directors of the Company...”, Asminco telah menyampaikan pemberitahuan kepada para direksi IBT yang juga berupa permohonan agar perihal gadai saham ini
dicatatkan di Daftar Pemegang Saham. Hal ini telah sesuai, karena yang dimaksud dengan “orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan”, dalam
Pasal 1153 KUHPerdata adalah perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan yaitu IBT.
J. Ketentuan Gadai Saham di Belanda
Bila dibandingkan dengan gadai yang diatur di Belanda maka terdapat persamaan antara gadai yang berlaku di Indonesia dan gadai yang berlaku di negara
Belanda. Hal ini dikarenakan bahwa hukum yang berlaku di Indonesia hingga saat ini khususnya KUHPerdata adalah merupakan produk dari Hindia Belanda yang
beberapa bagian dari KUHPerdata tersebut masih berlaku hingga saat ini berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan
Keempat. Namun terdapat ketentuan yang lebih rinci yang merupakan perkembangan baru dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang Baru di Belanda NBW.
Menurut Dr. Henk Joseph Snijders dalam makalahnya berjudul “Pledge in
General and Pledge of Share in Particular Including the Enforcement under Netherlands Law”, bahwa pada prinsipnya ketentuan gadai secara umum berlaku
terhadap gadai saham.
256
256
Henk Snijders, 31 maret 2010 dalam Suharnoko dan Katini Muljadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham,
Jakarta: Gramedia, 2010, hal.19-27
Universitas Sumatera Utara
Adapun persamaan antara gadai saham di Indonesia dengan Belanda adalah sebagai berikut:
Hak gadai memiliki sifat kebendaan pada umumnya yaitu hak absolut, droit de suite, droit de preference
, hak menggugat dan lain lain. Di Indonesia dapat dilihat dari pasal-pasal berikut, Pasal 528 KUHPerdata
yang menyatakan atas sesuatu kebendaan seseorang dapat mempunyai kedudukan berkuasa bezit, hak milik eigendom, hak waris, hak pakai hasil, hak pengabdian
tanah, hak gadai ataupun hipotik. Pasal 1152 ayat 3 KUHPerdata menetapkan apabila barang gadai hilang dari tangan penerima gadai atau kecurian, maka ia berhak
menuntut kembali sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1977 ayat 2 KUHPerdata. Jadi hak gadai terus mengikuti bendanya di tangan siapapun, dengan
kata lain di dalamnya juga terkandung suatu hak menggugat karena si penerima gadai
berhak menuntut kembali barang yang hilang tersebut.
Sifat droit de preference, yang artinya bahwa hak gadai memberikan kekuasaan kepada seorang kreditur untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan
barang secara didahulukan. Di Indonesia hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 1133 jo. Pasal 1150 KUHPerdata.
Barang jaminan gadai tidak boleh dipakai, dinikmati dan dimiliki, kreditur hanya berkedudukan sebagai houder bukan burgerlijke bezitter. Kecuali apabila
benda gadai dibeli oleh kreditur sendiri dan mengambil pelunasan dari utang debitur
Universitas Sumatera Utara
beserta biaya dan bunga, kemudian mengembalikan kepada debitur jika ada sisa penjualan.
Pada gadai tentang hal kepailitan debitur dan penjadwalan kembali utang tidak berlaku.
Perbedaan gadai saham di Indonesia dengan di Belanda antara lain: Di Belanda dibedakan antara saham pembawa dan saham terdaftar atas
nama. Sedangkan di Indonesia saham perseroan sesuai dengan ketentuan UUPT Tahun 2007 hanya dapat dikeluarkan dalam bentuk saham atas nama. Bukti
kepemilikan saham atas nama, adalah surat saham yang bertuliskan nama pemilik saham tersebut. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 48 ayat 1 yaitu saham perseroan
dikeluarkan atas nama pemiliknya, dan saham yang dikeluarkan biasanya ditentukan nilai nominalnya.
