Multitafsir Parate Eksekusi Gadai Saham

D. Multitafsir Parate Eksekusi Gadai Saham

Hak gadai memberikan hak preferens kepada pemegang gadai, untuk mengambil pelunasan atas utang yang belum dibayar oleh debitur secara didahulukan dari kreditur lainnya. Hal ini dapat disimpulkan dari dari ketentuan Pasal 1155 KUHPerdata. Namun dalam hal eksekusi gadai saham harus juga memperhatikan ketentuan tentang pemindahan hak atas saham perseroan yang tercantum dalam Pasal 55, 56, 57, 58, dan Pasal 59 UUPT Tahun 2007, sehingga tidak akan menimbulkan kendala nantinya jika melakukan eksekusi gadai saham. Selain itu konsep perjanjian gadai saham tentang pemindahan hak atas saham dalam anggaran dasar perseroan berbeda dari satu perseroan dengan perseroan lainnya. Kalimat pertama Pasal 1155 KUHPerdata yang mengandung kata- kata “jika oleh para pihak tidak diperjanjikan lain”, sering tafsirkan berbeda. Bahwa jika debiturpemberi gadai cidera janji, para pihak dalam perjanjian gadai dapat menentukan bahwa kreditur berhak menyuruh agar benda dijual di bawah tangan private sale, atau tafsiran lain, bahwa jika debiturpemberi gadai cidera janji sesudah tenggang waktu yang ditentukan lampau atau jika tenggang waktu tidak ditentukan, maka setelah disomasi melalui pangadilan untuk memenuhi kewajibannya, dan debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka ketentuan tersebut memberikan hak kepada krediturpemegang gadai untuk melaksanakan gadai dengan “parate executie” zonder tussenkomst van de Rechter, eigenmachtig verkoop. Pemegang gadai siap paraat untuk menjual benda yang digadaikan atas Universitas Sumatera Utara kewenangan sendiri, kecuali para pihak menyetujui eksekusi perjanjian gadai dengan cara lain, yaitu dengan perantaraan hakim met tussenkomst van Rechter. 562 Pengertian menjual berdasarkan kewenangankekuasaan sendiri adalah bahwa penjualan tersebut tidak disyaratkan adanya titel eksekutorial. Hak penerima gadai untuk menjual barang gadai tanpa titel eksekutorial disebut parate eksekusi. Disebut parate eksekusi karena ia tidak perlu titel eksekutorial, tanpa perlu perantaraan pengadilan, tanpa butuh bantuan juru sita, maka seakan-akan hak eksekusi selalu siap paraat di tangan penerima gadai. Jadi penerima gadai dalam hal ini dapat menjual atas kekuasaan sendiri. 563 Hak krediturpemegang gadai untuk melelang benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri parate eksekusi terjadi demi hukum, yaitu berdasarkan undang- undang dalam arti luas dan tidak karena diperjanjikan oleh debitur dan kreditur. Berbeda dengan dengan hipotik dan hak tanggungan. Pasal 1178 KUHPerdata alinea kedua, dan Pasal 11 ayat 2 huruf e Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, pada pokoknya mengatur bahwa dalam akta pemberian hipotikhak tanggungan dapat diperjanjikan bahwa pemegang hipotikhak tanggungan pertama diberi hak untuk menjual atas kewenangannya sendiri objek jaminan, jika debiturpemberi hipotikhak tanggungan cidera janji beding van eigenmachti verkoop . Dengan catatan penjualan dilakukan di depan umum. 562 www.google.com.perjanjiangadaisaham . 15 Mei 2011 563 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op.Cit., hal 120-125. Universitas Sumatera Utara Jadi parate eksekusi pada hipotik dan hak tanggungan tidak terjadi demi hukum, tetapi harus dengan tegas diperjanjikan antara debiturpemberi jaminan dan krediturpemegang hipotikhak tanggungan yang pertama. Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam pelaksanaan eksekusi gadai saham antara lain: 1. Apakah dalam eksekusi gadai saham diwajibkan adanya izin dari pengadilan atau harus mengajukan permohonan ke pengadilan lebih dahulu. Proses di pengadilan yang ditempuh sesuai dengan Pasal 1156 KUHPerdata harus dilakukan dengan cara mengajukan permohonan bukan dengan mengajukan gugatan, karena terdapat kepentingan debitur dan pemegang gadai sebagai pihak yang berkepentingan yang harus didengar oleh hakim dalam persidangan. Kreditur pemegang gadai dapat memohon supaya hakim menetapkan bahwa eksekusi gadai dapat dilakukan melalui penjualan di bawah tangan private sale, dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan hakim dengan adil sehingga kreditur tidak dapat menentukan harga dengan sewenang-wenang, atau hakim juga dapat menetapkan bahwa benda yang digadaikan itu diperbolehkan tetap dipegang pemegang gadai dengan membeli sendiri benda yang digadaikan itu, dengan harga yang ditetapkan oleh hakim. Penjualan yang berdasarkan Pasal 1156 alinea 1 KUHPerdata