Gadai Saham Tunduk pada Asas-Asas Hukum Jaminan

Dari penjelasan tersebut bahwa, baik kitab undang-undang hukum perdata maupun undang-undang perseroan terbatas tidak memberikan pengaturan yang terperinci tentang penjaminan saham tanpa warkat.

B. Gadai Saham Tunduk pada Asas-Asas Hukum Jaminan

Keberadaan gadai saham sebagai lembaga jaminan atas utang, berlaku padanya asas yang menyangkut jaminan yang tertuang dalam norma hukum. Hal ini untuk memantapkan keyakinan kreditur bahwa debitur akan secara nyata mengembalikan pinjamannya setelah jangka waktu pinjaman sampai pada waktu yang ditentukan, maka hukum memberlakukan beberapa asas. 1. Asas yang menentukan bahwa apabila debitur ternyata karena suatu alasan tertentu pada waktunya tidak melunasi utangnya kepada kreditur, maka harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan utangnya yang dapat dijual untuk menjadi sumber pelunasan dari utang itu. Asas ini dituangkan dalam Pasal 1131 KUHPerdata. 143 Pasal 1131 KUHPerdata tersebut menentukan bahwa harta kekayaan debitur bukan hanya untuk menjamin kewajiban melunasi hutang kepada kreditur yang diperoleh dari perjanjian utang-piutang diantara debitur dan kreditur, tetapi untuk menjamin segala kewajiban yang timbul dari perikatan tersebut. 143 Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan, Memahami Faillissementsverordening Jucto Undang-undang N0. 4 Tahun 1998 , Jakarta: Grafiti, 2002, hal. 7 Universitas Sumatera Utara Sebagaimana menurut ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata, suatu perikatan timbul atau lahir karena adanya perjanjian seperti perjanjian gadai saham antara kreditur dan debitur maupun timbul atau lahir karena ketentuan undang-undang. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, wujud perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Dalam istilah hukum, perikatan dalam wujudnya yang demikian itu disebut pula dengan istilah prestasi. Pihak yang tidak melaksanakan prestasinya disebut pihak yang melakukan wanpestasi. Apabila perikatan itu timbul karena ditentukan di dalam perjanjian gadai saham yang dibuat di antara debitur dan kreditur, maka pihak yang tidak melaksanakan prestasinya disebut pula sebagai telah melakukan cidera janji atau ingkar janji, atau dalam bahasa Inggris disebut in-default. 144 Dengan kata lain Pasal 1131 KUHPerdata tersebut tidak hanya menentukan bahwa harta kekayaan seorang debitur demi hukum menjadi jaminan untuk membayar utangnya kepada kreditur yang mengutanginya berdasarkan perjanjian kredit. Tetapi juga menjadi jaminan bagi semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain, baik perikatan itu timbul karena undang-undang maupun karena perjanjian selain perjanjian kredit. 2. Asas yang terdapat dalam jaminan utang selain dari asas yang terdapat dalam Pasal 1131 KUHPerdata adalah asas yang mengatur tentang cara membagi aset debitur 144 Pasal 1132 KUHPerdata berbunyi: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan- alasan yang sah untuk didahulukan.” Universitas Sumatera Utara untuk membayar utang-utangnya kepada kreditur yang dituangkan dalam Pasal 1132 KUHPerdata, yang mengisyaratkan bahwa setiap kreditur memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur lainnya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya. Dengan adanya kalimat dalam Pasal 1132 KUHPerdata yang berbunyi “kecuali apabila diantara para kreditur itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan dari pada kreditur lainnya,” maka terdapat kreditur-kreditur tertentu yang oleh KUHPerdata diberi kedudukan hukum yang lebih tinggi dari pada kreditur lainnya. Dalam hukum kreditur-kreditur tertentu yang didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya itu disebut kreditur preferen atau preferent creditur, sedangkan kreditur-kreditur lainnya disebut kreditur konkuren atau concurrent creditur. 145 Lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, hal ini sesuai dengan tugas pokok bank itu sendiri yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dengan adanya lembaga jaminan khususnya jaminan kebendaan kreditur sedapat mungkin akan terhindar dari itikad tidak baik debitur pemberi jaminan kebendaan dalam hal ini saham, oleh karena itu beberapa hal yang harus diperhatikan tentang jaminan yang baik ideal yaitu: 146 a. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang 145 Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan, Op. Cit, hal. 9. 146 R. Subekti, Jaminan-Jaminan, Op.Cit., hal. 29. Universitas Sumatera Utara memerlukannya; b. Tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan meneruskan usahanya; c. Memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima pengambil kredit. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa keberadaan jaminan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan sekaligus kepastian hukum, baik kepada kreditur maupun kepada debitur. Bagi kreditur, dengan diikatnya suatu utang dengan kebendaan jaminan, hal itu akan memberikan kepastian hukum jaminan pelunasan utang debitur seandainya debiturnya gagal membayar pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan untuk debitur dapat mempermudah memperoleh kredit dengan menjaminkan benda dalam hal ini saham sebagai jaminan. Pada satu sisi memang bank sebagai kreditur berhak menjual benda jaminan ketika debitur telah gagal bayar pada waktu yang ditentukan. Hak yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan maupun hak yang diberikan berdasarkan perjanjian gadai saham yang dilakukan oleh debitur dan kreditur tersebut dapat menimbulkan ketidak pastian hukum bagi debitur maupun kreditur sehingga diperlukan perlindungan hukum bagi debitur dan kreditur, namun tidak pula menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. 