang artinya hanya dapat digunakan oleh pemegang saham yang sahamnya telah dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya. Selanjutnya hak lain yang dimaksud dalam angka 3, adalah: a. Mendapatkan penawaran saham terlebih dahulu untuk saham yang akan dikeluarkan dari portepel perusahaan atau saham yang sudah ada; 191 191 Pasal 57 UUPT Tahun 2007 menentukankan persyaratan pemindahan hak atas saham. Dalam AD dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham yaitu: a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya. b. Keharusan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan. c. Keharusan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang. Apabila pemegang saham hendak menjual sahamnya, maka harus memenuhi huruf a, apabila memang telah diatur dalam AD. Pemindahan hak atas saham melalui jual beli, tunduk kepada ketentuan Pasal 1457 KUHPerdata yaitu harus ada persetujuan antara para pihak yang melakukan jual beli, dan pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan saham tersebut, serta pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Bahwa sesuai dengan Pasal 48 ayat 1 UUPT Tahun 2007, saham perseroan yang dikeluarkan adalah saham atas nama, sehingga mengenai penyerahannya tunduk pada Pasal 613 KUHPerdata yaitu dilakukan dengan akta autentik atau dibawah tangan. Pengalihan saham atas nama tersebut juga diatur oleh Pasal 56 ayat 1 UUPT Tahun 2007 yang menentukan pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta notaris atau akta dibawah tangan. Sehubungan dengan keharusan terlebih dahulu menawarkan pemindahan hak atas saham kepada pemegang saham lain, perlu diperhatikan Pasal 58 ayat 1 dan 2 UUPT Tahun 2007 tentang dua hal, a. Pemegang saham dapat menawakan kepada pihak ketiga, apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari, pemegang saham lain tidak membeli. b. Pemegang saham penjual berhak menarik kembali penawaran, setelah lewat 30 tiga puluh hari apabila pemegang saham lain tidak membeli dan tidak ada kewajiban untuk menawarkan lagi, karena penawaran hanya berlaku satu satu kali. Tentang keharusan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan dalam pemindahan hak atas saham, Pasal 57 ayat 1 huruf b tidak menentukan secara spesifik organ perseroan mana yang harus memberikan persetujuan. Dengan demikian dalam AD bebas ditentukan organ perseroan mana yang dianggap lebih ideal memberikan persetujuan. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa pemindahan hak atas saham tidak disetujui oleh RUPS yang merupakan organ dari perseroan. Namun apabila dalam AD menentukan pemindahan hak atas saham harus ada persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan, maka Pasal 59 UUPT Tahun 2007 harus dipenuhi yaitu persetujuan atau penolakan harus diberikan secara tertulis dan dalam jangka waku 90 sembilan puluh hari sejak menerima permintaan persetujuan pemindahan hak saham tersebut. Jika jangka waktu terlampaui, dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut. Universitas Sumatera Utara b. Mengajukan gugatan terhadap perseroan kepada pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, danatau Dewan Komisaris; 192 c. Meminta sahamnya dibeli oleh perseroan dengan harga yang wajar apabila ia tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa tindakan-tindakan yang disebutkan dalam Pasal 62 UUPT Tahun 2007. Selain hak-hak yang terbatas yang telah disebutkan terdahulu, saham juga memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya. Dalam hubungannya dengan hukum jaminan, maka hak kebendaan tersebut terikat kepada dua ketentuan, yaitu pertama, saham dapat menjadi jaminan segala perjanjian yang dibuat oleh si pemegang saham, sesuai dengan Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.” Selanjutnya, kedua, saham dapat dijaminkan dengan gadai 193 atau jaminan fidusia. Dalam kaitannya dengan penjaminan saham, Pasal 60 UUPT Tahun 2007 ayat 4 194 secara tegas menyatakan bahwa hak suara atas saham yang dijaminkan tetap berada pada pemegang saham. Ketentuan ini perlu diperjelas lebih lanjut, bahwa 192 Pasal 61 UUPT Tahun 2007 193 Biro Direksi BNI 1946, Himpunan Advis Hukum, Jakarta: Biro Direksi Sub Divisi Hukum, 1984, hal. 21-22. 194 Pasal 60 4 UUPT Tahun 2007: Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham. Universitas Sumatera Utara untuk jaminan gadai, 195 ketentuan ini diperlukan untuk memaksa para pihak agar tidak mengatur bahwa hak suara berpindah ke penerima gadai. 