adalah cara penjualan yang lain dari yang ditentukan Pasal 1155 KUHPerdata. Menurut Pasal 1156 penerima gadai dapat menuntut di muka hakim supaya barang gadai dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi utang beserta bunga dan Universitas Sumatera Utara biaya, dan menuntut supaya barang gadai tetap pada penerima gadai untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya. Maksud dari “tuntutan vorderen” dalam Pasal 1156 KUHPerdata berdasarkan penetapan No. KPT.01.2005 sampai dengan Penetapan No.PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33Pdt.P2002PN. Jaksel sampai dengan Penetapan No. 36Pdt.P2002PN.Jaksel, bahwa berdasarkan Pasal 1156 KUHPerdata untuk melakukan eksekusi maka lembaga jaminan gadai memerlukan pengadilan. Fred BG Tumbuan 564 menyatakan bahwa dalam hal pemberi dan penerima gadai tidak sepakat terhadap metode alternatif penjualan melalui lelang terbuka, melalui Pasal 1156 KUHPerdata penerima gadai dapat memproses untuk meminta pengadilan untuk membolehkan penjualan barang gadai dengan cara penjualan pribadi. Selanjutnya Fred BG Tumbuan menyebut bahwa dalam kasus PT Beckket PTE, pemberi gadai dan penerima gadai apabila sepakat untuk melakukan penjualan tertentu dengan pilihan: pertama, penjualan yang yang diizinkan berdasarkan Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata. Kedua, apabila debitur wanprestasi, barang gadai dapat dijual menurut cara yang ditentukan oleh hakim; Ketiga, apabila pemberi dan penerima gadai telah menentukan cara penjualannya, maka perjanjian tersebut 564 Fred BG Tumbuan on His Legal Opinion Case Between Beckkett PTE LTD and Deutsche Bank AG and PT Dianlia Setyamukti in The High Court of The Republic of Singapore Point 47-48, dalam Suharnoko, “Legal Issues Op.Cit., hal 62. Universitas Sumatera Utara merupakan dasar untuk mengajukan permohonan izin dari pengadilan untuk menjalankan cara yang ditentukan pemegang dan pemberi gadai. 565 Menurut Fred BG Tumbuan dan J. Satrio, 566 bahwa Pasal 1156 bersifat memaksa dan tidak dapat dilepaskan oleh para pihak, dan merupakan hak yang diberikan kepada penerima gadai untuk mengatasi bila debitur tidak membayar utang pada waktu yang telah ditentukan. 567 Selanjutnya menurut Fred BG Tumbuan bahwa penerima gadai dapat menuntut barang gadai tetap berada padanya, namun tak bolehlah si penerima gadai untuk menjadi pemilik barang tersebut, karena bertentangan dengan prinsip yang dianut dalam KUHPerdata. Ketika penerima gadai menuntut untuk penjualan menurut cara yang ditentukan oleh hakim, tidak ada untuk menetapkan nilaiharga barang gadai yang akan dijual tersebut.`Menurut J. Satrio Pasal 1156 alinea 1 adalah cara penjualan gadai tidak di muka umum untuk penjualan saham atas nama. Jika penjualan dilakukan di pasar atau bursa seperti yang diatur Pasal 1155 alinea 2 KUHPerdata akan mempengaruhi pemegang saham lainnya dalam perusahaan. 568 Seyogianya sesuai dengan asas kepatutan dan itikad baik bank tidak menentukan sendiri harga jual atas barang gadai dalam rangka pelunasan utang debitur. Sebaiknya penaksiran harga dilakukan oleh suatu appraisal company yang independen dan telah mempunyai reputasi baik. 565 Ibid. 566 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan, Op.Cit., hal. 9 567 Suharnoko, “Legal Issues Op.Cit., hal 62. 568 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op. Cit, hal. 7-8. Universitas Sumatera Utara 2. Dalam hal penjualan barang gadai apakah melalui penetapan atau dengan putusan pengadilan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa hak krediturpemegang gadai untuk melelang benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri parate eksekusi terjadi demi hukum, yaitu berdasarkan undang-undang dalam arti luas dan bukan karena diperjanjikan oleh kreditur dan debitur, namun dalam praktik para ahli dan lembaga pengadilan belum sepakat menentukan cara eksekusi gadai saham tersebut. Hal ini disebabkan kebebasan berkontrak yang diberikan oleh ketentuan Pasal 1155 KUHPedata. Bahwa sebenarnya karena kedudukan kreditur penerima gadai sebagai kreditur preferen berbeda dengan posisi kreditur konkuren, 569 perundang-undangan memberi keringanan bagi kreditur preferen dalam mengeksekusi haknya. Sebagai perbandingan dalam hal Hipotik, hak Tanggungan dan Fidusia. Berdasarkan Pasal 224 HIR, memperbolehkan eksekusi benda hipotik tanpa putusan pengadilan agar debitur dapat membayar utangnya. Penerima hipotik tak perlu menggugat debitur ke pengadilan. Ia hanya memohon ke