Pada UUPT Tahun 2007 hak suara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari saham, sehingga tak dapat dipindahtangankan secara sewenang-
wenang. Hak suara atas saham yang dibebankan dengan gadai tetap berada pada pemegang saham. Surat kuasa mutlak untuk memberi suara tidak merubah peraturan
bahwa pemegang saham lah yang masih memegang hak suara dalam RUPS. Pasal 60 ayat 4 UUPT secara tegas menyatakan bahwa hak suara atas saham yang
dijaminkan tetap berada pada pemegang saham, ketentuan ini diperlukan untuk memaksa para pihak agar tidak mengatur bahwa hak suara berpindah ke penerima
gadai. Bahwa dalam gadai saham hak-hak lain dapat disimpangi kecuali hak memberi suara oleh pemegang saham dan pemegang agunan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai perbandingan H.J. Snijders menyebut bahwa berdasarkan Pasal 2:89 dan Pasal 198 Nieuw Burgerlijk Wetboek NBW, pemegang saham mempunyai hak
suara dalam rapat umum pemegang saham, kecuali hak ini dihubungkan dengan gadai. Pada gadai saham, pemilik saham tetap mempunyai hak suara dalam rapat
umum pemegang saham.
257
Selanjutnya menurutnya gadai dapat dimanfaatkan dengan menggunakan hak suara untuk mempengaruhi perusahaan, seperti untuk memindah-
tangankan perusahaan atau perusahaan tambahan.
258
Tentang eksekusi gadai, di negara Belanda harus dengan izin pengadilan. Di Indonesia berdasar Pasal 1155 KUHPerdata, jika debitur wanprestasi atau lalai, maka
kreditur berhak untuk menjual berdasarkan kekuasaan sendiri benda-benda debitur yang dijaminkan. Menjual berdasarkan kekuasaan sendiri adalah penjualan tersebut
tidak disyaratkan adanya titel eksekutorial. Hal ini karena adanya penafsiran yang berbeda tentang Pasal tersebut, dan juga karena telah adanya surat kuasa mutlak yang
diberikan debitur kepada kreditur untuk menjual benda gadai tersebut. Dalam hal pemberi gadai dan pemegang gadai tidak mencapai kesepakatan mengenai
alternatif cara menjual selain melalui lelang, masih berdasarkan Pasal 1156, pemegang gadai dapat meminta hakim untuk mengizinkannya menjual barang gadai
dengan cara privat.
257
Henk Joseph Sneijders, Makalah “Pledge in General and Pledge of Shares in Particular,
Op.Cit .,hal.5.
258
Indonesia Law Review.No 1-Volume 1, January-April 2011
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal eksekusi secara privat, yaitu tanpa melalui kantor lelang dibenarkan, maka prosedur yang harus ditempuh oleh kreditur pemegang gadai saham menurut H.J.
Sneijders harus melalui gugatan.
259
Adapun persyaratan untuk dapat mengeksekusi gadai saham berdasarkan Burgerlijk Wetboek
Belanda yang baru NBW adalah sebagai berikut:
260
1. Pemberi gadai harus telah wanprestasi art.3:248 para. 1 NBW.
Pengadilan berdasarkan permohonan dari pemegang gadai, harus telah memutuskan bahwa pemberi gadai telah wanprestasi, Pasal 3:248 para. 2 NBW.
2. Kecuali diatur sebaliknya, pemegang gadai harus memberikan pemberitahuan
paling sedikit 3 tiga hari kepada pemberi gadai apabila dimungkinkan dengan batas yang wajar Pasal 3: 249 NBW.
3. Setelah kewenangan untuk menjual lahir, penjualan akan dilakukan di muka
umum, untuk penjualan dengan cara yang lain hanya berdasarkan izin pengadilan, atau perjanjian lain mengenai hal tersebut. Pasal 3: 250-251 NBW
4. Kecuali diatur sebaliknya dan sampai dengan batas yang wajar, pemegang gadai
harus, tidak lebih dari sehari setelah dilakukannya penjualan, memberikan pemberitahuan tentang penjualan tersebut kepada pemberi gadai Pasal 3: 252
NBW Lebih lanjut H.J. Snijders menjelaskan bahwa permohonan kepada pengadilan
untuk dapat melakukan penjualan secara tertutupprivat harus diajukan oleh pemberi
259
Henk Joseph Snijders, Op.Cit, hal. 24.
260
Ibid,.
Universitas Sumatera Utara
gadai atau pemegang gadai, dan hal ini tidak dapat diterobos dengan adanya surat kuasa mutlak untuk menjual. Biasanya praktik di Belanda, permohonan untuk
menjual gadai atas saham secara privattertutup dikabulkan oleh pengadilan. Sebagai perbandingan, Burgerlijk Wetboek Belanda yang baru NBW
mengatur mengenai eksekusi gadai sebagai berikut:
261
Pasal 249 NBW 1. Dalam hal debitur wanprestasi membayar utang yang gadai menjadi jaminan
pembayarannya, pemegang gadai mempunyai hak untuk menjual benda gadai dan untuk melakukan tindakan untuk mendapatkan pengembalian atas piutangnya.