3. Asas publisitas berlaku pada gadai saham. Tidak semua saham dapat dijadikan jaminan kredit bank. Hanya yang terdaftar dan yang diperjualbelikan di pasar Universitas Sumatera Utara modal yang memenuhi syarat. Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini merupakan pendorong kearah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dan manajemennya. Hanya perusahaan yang berkualitaslah yang berani menempatkan prospektusnya secara terbuka untuk memperoleh pendaftaran. Dengan demikian pendaftaran itu sendiri sudah memberi nilai lebih kepada perusahaan atas bonafiditasnya. Hal ini berdampak bagi masyarakat dan perbankan menilai mutu saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Melalui syarat pendaftaran, memberi batasan kepada bank, bahwa hanya saham yang sudah dikenal umum, dan telah dipasarkan di bursa efek yang dapat diterima sebagai jaminan tambahan. Namun terhadap syarat ini ada pengecualian yaitu: 147 a. Pemberian kredit dalam rangka ekspansi perusahaan, bisa untuk modal ekspansi alat produksi atau eksploitasi modal kerja untuk optimalisasi produksi, dan dalam rangka akuisisi atau merger. b. Saham yang dijaminkan ialah saham yang diterbitkan oleh perusahaan penerima kredit dengan catatan, tidak boleh saham perusahaan lain, dan jika saham yang hendak dijaminkan milik perusahaan orang lain, harus dipenuhi persyaratan telah terdaftar. Menurut M. Yahya Harahap, secara yuridis pengecualian atas kebolehan manjaminkan saham yang belum terdaftar sebagai jaminan kredit dalam rangka 147 M. Yahya Harahap, Tinjauan Saham, Op.Cit., hal 130 Universitas Sumatera Utara akuisisi, merger dan konsolidasi, 148 dapat dibenarkan dengan syarat saham yang dijaminkan adalah saham yang diterbitkan sendiri. 149 Hal ini karena bertujuan untuk meningkatkan kekuatan permodalan dan peningkatan perusahaan. Ketentuan tentang harus terdaftarnya saham yang dijadikan jaminan kredit 150 di pasar modal bertujuan untuk membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dan komite kredit untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan nilainya. Bila diperbolehkan menerima semua jenis saham tanpa persyaratan pendaftaran, besar kemungkinan akan berkembang saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang permodalan dan bidang usahanya fiktif. Sehingga mudah terjadi persekongkolan antara debitur dengan perseroan yang sedang sekarat. Debitur bersekongkol mempergunakan saham yang sedang sekarat, untuk dijadikan jaminan ke bank. Dalam hal ini kreditur sudah tahu bahwa saham perseroan tersebut tidak mempunyai nilai apa-apa. 148 Dari segi teori dan praktik terdapat perbedaan antara akuisisi atau merger dengan konsolidasi. Menurut hukum, akuisisi merupakan bentuk fusi dari dua perusahaan atau lebih. Biasanya perusahaan yang lebih kecil difusikan ke dalam yang lebih besar. Dari fusi itu, hilang perusahaan kecil dan yang tetap muncul adalah perusahaan besar. Cara yang ditempuh ialah dapat berupa pembelian semua saham perusahaan kecil oleh perusahaan yang lebih besar, atau dapat dengan cara perusahaan yang lebih besar memberikan saham-saham dari modalnya sendiri kepada pemegang saham perusahaan kecil sebagai ganti saham mereka; atau dapat juga dengan membeli semua aktiva perusahaan yang lebih kecil, dan para pemegang saham perusahaan kecil membubarkan diri. Pada akuisisi, berfusinya dua atau lebih perusahaan, tidak melenyapkan identitas dan keberadaan salah satu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar tetap ada sebagai lanjutan fusi. Lain halnya dengan bentuk konsolidasi. Konsolidasi atau kombinasi merupakan peleburan total antara dua atau lebih perusahaan yang hampir sama kedudukannya. Dari peleburan, perusahaan lama lenyap, diganti oleh perusahaan baru. Perusahaan lama yang dikonsolidasi tidak ada lagi, yang muncul adalah perusahaan baru. 149 M. Yahya Harahap, Tinjauan Saham, Op.Cit., hal 136 150 Pasal 2 angka 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Saham sebagai Agunan Tambahan Kredit, No. 2668KEPDIR Tahun 1993 Universitas Sumatera Utara Karena saham merupakan benda bergerak tidak berwujud, maka untuk pembebanannya diatur dalam Pasal 1153 KUHPerdata, yaitu dengan cara memberitahukan gadai itu kepada pihak terhadap siapa hak itu ditujukan. Kalau objek gadai adalah saham, pemberitahuan itu mestinya ditujukan kepada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. Gadai saham harus dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 UUPT Tahun 2007. 151 Jika Pasal 1153 KUHPerdata mensyaratkan pemberitahuan, Pasal 60 ayat 3 UUPT Tahun 2007, sebagai lex specialis, mensyaratkan pencatatan dalam daftar saham dan daftar khusus. Artinya setelah kreditur dan pemberi jaminandebitur sepakat untuk meletakkan gadai atas saham, tindakan lebih lanjut adalah mencatatkan gadai itu pada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut.

C. Gadai Saham Merupakan Hak Jaminan Kebendaan