196 Sedangkan untuk jaminan fidusia 197 , Pasal 1 point 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia UU Fidusia menegaskan bahwa pada fidusia terjadi pengalihan hak kepemilikan. Karena pada jaminan fidusia terjadi pengalihan kepemilikan saham dari si pemberi fidusia kepada penerima fidusia, maka hak-hak yang timbul dari kepemilikan atas saham mutatis mutandis dimiliki oleh si penerima fidusia kecuali diperjanjikan lain khusus untuk hak memberikan suara tidak bisa dikecualikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga jaminan yang paling cocok untuk saham adalah gadai, karena saham adalah benda tak berwujud yang tidak menimbulkan masalah penguasaan secara fisik. Pendapat ini didukung oleh P.A. Stein yang menyatakan bahwa: 198 “Saham, termasuk saham virtual, merupakan benda bergerak. Tidak ada dasar untuk menerapkan lembaga jaminan fidusia untuk penjaminan saham. Kalaupun ada peristiwa penjaminan seperti itu, peristiwanya jarang sekali terjadi dan sama seka li tidak dianjurkan.” 195 Dalam gadai saham, terjadi inbezitstelling yaitu saham dikeluarkan dari kekuasaan si pemberi gadai dan ditaruh dalam kekuasaan penerima gadai sehingga tidak menyebabkan beralihnya hak milik atas saham tersebut. 196 Ketentuan ini sesuai dengan asas hukum yang menyatakan bahwa kepemilikan saham tidak dapat dilepas dari hak suara dalam RUPS vide Penjelasan Pasal 60 ayat 4 UUPT Tahun 2007 197 Dalam jaminan fidusia saham, terjadi pengalihan kepemilikan hak atas saham dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia dan si pemberi fidusia selanjutnya kedudukannya hanya sebagai bezitter constitutum poccessorium. 198 P.A. Stein., Zekerheidsrechten, Hypotheek, Kluwer-Deventer, 1986, hal 42. Universitas Sumatera Utara Atas uraian di atas mengenai Pasal 60 ayat 4, maka bahwa dalam menjaminkan saham, hak-hak lain yang telah disebutkan di atas kecuali hak memberi suara dapat disimpangi oleh para pemegang saham dan pemegang jaminan. Hal ini penting karena seandainya pemberi gadai tidak beritikad baik dan ia sendiri menghadiri RUPS dan mengeluarkan suara dalam RUPS serta misalnya, mengusulkan untuk membagi dividen yang sangat besar jumlahnya atau untuk memberi wewenang kepada direksi perseroan untuk memindahkan hak atas aset utama perseroan sehingga jika usul-usul itu disetujui RUPS, nilai instrinsik perseroan dapat berkurang dan tentunya nilai saham juga dapat berkurang. Tentunya hal ini sangat merugikan pemegang saham. Walaupun pada praktiknya biasanya, dalam perjanjian gadai saham disyaratkan untuk memberi kuasa kepada pemegang gadai, untuk atas nama pemberi gadai saham, menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS perseroan selama utang belum dibayar lunas. Hal ini merupakan suatu cara perlindungan bagi pemegang gadai untuk menjamin terlunasinya utang debitur. Pada UUPT Tahun 2007 ditentukan ada beberapa klassifikasi saham seperti yang diatur pada Pasal 53 ayat 4 UUPT Tahun 2007, 199 namun tentang perseroan 199 Pasal 53 4 UUPT No. 40 Tahun 2007: Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat 3, antara lain: a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara; b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris; c. Saham yang telah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain; Universitas Sumatera Utara terbatas hanya dikenal satu jenis saham yaitu saham atas nama, yang diatur pada Pasal 48 ayat 1 UUPT Tahun 2007. Saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Tidak dikenal lagi adanya saham atas unjuk sebagaimana yang pernah diatur dalam UUPT No. 1 Tahun 1995. Sehingga saham yang menjadi objek gadai dalam hal ini adalah saham atas nama pemilik yang telah terdaftar di bursa efek. 200 Pada Pasal 60 ayat 2 dan ayat 3 UUPT Tahun 2007 mengatur tentang gadai saham. Pasal 60 ayat 2 UUPT Tahun 2007 memungkinkan saham suatu perseroan dijaminkan dengan gadai atau jaminan fidusia, sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar perseroan. Pasal 60 ayat 3 UUPT Tahun 2007 menentukan bahwa gadai saham wajib dicatat dalam Daftar Pemegang Saham DPS dan Daftar khusus yang memuat keterangan tentang saham yang dipegang anggota direksi dan anggota dewan komisaris perseroan beserta keluarga mereka dalam perseroan danatau pada perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh. Untuk kepastian hukum, setelah akta gadai saham ditandatangani, sebaiknya dipastikan agar gadai atas saham tersebut dicatat dalam DPS, dan jika gadai atas saham itu mengenai saham