2. Para pihak dapat menentukan bahwa tiada penjualan akan dilakukan sampai dengan adanya izin hakim, atas permohonan pemegang gadai, menyatakan bahwa
debitur wanprestasi. Tidak ada penjualan kecuali sudah ada permohonan oleh pemegang gadai kepada hakim yang menyatakan bahwa debitur sudah melakukan
wanprestasi. 3. Penerima gadai hanya menjual barang gadai lebih tinggi dari harga ketika
digadaikan. Pasal 250 3.9.2.11 NBW:
1. Penjualan dilakukan secara umum berdasarkan hukum kebiasaan setempat.
261
Suharnoko, Kartini Mulyadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham, Nasional Legal Reform Program
, Jakarta, 2010, hal. 41
Universitas Sumatera Utara
2. Penjualan atas barang gadai yang dapat diperdagangkan di bursa atau pasar modal dapat dilaksanakan dengan perantaraan seorang ahli dengan tunduk pada ketentuan
bursapasar modal. 3. Penerima gadai berhak juga untuk melakukan penawaran.
Pasal 251 3.9.2.12 NBW: “Kecuali diatur lain, ketua pengadilan negeri dapat menentukan, atas
permintaan pemegang gadai atau pemberi gadai, bahwa benda gadai akan dijual dengan cara yang berbeda dari ketentuan sebelumnya; atas permintaan
dari pemegang gadai, ketua pengadilan negeri dapat pula menentukan bahwa benda gadai dapat dimiliki oleh pemegang gadai sebagai pembeli atas jumlah
yang ditentukan olehnya.” Dengan kata lain bahwa di Belanda untuk eksekusi gadai saham harus mengajukan
gugatan ke pengadilan. Menurut M. Yahya Harahap,
262
eksekusi dari suatu kebendaan harus dilakukan di bawah pengawasan Ketua Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
tugas tersebut, Ketua Pengadilan Negeri mempunya kewenangan diskresi berdasarkan penetapan atau putusan.
Berbeda denganWirjono Projodikoro,
263
Subekti,
264
J. Satrio,
265
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya.
266
Bahwa berdasar Pasal 1156 KUHPerdata pemegang gadai dapat meminta kepada hakim, supaya hakim menetapkan cara bagaimana penjualan
262
M. Yahya Harahap, Makalah “Beberapa Penyelesaian Permasalahan oleh Pengadilan Menurut UU No. 40 Tahun 2007”, hal 13
263
Wirjono Prodjodikoro, Jakata: Intermassa, 1986 Hukum Perdata tentang Hak atas Benda, hal 158.
264
Subekti, Pokok- Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT. Intermassa, 1992, hal 81
265
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal 126 dan Makalah Eksekusi Benda Jaminan Gadai, hal 7-8.
266
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaya, Hak Istimewa Gadai, Op.Cit., hal 198
Universitas Sumatera Utara
harus dilakukan, atau supaya barangnya ditetapkan oleh hakim menjadi milik si pemegang gadai selaku pembayaran utang, seluruh atau sebagiannya sesuai dengan
perhitungan utang debitur. Bahwa untuk melakukan eksekusi gadai saham dengan melakukan penjualan secara
tertutupprivat maka prosedur yang harus ditempuh oleh kreditur penerima gadai saham adalah dengan mengajukan permohonan dan mendapatkan penetapan
pengadilan. Alasannya adalah undang-undang mempermudah kreditur untuk mengeksekusi hak-haknya dalam hal kreditur sebagai pemegang hipotik, berdasarkan
Pasal 224 HIR dapat mengeksekusi tanpa harus memiliki putusan pengadilan. Berdasarkan Pasal 1178 KUHPerdata, pemegang hipotik dapat membuat perjanjian
dengan debitur untuk melakukan penjualan di depan umum atau lelang tanpa perintah pengadilan. Prosedur yang sama juga dapat dilihat pada Pasal 20 UU Hak
Tanggungan, juga Pasal 29 UU Fidusia yang mempermudah proses eksekusi. Pemegang fidusia juga dimungkinkan untuk melakukan penjualan tertutup atas benda
yang dijaminkan. Kedudukan kreditur pada gadai saham sama dengan kedudukan kreditur pada hipotik, hak tanggungan dan fidusia, yaitu sama-sama kreditur preferen.