pengadilan untuk mengeluarkan surat penetapan eksekusi dan melaksanakan penjualan secara hukum melalui pelelangan. Lagi pula berdasarkan Pasal 1178 KUHPerdata pemegang 569 Kreditur konkuren sebelum mengeksekusi harta debitur harus mengajukan gugatan ke pengadilan. Kreditur konkuren yang memperoleh putusan pengadilan melawan debitur boleh meminta kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan surat perintah eksekusi. Universitas Sumatera Utara hipotik dapat membuat perjanjian dengan pemberi hipotik untuk melaksanakan penjualan secara umum atau lelang tanpa adanya perintah pengadilan. Prosedur yang sama juga ditetapkan dalam Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan, bahwa kreditur pemegang hak tanggungan dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk memperoleh surat penetapan eksekusi atau pilihan lain berdasarkan perjanjian antara debitur pemberi hak tanggungan dan kreditur pemegang hak tanggungan untuk melaksanakan penjualan secara umum atau lelang tanpa perintah pengadilan. Selanjutnya eksekusi terhadap barang yang dijadikan jaminan hak tanggungan dapat dilakukan secara penjualan pribaditertutup sepanjang hal itu sesuai dengan perjanjian antara debitur pemberi hak tanggungan dan kreditur pemegang hak tanggungan untuk memperoleh harga terbaik. Pasal 29 Undang-Undang Fidusia, juga memberi kemudahan terhadap prosedur eksekusi. Kreditur yang memegang hak fidusia dapat mengeksekusi benda yang dijaminkan hanya dengan mengajukan permohonan yaitu meminta pengadilan untuk mengeluarkan surat penetapan eksekusi dan melakukan penjualan secara terbuka melalui lelang. Kreditur pemegang fidusia juga dapat membuat perjanjian dengan debitur untuk mengeksekusi benda tersebut melalui lelang tanpa penetapan pengadilan. Dapat juga dimungkinkan kreditur pemegang fidusia untuk melaksanakan penjualan secara pribadi atas benda yang difidusiakan tersebut untuk mendapatkan harga yang terbaik bagi kepentingan kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara Sekali lagi, karena hak krediturpemegang gadai untuk melelang benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri parate eksekusi terjadi demi hukum, yaitu berdasarkan ketentuan dan tidak karena diperjanjikan olehkreditur dan debitur. 570 Menurut Pasal 1155 KUHPerdata, penjualan barang gadai dengan parate eksekusi harus dilakukan dengan cara lelang. Jika pemberi gadai dan kreditur menginginkan penjualan dengan cara di bawah tangan private sale, harus ditempuh cara yang diatur dalam Pasal 1156 KUHPerdata. Kreditur pemegang gadai dapat melakukan eksekusi gadai atas kewenangan sendiri tanpa perantaraan hakim yang biasanya disebut parate eksekusi, dengan cara melelang barang yang digadaikan itu dengan perantaraan kantor lelang. Adapun cara melelang ditentukan sebagai berikut: 571 a. Pengumuman lelang harus dilakukan di harian yang terbit di kota atau kota yang berdekatan dengan tempat objek lelang terletak. b. Lelang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK.72006 tanggal 30 Mei 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan S.1908 Nomor 189 jo. S. 1941 Nomor 3, antara lain, diatur cara penyerahan surat penawaran yang harus ditulis dalam Bahasa Indonesia dan harus ditandatangani oleh penawar. Kemudian surat penawaran setelah memenuhi syarat, disahkan oleh pejabat kantor lelang. 570 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab tentang Credietverband Gadai, Op.Cit, hal. 60 571 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku “Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum ”. 2007, hal 97-100. Universitas Sumatera Utara c. Penawar tidak boleh mengajukan surat penawaran lebih dari satu kali untuk jenis barang yang sama. d. Untuk dapat ikut serta dalam pelelangan, para penawar diwajibkan menyetor uang jaminan yang jumlahnya ditetapkan oleh pejabat lelang, dan uang jaminan tersebut akan diperhitungkan dengan harga pembelian jika penawar bersangkutan ditunjuk sebagai pembeli. e. Pembeli tidak boleh menguasai barang yang telah dibelinya sebelum uang pembelian dilunasi sesuai dengan akta pemindahan hak atas barang yang digadaikan. Dalam hal barang yang digadaikan adalah saham, akta pemindahan hak atas saham atau salinannya disampaikan kepada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. Direksi perseroan wajib mencatat pemindahan hak atas saham tersebut dalam DPSDaftar Khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham itu kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia paling lambat 30 tiga puluh hari sejak pencatatan pemindahan hak untuk dicatat dalam daftar perseroan terbatas Pasal 56 UUPT Tahun 2007. 