yang dipegang anggota direksi danatau anggota dewan komisaris danatau keluarga mereka, sebaiknya gadai saham itu dicatatkan dalam daftar khusus. d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif; e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi. 200 SK Direksi BI tentang Saham sebagai Agunan Tambahan Kredit No. 2668KEPDIR Tahun 1993 Universitas Sumatera Utara Kreditur yang menerima gadai sebaiknya dalam perjanjian gadai saham mensyaratkan agar kepadanya diberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali oleh pemberi gadai untuk memberitahukan direksi perseroan tentang dibuatnya perjanjian gadai saham dan supaya direksi perseroan mencatatkan gadai saham yang bersangkutan dalam DPS dan daftar khusus perseroan untuk memastikan keabsahan gadai saham yang bersangkutan. Dengan demikian kreditur memperoleh bukti tertulis tentang pencatatan gadai tersebut dari direksi perseroan yang sahamnya digadaikan. Selain ketentuan tersebut di atas, perihal saham yang dapat dijadikan jaminan gadai diatur juga pada Pasal 61 UPM Tahun 1995 201 , yang mengatur saham yang diperdagangkan pada bursa efek dapat juga dijadikan sebagai jaminan atas suatu utang, yaitu apabila saham yang termaksud ditempatkan pada suatu penitipan kolektif. Hal ini sesuai dengan Pasal 3.6.1 Peraturan P.T. KSEI yang mengatakan bahwa: “Pemegang rekening dapat mengagunkan efek dalam rekening efeknya sebagai agunan utang, dengan mengajukan permohonan tertulis kepada KSEI. Setiap permohonan untuk mengagunkan efek harus memuat keterangan, antara lain, jumlah, jenis efek, pihak yang menerima agunan, dan persyaratan agunan lainnya.” Kemudian dalam Pasal 3.6.2 disebutkan: “Efek yang diagunkan akan dicatat dalam rekening efek yang khusus digunakan untuk pencatatan agunan efek. Selama dalam status agunan, efek tersebut tidak dapat ditarik atau dipindah-bukukan untuk penyelesaian transaksi efek.” 201 Pasal 61 UPM Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dikatakan bahwa efek dalam penitipan kolektif, kecuali efek atas rekening reksadana, dapat dipinjamkan atau dijaminkan. Universitas Sumatera Utara Kemudian bolehnya saham sebagai jaminanagunan utang juga diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2432KEPDIR tanggal 12 Agustus 1991 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 241UKUtanggal 12 Agustus 1991. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2668KepDir tentang Saham sebagai Agunan Tambahan Kredit yang dikeluarkan pada tanggal 7 September 1993 SK Direksi BI Tahun 1993. Pada surat keputusan tersebut ditetapkan bahwa saham yang merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang berbadan hukum Indonesia, termasuk surat berharga dapat digunakan sebagai jaminan tambahan, dan saham yang dapat digunakan sebagai jaminan tambahan adalah saham yang terdaftar di bursa efek. Ketentuan 202 ini bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan komite kredit untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan nilainya. Juga besar kemungkinan terjadi berkembangnya saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang ternyata permodalannya dan bidang usahanya fiktif. Debitur bersekongkol mempergunakan saham perseroan yang sedang sekarat, untuk dijaminkan ke bank. Padahal dari semula kreditur sudah tahu bahwa saham perseroan tersebut tidak mempunyai nilai apa-apa. Dengan adanya syarat ini hanya perusahaan yang berkualitaslah yang berani menempatkan prospektusnya secara terbuka untuk memperoleh pendaftaran. Dengan demikian pendaftaran itu sendiri sudah memberikan nilai lebih kepada perseroan atas bonafiditasnya. Hal ini berdampak bagi masyarakat dan perbankan menilai mutu saham yang dimilikinya. 202 Pasal 2 angka 1 SK Direksi BI tentang Saham sebagai Agunan Tambahan Kredit, No. 2668KEPDIR Tahun 1993. Universitas Sumatera Utara Melalui syarat pendaftaran, memberi batasan kepada bank, bahwa hanya saham yang sudah dikenal umum, dan telah dipasarkan di bursa efek yang dapat diterima sebagai jaminan tambahan. 203 Saham yang tidak tercatat di bursa efek juga dapat digunakan sebagai jaminan tambahan, khusus untuk kredit dalam rangka ekspansi atau akuisisi. 204 Saham sebagai jaminan dibatasi hanya saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang menerima kredit. Penilaian saham yang tidak tercatat di bursa efek maksimum adalah sebesar nilai nominal yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan. 205

G. Subjek atau Pihak-Pihak dalam Perjanjian Gadai Saham