Malah hak eksekusi pada kreditur pemegang gadai diberikan secara hukum, bukan karena diperjanjikan oleh para pihak seperti pada hipotik dan hak tanggungan.
Khusus untuk melakukan penjualan secara privattertutup, surat kuasa mutlak ini tidaklah cukup untuk dapat melakukan penjualan secara tertutup. Sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1156 KUHPerdata, untuk dapat melakukan penjualan secara tertutup, pemegang gadai harus mengajukan permohonan kepada hakim, meminta
Universitas Sumatera Utara
hakim untuk mengizinkannya menjual barang gadai secara tertutupprivat. Surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isinya debitur memberi kuasa
yang tidak dapat ditarik kembali, kepada kreditur untuk menjual saham-saham yang digadaikan dengan cara dan harga yang ditentukan oleh kreditur, pada dasarnya tidak
dengan sendirinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditur pemegang gadai sebagaimana yang dilarang oleh Pasal 1154 KUHPerdata. Akan tetapi, sebaiknya
surat kuasa demikian seharusnya tidak dibuat sebelum debitur wanprestasi seperti yang selama ini terjadi dalam praktik. Surat kuasa demikian sebaiknya dibuat setelah
debitur wanprestasi supaya lebih adil bagi para pihak.
267
J. Satrio dan Fred Tumbuan menyatakan, berdasarkan Pasal 1156 KUHPerdata, penjualan barang gadai dengan cara tertutupprivat dimungkinkan,
tetapi dengan prosedur pemegang gadai mengajukan permohonan kepada hakim, meminta hakim untuk mengizinkannya menjual barang gadai secara tertutupprivat.
R. Subekti, J. Satrio dan Kartini Mulyadi juga mendukung pendapat tersebut yaitu untuk dapat melakukan eksekusi gadai saham dengan melakukan penjualan secara
tertutupprivat maka prosedur yang harus ditempuh oleh kreditur penerima gadai saham adalah dengan mengajukan permohonan untuk mendapatkan penetapan
pengadilan.
268
267
Snijders mengutip HR 1 April 1927, NJ 1927, 601 and AsserVan Mierlo, Goederenrecht III, Kluwer: Deventer 2003, No 50, dalam Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai
Saham . Jakarta, Nasional Legal Reform Program, 2010, hal 24.
268
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut H.J. Snijder, khusus untuk melakukan penjualan secara privattertutup, surat kuasa mutlak tidaklah cukup untuk dapat melakukan penjualan
secara tertutup.
269
Selanjutnya H.J. Snijder dalam tulisannya Pledge in General and Pledge of Shares in Particular Including the Enforcement under Netherlands Law
tersebut mengatakan:
“ states that under article 7:53 jo article 7:54 para Nieuw BW, the secured
creditor, when the condition for execution are met, may appropriate the pledged property if so agreed and net the value of the securities with the sum
due by it. The valuation of such securities is based on their market value or value on an exchange.
This provision is the exception of the rule laid down I article 3:235 Nieuw BW that the pledge is not entitled to appropriate the pledged property.
270
Bahwa kreditur preferen dapat mengambil pelunasan dari nilai barang gadai
sejumlah utang debitur, penilaian barang gadai tersebut berdasar nilai pasar saham tersebut dijual di pasar melalui perantara profesional atau di bursa efek. Aturan ini
mengecualikan aturan yang terdapat pada Pasal 3:235 KUHPerdata yang baru yaitu kreditur tidak berhak demikian.
Di Indonesia Pasal 1156 KUHPerdata mengatur bahwa apabila si berutang wanprestasi si berpiutang dapat menuntut di muka hakim supaya barang gadai dijual
menurut cara yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi utang beserta bunga dan biaya lainnya.
269
Ibid.
270
H.J. Snijder dalam tulisannya Pledge in General and Pledge of Shares in Particular Including the Enforcement under Netherlands Law,
dalam Suharnoko,” Legal Issues on Pledge Share
Agreement ”, dalam Indonesia Law Review,No.1 Volume 1, January-April 2011
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat melakukan penjualan secara tertutup, pemegang gadai harus mengajukan permohonan kepada hakim, meminta hakim untuk mengizinkannya menjual barang
gadai secara tertutupprivat. Surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isinya debitur memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, kepada kreditur
untuk menjual saham-saham yang digadaikan dengan cara dan harga yang ditentukan oleh kreditur, pada dasarnya tidak dengan sendirinya merupakan tindakan
kepemilikan oleh kreditur pemegang gadai sebagaimana yang dilarang oleh Pasal 1154 KUHPerdata. Akan tetapi, sebaiknya surat kuasa demikian seharusnya tidak
dibuat sebelum debitur wanprestasi seperti yang selama ini terjadi dalam praktik. Surat kuasa demikian sebaiknya dibuat setelah debitur wanprestasi supaya lebih adil
bagi para pihak. Dalam hal ini H.J. Snijders berpendapat:
“Permohonan kepada pengadilan untuk dapat melakukan penjualan secara tertutupprivat harus diajukan oleh pemberi gadai atau pemegang gadai, dan
hal ini tidak dapat diterobos dengan adanya surat kuasa mutlak untuk menjual.”