572 Penulis berpendapat bahwa sesunguhnya hanya dengan berdasarkan hak parate eksekusi pada Pasal 1155 KUHPerdata, baik penjualan melalui penjualan dimuka umum maupun jual langsung dapat dilakukan tanpa perlu didasarkan pada 572 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum, Op.Cit., hal 11. Universitas Sumatera Utara perintah pengadilan. 573 Mengenai kesepakatan untuk melakukan penjualan secara langsung atau tertutup, menurut penulis hal ini dapat dilakukan tidak perlu menunggu debitur dinyatakan wanprestasi, karena dengan jelas terlihat dari bunyi Pasal 1155 KUHPerdata yaitu”Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak, ..., menyuruh menjual barang gadainya di muka umum...” Dapat dilihat dari perkataan “telah” tersebut bahwa kesepakatan tersebut dapat diberikan sebelum debitur wanprestasi. Oleh karena itu, kesepakatan penjualan secara langsung atau tertutupdi bawah tangan, tidak mengakibatkan klausul tersebut bersifat dapat dibatalkan. Namun sebaiknya di buat perjanjian baru lagi setelah debitur wanprestasi. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh mantan Ketua Pengadilan Negeri Palangkaraya, Zainal Abidin, menurut beliau pada prinsipnya putusan hakim tersebut bertujuan untuk membuktikan adanya wanprestasi dari debitur sehingga kreditur berhak untuk melakukan eksekusi terhadap barang gadai. Adanya klausul penjualan secara langsung pada perjanjian gadai saham tidak bersifat dapat dibatalkan atau batal demi hukum. Akan tetapi putusan hakim ini bertujuan juga untuk mendapatkan kepastian hukum, khususnya bila barang gadai 573 Bandingkan dengan “Praktik Eksekusi Gadai Simpang Siur,” http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=12420cl=Berita , diakses 5 Nopember 2008. Walaupun pada praktiknya prinsip ini tidak dapat dijalankan sepenuhnya, ada praktisi hukum yang berpendapat bahwa setidaknya dibutuhkan penetapan pengadilan untuk eksekusi barang gadai, tetapi ada juga praktisi hukum yang mengatakan bahwa penetapan pengadilan tidak cukup, harus dengan putusan pengadilan. Universitas Sumatera Utara tersebut adalah saham yang melibatkan pemegang saham lainnya dan perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. 574 Dalam persidangan biasanya hakim akan mengutamakan penjualan kepada orang-orang yang memiliki hak untuk mendapatkan penawaran atas saham tersebut. Pengadilan akan memanggil para pemegang saham yang berhak atau menyuruh si pemegang gadai untuk menjual terlebih dahulu kepada mereka, sebelum pengadilan memutus apakah gadai saham tersebut dijual melalui lelang atau secara langsung. 575 Menurut pendapat Prof. Wiryono Prodjodikoro dan Prof.Subekti, serta pendapat Mahkamah Agung Republik Indonesia, 576 eksekusi langsung parate eksekusi yang diatur Pasal 1155-1156 KUHPerdata dengan seizin hakim, pengguna Pasal 1156 KUHPerdata cukup ditempuh dengan permohonan kepada ketuahakim pengadilan yang berwenang yang menghasilkan penetapan. 577 Perbedaan pendapat di media, seorang hakim di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta berpendapat bahwa baik penjualan di muka umum maupun jual langsung, pemegang gadai tetap harus memohon penetapan eksekusi dari pengadilan. Sedangkan menurut pejabat pada Direktorat Jenderal Piutang dan Penjualan di Muka 574 “Praktik Eksekusi Gadai Simpang Siur,” http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=12420cl=Berita , diakses 5 Nopember 2008. 575 Karimsyah Law Firm, “Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Rights Issue, ” http:www.karimsyah.comimagescontentarticle20050922170905.pdf , diakses 7 Mei 2009. 576 Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku I MARI, Nomor 31b, Agustus 1993, hal. 63. 577 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum, Op.Cit., hal 33, mengutip makalah Wiryono Prodjodikoro, yang berjudul “Eksekusi Barang Jaminan sebagai Salah Satu Cara Pengembalian utang Debitur” Universitas Sumatera Utara Umum Negara, Departemen Keuangan, menyatakan bahwa hanya untuk penjualan melalui di muka umum saja yang membutuhkan penetapan dari pengadilan. 578 Menurut J. Satrio bahwa untuk penjualan yang dilakukan secara tertutup private sale, hanya dapat dilakukan bila ada persetujuan setelah wanprestasi, bila tidak ada, maka tidaklah dapat si pemegang gadai untuk melakukan penjualan secara tertutup. Selanjutnya, janji untuk melakukan penjualan secara tertutup atau terbuka dalam suatu perjanjian gadai, tidak mengakibatkan klausul tersebut batal demi hukum, hanya bersifat dapat dibatalkan. Hal ini juga harus dilihat terlebih dahulu apakah ada dasar yang patut untuk mencantumkan klausula tersebut. Singkatnya menurut J.Satrio penjualan secara tertutup hanya dapat dilakukan bila telah ada persetujuan dari debitur setelah terjadinya wanprestasi. 579 Selanjutnya J. Satrio menyatakan bahwa terhadap hak untuk menjual oleh penerima gadai, dalam hal debitur pemberi gadai wanprestasi dapat menggunakan cara lain yaitu dengan mengajukan permohonan yang diputus oleh hakim tentang cara penjualan barang gadai. Seterusnya beliau mengatakan bahwa hak menjual barang gadai berdasarkan Pasal 1156 alinea 1 KUHPerdata telah ada sejak diadakan oleh undang-undang dan oleh karena itu tidak penting bagi kreditur penerima gadai untuk melibatkan debitur. Sebagai akibat hukumnya, penerima gadai mempunyai hak untuk 578 “Praktik Eksekusi Gadai Saham Simpang Siur” http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=12420cl=Berita , diakses 5 Nopember 2008. Sumber ini tidak menyebut nama pejabat dimaksud. 579 J. Satrio, “Hukum Jaminan Op.Cit., hal 122-123. Universitas Sumatera Utara mengajukan permohonan, meminta hakim untuk memutuskan cara penjualan barang gadai tanpa menuntut debitur ke pengadilan. 580 Sebagai tambahan menurut J. Satrio, dari hak untuk menjual, pemegang gadai dalam hal debitur wanprestasi, dapat meminta penetapan hakim untuk menetapkan cara penjualan benda gadai. 581 Pasal 1156 ayat 1 KUHPerdata memberikan sarana kepada kreditur, untuk memohon agar pengadilan menetapkan suatu cara penjualan benda gadai yang bersangkutan, dan dengan perhitungan sejumlah uang yang ditetapkan oleh pengadilan, kreditur boleh memiliki benda gadai. 582 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya sependapat dengan J. Satrio, bahwa Pasal 1156 KUHPerdata memberikan mekanisme penjualan benda gadai berdasarkan penetapan pengadilan. 583 Setelah penjualan dilakukan oleh kreditur berdasar penetapan pengadilan, kemudian kreditur wajib segera memberitahukan kepada pemberi gadai berdasarkan 1156 KUHPerdata selambat-lambatnya pada hari berikutnya apabila ada hubungan pos ataupun telegrap, atau jika tidak demikian melalui pos. 584 Sebaliknya Hakim Agung Mariana Sutadi, bahwa pasal 1155 KUHPerdata saham harus dijual melalui lelang umum dan berdasarkan Pasal 1156, kreditur harus mengajukan perkara sebagai penggugat dan menggugat debitur sebagai tergugat 580 Suharnoko, “Legal Issues, Op.Cit., hal 64. 581 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op.Cit., hal 126 582 J. Satrio, “Eksekusi Benda Jaminan Gadai,” dalam Jurnal Hukum dan Pembangunan, Jakarta: 2006, hal 7-8 583 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya, Hak Istimewa, Gadai, Op.Cit., hal. 198 584 Kartini Mulyadi Gunawan Widjaya, Hak Istimewa, gadai, Op.Cit., hal 175 Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh putusan pengadilan sebelum mengeksekusi saham yang digadaikan tersebut. 585 Pendapat M. Yahya Harahap senada dengan pendapat Mariana, bahwa eksekusi dari suatu kebendaan harus dilakukan di bawah pengawasan Ketua Pengadilan Negeri. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugas tersebut, Ketua Pengadilan Negeri mempunyai kewenangan diskresi berdasarkan penetapan atau putusan. 586 Beberapa kasus di Pengadilan Tinggi Belanda tahun 1933 terdapat bahwasanya tidak ada penafsiran yang otentik terhadap istilah vorderen. Pengadilan menafsirkan kata vorderen cenderung pada proses perdebatan dan Mahkamah Agung Belanda tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Namun, Mr. Paul Scholten membuat catatan bahwa putusan pengadilan tinggi tahun 1934 yang menasehatkan bahwa prosedur tersebut dimaksudkan terhadap prosedur yang sama dalam penetapan. Masalah ini telah diperjelas di KUHPerdata Belanda baru, istilah yang digunakan adalah verzoek permohonan. 587 Utrecht secara singkat mengemukakan bahwa prinsipnya dalam gadai, barang gadai itu harus dijual di suatu tempat umum dan secara kebiasaan kedaerahan in het openbaar naar platselijke gewonten dan terkecuali kalau dalam perjanjiannya 585 Marianna Sutadi, “Beberapa Penyelesaian Permasalahan oleh Pengadilan Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 2007 ”, dalam Seminar Sehari Aspek-Aspek Penting UU No. 402007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: 28 November 2007 , hal 13 586 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: Pustaka Utama,1993, hal 233. 