271
Selanjutnya dikatakan izin pengadilan untuk penjualan harus dimohonkan oleh pemberi atau penerima gadai dan penjualan tersebut tidak dapat hanya dengan
surat kuasa mutlak yang diberikan debitur. Selain itu para pihak harus juga mematuhi batasan-batasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan. Sedangkan untuk
271
Hank Joseph Snijders, Makalah “Pledge in General and Pledge of Shares in Particular,
Op.Cit., hal.5.
Universitas Sumatera Utara
saham pembawa pada perseroan publik tidak dibatasi oleh anggaran dasar perseroan. Penjualannya dapat dilakukan secara pribadi, yang menurut beliau merupakan suatu
fenomena di Belanda. Bahwa surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isinya debitur
memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, kepada kreditur untuk menjual saham-saham yang digadaikan dengan cara dan harga yang ditentukan oleh kreditur,
pada dasarnya tidak dengan sendirinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditur penerima gadai sebagaimana yang dilarang oleh Pasal 1154 KUHPerdata. Akan tetapi
sebaiknya surat kuasa demikian sebaiknya dibuat setelah debitur wanprestasi supaya adil bagi para pihak.
Kitab undang-undang perdata tidak mengatur eksekusi gadai secara terperinci. Namun seperti telah dijelaskan sebelumnya, bila dianalogikan dengan hak
tanggungan, gadai saham merupakan hak dari kreditur preferen sehingga untuk eksekusi gadai saham, dapat dilakukan melalui upaya hukum istimewa juga dan tidak
harus melalui mekanisme gugatan. Penjualan saham secara privat hal yang wajar, apalagi dalam perjanjian gadai saham, selalu dicantumkan klausula tersebut. Lelang
hanya ditujukan sebagai perlindungan terhadap debitur untuk mencapai harga tertinggi dari penjualan sahamnya. Jadi, sepanjang sudah mendapatkan harga yang
tinggi dan wajar, penjualan saham secara privat tidak akan menjadi persoalan, apalagi kalau secara kontraktual sudah disepakati. Tidak adanya kesatuan pendapat tentang
eksekusi gadai saham, sehingga untuk mendapatkan rasa aman, kreditur selaku
Universitas Sumatera Utara
pemegang hak gadai meminta legalisasi, dari penjualan sahamnya dengan cara meminta penetapan pengadilan.
Dalam praktik, tahapan yang harus dilakukan sebelum mengajukan penetapan eksekusi saham, sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata, harus ada pernyataan gagal
bayar terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan mengajukan somasi. Apabila tidak juga dipenuhi, maka sudah cukup alasan untuk mengajukan tagihan. Dalam hal terjadi
kegagalan untuk menagih, baru kemudian minta bantuan pengadilan untuk mengeksekusinya. Sepanjang disepakati oleh para pihak, dapat saja penjualan saham
dilakukan tanpa mekanisme lelang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR DAN KREDITUR
GADAI SAHAM YANG BERLANDASKAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM KREDIT PERBANKAN
Perlindungan hukum dalam transaksi perbankan, khususnya di bidang perkreditan dalam perjanjian gadai saham, merupakan hal yang patut dikedepankan
agar kepentingan para pihak dapat terlindungi. Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum. Penegakan hukum secara
konsepsional merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap
tindak sebagai penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam penegakan hukum adalah faktor hukumnya sendiri, faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk
atau menerapkan hukum, faktor masyarakat, yakni tempat hukum tersebut berlaku dan diterapkan dan faktor kebudayaan, yakni hukum sebagai hasil karya, cipta, dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Upaya penegakan hukum tidak terlepas dari cita hukum yang dianut masyarakat yang
bersangkutan ke dalam perangkat berbagai aturan hukum positif, lembaga hukum, dan proses terjadinya transaksi yang dibuat.
Universitas Sumatera Utara