587 Suharnoko, Legal Issues, Op.Cit., dalam Indonesia Law Review, mengutip Soenardi Pardi, Hakim Agung , “The Current Development of the Enforcement of A Pledge of Share in Indonesia”, hal 8. Universitas Sumatera Utara ditentukan syarat lain, maka pemegang gadai dapat menjual barang gadai dengan tidak perlu terlebih dahulu meminta izin hakim. 588 Eksekusi gadai saham haruslah melalui lelang. Penjualan barang jaminan harus dilakukan di muka umum. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi kreditur. 589 Akan tetapi hal ini dapat dikesampingkan hanya dengan persetujuan hakim. Jadi walaupun telah diperjanjikan sebelumnya, penjualan secara tertutup bersifat tidak sah bila tidak didahului dengan penetapan hakim. Mengutip pendapat seorang hakim di pengadilan Tinggi DKI Jakarta menegaskan kembali pernyataan di atas di media bahwa penjualan secara tertutup dapat dilakukan setelah diajukan gugatan ke pengadilan negeri. Hal ini terlihat dari perkataan “..menuntut di muka hakim...” dalam Pasal 1156 KUHPerdata. Alasannya adalah dengan mengajukan gugatannya debitur dapat diberikan kesempatan untuk didengar pendapatnya sehingga dapat membela diri sebelum hakim mengizinkan kreditur melakukan penjualan secara tertutup. 590 Selanjutnya menurut H.J. Snijder bahwa izin pengadilan untuk penjualan harus dimohonkan oleh pemberi atau penerima gadai dan penjualan tersebut tidak dapat hanya dengan surat kuasa mutlak yang diberikan oleh debitur. Namun selain itu para pihak harus juga mematuhi batasan-batasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Sedangkan untuk saham pembawa pada perseroan publik tidak 588 Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Ikhtiar, 1957. hal. 212-213 589 “Praktik Eksekusi Gadai Simpang Siur,” http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=12420cl=Berita , diakses 5 Nopember 2008. 590 “Praktik Eksekusi Gadai Simpang Siur,” http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=12420cl=Berita , diakses 5 Nopember 2008. Universitas Sumatera Utara dibatasi oleh anggaran dasar perseroan. Penjualannya dapat dilakukan secara pribadi, yang menurut beliau merupakan suatu fenomena di Belanda. 591 Menurut H.J. Snijder, 592 persyaratan untuk dapat mengeksekusi gadai saham berdasarkan Burgerlijk Wetboek Belanda yang baru adalah sebagai berikut: a. Pemberi gadai telah wanprestasi art.3:248 para.1 NBW. b. Pengadilan berdasarkan permohonan dari pemegang gadai, harus telah memutuskan bahwa pemberi gadai telah wanprestasi. Pasal 3:248 para. 2 NBW c. Kecuali diatur sebaliknya, pemegang gadai harus memberikan pemberitahuan paling sedikit 3 tiga hari kepada pemberi gadai apabila dimungkinkan dengan batas yang wajar Pasal 3: 249 NBW d. Setelah kewenangan untuk menjual lahir, penjualan akan dilakukan di muka umum, untuk penjualan dengan cara lain mengenai hal tersebut Pasal 3250-251 NBW e. Kecuali diatur sebaliknya dan sampai dengan batas yang wajar, pemegang gadai harus, tidak lebih dari sehari setelah dilakukannya penjualan, memberikan pemberitahuan tentang penjualan tersebut kepada pemberi gadai Pasal 3: 252 NBW. 591 Suharnoko, Legal Issues on Pledge Share Agreement, dalam Indonesia Law Review, No.1 Volume1 January-April 2011, hal. 67. 592 H.J.Snijders, Makalah “Pledge in General, Op.Cit., hal 5. Dalam Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum, Op.Cit., hal 38-39. Universitas Sumatera Utara 3. Dalam hal penjualan benda gadai apakah harus diperjanjikan sebelum atau sesudah wanprestasi. Penjualan benda gadai dapat dilakukan di muka umum atau jual langsung. Apa yang dimaksud dengan penjualan di muka umum? Menurut Polderman, penjualan di muka umum adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat. 593 Untuk melakukan penjualan di muka umum, maka diperlukan 3 syarat yaitu: 594 a. Penjualan umum harus selengkap mungkin volledigheid; b. Ada kehendak untuk mengikat diri; c. Bahwa pihak lain yang akan mengadakan perjanjian tidak dapat ditunjuk sebelumnya. Pengertian penjualan umum yang diberikan oleh Polderman di atas, dilengkapi kemudian oleh Roell yang menyatakan sebagai berikut: 595 “Penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian yang terjadi antara saat seseorang hendak menjual sesuatu atau lebih dari satu barang, baik secara pribadi maupun dengan perantaraan kuasanya memberi kesempatan kepada orang-orang yang hadir melakukan penawaran untuk membeli barang-barang yang ditawarkan sampai kepada saat kesempatan lenyap, ditambah bahwa penjualan itu adalah secara sukarela, kecuali jika dilakukan atas perintah hakim.” 593 Rachmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, cet,1, Bandung:PT Eresco, 1987, hal 106. 594 Ibid. 595 Ibid., hal 107-108. Universitas Sumatera Utara Pengertian di atas masih dianut sampai sekarang. Bila dibandingkan dengan pengertian yang diberikan di Pasal 1 Vendu Reglement maka tidak terdapat perbedaan. Hanya saja pengertian yang diberikan pada peraturan tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa penjualan di muka umum adalah lelang. 596 Dari pengertian-pengertian di atas terdapat syarat utama, yaitu persaingan umum, yaitu berarti menghimpun banyak peminat. Dengan kata lain arti dari persaingan umum ini adalah undangan pelelangan tidak boleh hanya ditujukan kepada satu orang, peserta lelang harus lebih dari satu orang, dan diberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta lelang untuk memberikan penawaran. 597 Berbeda dengan penjualan di muka umum yang dijelaskan di atas, penjualan secara tidak di muka umum atau disebut juga penjualan langsung tidak memberikan syarat-syarat khusus dari pada yang diberikan hukum untuk perbuatan jual beli. 598 Kesimpulannya adalah untuk eksekusi gadai melalui penjualan langsung, pemegang gadai dan pembeli haruslah mengikuti ketentuan-ketentuan jual beli yang diatur dalam KUHPerdata dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya, sedangkan untuk penjualan melalui pelelangan selain harus memenuhi ketentuan 596 Pasal 1 Vendu Reglement berbunyi:”... penjualan di muka umum ialah pelelangan dan penjualan barang, yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat dengan persetujuan harga yang makin menurun atau dengan pendaftaran harga, atau di mana orang- orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberi tahun tentang pelelangan atau penjualan, atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyutujui harga atau mendaftarkan.” 597 Rachmat Soemitro, Op. Cit., hal 105-111. 598 Ibid. Universitas Sumatera Utara tersebut juga harus memenuhi ketentuan mengenai pelelangan. Penjualan dengan cara melelang barang yang digadaikan itu dengan perantaraan kantor lelang. Persoalannya lain jika yang digadaikan adalah saham, yang harus memberlakukan ketentuan yang terdapat dalam UUPT Tahun 2007, yang mensyaratkan untuk menawarkan lebih dahulu saham tersebut kepada pemilik saham yang lain. Eksekusi untuk barang gadai berupa saham yang melekat padanya suatu preemtive right , apabila barang gadai tersebut dijual secara tidak di muka umum, maka tidak ada pertentangan yang terjadi, karena tidak ada larangan bagi si pemegang gadai untuk melakukan penawaran terlebih dahulu kepada si pemegang preemtive right. Sedangkan apabila penjualan dilakukan secara di muka umum, maka berdasarkan norma yang terkandung dalam Pasal 1 Verdu Reglement dan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK.072006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, si pemegang gadai tidak diperbolehkan untuk melakukan penawaran terbatas kepada beberapa orang saja melainkan harus dilakukan secara terbuka dan seluas-luasnya. Selanjutnya mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Purnama, 599 bahwa dalam praktiknya sebelum kantor lelang dapat menerima benda jaminan untuk dijual dalam lelang eksekusi, maka diharuskan adanya fiat executie, jadi tidak cukup hanya dengan perjanjian gadai saham saja. Pendapat pejabat kantor lelang tersebut didasarkan pada Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 320kSIP1980. Putusan hakimpun juga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang dapat 599 Purnama Tioria Sianturi, Op.Cit., hal. 79 Universitas Sumatera Utara menghalangi dilakukannya penawaran secara terbuka tersebut, seperti adanya hak memesan saham terlebih dahulu. 4. Dapatkah gadai saham berakhir sebelum utang dibayar lunas oleh debitur. Sesuai dengan sifat gadai yang accessoir, selama utang yang dijamin dengan gadai saham belum lunas, maka selama kewajiban debitur belum lunas, perjanjian gadai saham akan terus berlaku. Namun bagaimana apabila utang belum lunas sedangkan perjanjian gadai sudah habis masa berlakunya. Undang-Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007 tidak ada mengatur tentang cara menggadaikan, sehingga harus merujuk pada ketentuan yang berlaku di KUHPerdata. Pada Pasal 1153 KUHPerdata mengatur bahwa: “Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tak bertubuh, kecuali surat-surat tunjuk atau surat-surat bawa, diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya, kepada orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan. Oleh orang ini, tentang hal pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya si pemberi gadai dapat diminta suatu bukti tertulis.” Maksud “orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan” adalah perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan. Jadi berdasarkan Pasal 1153 KUHPerdata, jika debitur belum melunasi utangnya kepada kreditur, sedangkan gadai saham sudah berakhir, maka dengan itikad baik debitur tersebut harus memperpanjang berlakunya perjanjian gadai tersebut, dan harus diberitahukan 600 600 Pasal 56 UUPT Tahun 2007: 1 Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak. 2 Akta pemindahan hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada perseroan. Universitas Sumatera Utara secara tertulis oleh kreditur pemegang gadai kepada debitur pemberi gadai dan perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan tersebut. Dalam hal ini debitur meyakinkan dengan tertulis bahwa memang benar utangnya belum lunas kepada kreditur. Namun jika pemberi gadai tidak beritikad baik dan tidak setuju untuk memberi konfirmasi bahwa gadai saham itu diperpanjang masa berlakunya, maka kreditur akan mengalami kesulitan dan dapat kehilangan jaminan berupa gadai saham. Oleh karena itu dalam pembuatan perjanjian gadai saham harus dihindari kemungkinan berakhirnya gadai saham sebelum utang debitur dibayar lunas. Dan perjanjian gadai saham tidak boleh bertentangan dengan ketentuan anggaran dasar perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan itu. Selanjutnya dicatat dalam DPS perseroan danatau daftar khusus perseroan yang bersangkutan Pasal 60 UUPT Tahun 2007. Dalam praktiknya ketika utang belum lunas dan jangka waktu gadai sahamnya terbatas, apakah kreditur dalam memperpanjang gadai saham harus dilakukan dengan persetujuan pemberi gadai atau cukup dengan pemberitahuan saja. Berdasarkan putusan pengadilan, Putusan PK No. 115 PKPDT2007 jo. No. 517PDT.G2003PN.JKT.PST, cukup dengan pemberitahuan, merujuk pada Pasal 49 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Ayat 1, bahwa pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, ayat 2, akta pemindahan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 atau salinannya Pemindahan hak atas saham cukup dilakukan dengan pemberitahuan saja, sehingga dalam hal perpanjangan gadai saham cukup dengan pemberitahuan saja, tidak memerlukan persetujuan. Universitas Sumatera Utara disampaikan secara tertulis kepada perseroan sehingga perpanjangan gadai saham cukup dengan pemberitahuan saja tidak memerlukan persetujuan. Dalam hal ini sesuai dengan yang diatur pada Pasal 56 UUPT Tahun 2007. Pasal 1343 KUHPerdata menyatakan bahwa jika kata-kata dalam perjanjian dapat diberikan berbagai macam penafsiran , maka harus dipilih apa yang menjadi maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut, dari pada menafsirkan menurut arti kata-kata yang terdapat dalam perjanjian tersebut secara harfiah. Sebagai contoh pada kasus PT APT melawan PT BFI, berdasar rapat umum pemegang saham dari PT APT tertanggal Mei 1999, tujuan perjanjian gadai saham ialah untuk menjamin utang PT APT terhadap PT BFI berdasarkan perjanjian pinjaman dalam negeri dan pejanjian leasing. PT BFI memperpanjang perjanjian gadai tersebut dan tak perlu untuk memperoleh persetujuan dari PT APT, sebagaimana yang telah diputuskan oleh MA dalam putusannya No. 240PKPDT2006 tertanggal 20 Februari 2007 yang memutuskan bahwa perjanjian gadai saham dan perubahannya tidak berlaku lagi sejak 1 Desember 2000 yaitu mengenai batas waktu perjanjian. Dalam perkara antara PT OMC melawan PT BFI, dalam putusan MA No. 1478KPdt2005 tertanggal 25 Oktober 2005 yang memperkuat putusan pengadilan tinggi Jakarta, yang menyatakan bahwa sepanjang debitur tidak melunasi utangnya maka perjanjian gadai saham masih tetap berlaku. Hal ini berarti bahwa MA masih tetap berpendirian bahwa pada dasarnya perjanjian gadai saham tergantung pada perjanjian pokoknya. Namun walaupun perjanjian gadai saham masih tetap berlaku sepanjang perjanjian pokok belum dilunasi, maka tidak berarti bahwa eksekusi benda Universitas Sumatera Utara gadai dapat dilakukan dengan hanya menggunakan surat kuasa mutlak sesuai putusan MA dalam perkara No. 115PKPdt2007 tertanggal 19 Juli 2007. 601 Eksekusi harus dilakukan melalui izin pengadilan sesuai Pasal 1156 KUHPerdata.

E. Penerapan Ketentuan Gadai Saham dalam Berbagai Kasus.