Defenisi Gadai PENGATURAN GADAI SAHAM DI INDONESIA

lagi dengan jaminan saham untuk memperkuat jaminan pokok dan jaminan tambahan yang sudah ada. Dalam perjanjian gadai saham Share Pledge Agreement antara Asminco dan DBA, sifat droit de Preference hak gadai memberikan posisi khusus kepada DBA untuk mendapatkan pelunasan terlebih dahulu sebesar nilai saham yang digadaikan kepadanya. Hal ini terlihat dalam Pasal 5.1 Share Pledge Agreement yang menya takan “If an Event of Default shall have occurred, the Bank may, without demand for payment …, order or authorization of any court …, immediately or at any other time as the Bank shall in its sole discretion determine sell all or any part of the Pledge Collateral at a public sale or privately, …” Berdasarkan ketentuan yang diperjanjikan dalam perjanjian gadai saham dan Pasal 1150 KUHPerdata, pada saat Asminco wanprestasi DBA berhak untuk mengeksekusi gadai saham dengan cara penjualan di muka umum atau jual langsung.

D. Defenisi Gadai

Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand bahasa Belanda atau pledge atau pawn bahasa Inggris. Rumusan gadai yang terdapat dalam Pasal 1150 KUHPerdata 158 pada dasarnya adalah suatu hak kebendaan atas benda bergerak milik orang lain dan bertujuan tidak untuk memberi kenikmatan atas benda tersebut 158 Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW:”Hak kebendaan atas barang bergerak untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut se cara didahulukan.” Universitas Sumatera Utara melainkan untuk memberikan jaminan bagi pelunasan utang orang yang memberi jaminan tersebut. Defenisi gadai berdasar Pasal 1150 KUHPerdata adalah: “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau orang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada siberpiutang untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk penjualan di muka umum barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang itu digadaikan, biaya- biaya mana harus didahulukan.” Terdapat beberapa unsur dari rumusan di atas yaitu: 159 1. Gadai hanya diberikan atas benda bergerak; 2. Gadai harus dikeluarkan dari penguasaan pemberi gadai; 3. Gadai memberikan hak kepada kreditur untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu atas piutang kreditur droit de preference; 4. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mengambil sendiri pelunasan secara mendahulu tersebut. 1. Ciri-Ciri Gadai Dari paparan sub bab di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri gadai sebagai berikut: 160 159 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai dan Hipotek, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 74. 160 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham, Jakarta: Nasional Legal Reform Program , 2010 hal, 6. Universitas Sumatera Utara a. Berdasarkan Pasal 1150 KUHPerdata, gadai adalah accessoir pada perjanjian utang piutang yang dijaminnya; berakhirnya perjanjian utang piutang mengakibatkan berakhirnya perjanjian gadai. b. Hak gadai bersifat kebendaan dan mengikuti benda gadai droit de suite karenanya pemegang gadai berhak menuntut haknya atas benda yang digadaikan dalam tangan siapapun benda itu berada dan pemegang gadai berhak menjual benda yang digadaikan jika debitur cidera janji. c. Pemegang gadai berkedudukan preferen, yang berarti harus didahulukan diantara para kreditur lainnya, dan untuk didahulukan dalam penerimaan pembayaran tagihannya dari hasil penjualan benda yang digadaikan, kecuali jika ditentukan lain oleh undang-undang. Misalnya, pembayaran biaya lelang dan biaya untuk menyelamatkan barang gadai, tagihan pajak negara harus didahulukan Pasal 1133 jo. Pasal 1137 jo. 1150 KUHPerdata d. Pemegang gadai berkedudukan sebagai kreditur separatis, yaitu pemegang gadai dapat mengeksekusi hak gadainya seolah-olah debitur tidak dinyatakan pailit. Hak eksekusi tersebut dapat ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari setelah keputusan kepailitan debitur diucapkan Pasal 55 ayat 1 dan Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Universitas Sumatera Utara e. Menurut Pasal 1160 KUHPerdata, jika utang yang dijamin dengan gadai dibayar untuk sebagian, hak gadai tidak hapus untuk sebagian. J. Satrio mengatakan: 161 “Setiap utang dan setiap bagian dari utang menindih setiap bagian maupun seluruh benda jaminan sebagai satu kesatuan, bukan sebagai benda berdiri sendiri- sendiri, sekalipun benda jaminannya dapat dibagi- bagi.” f. Menurut Pasal 1150 dan Pasal 1152 KUHPerdata, benda yang dijaminkan harus dilepaskan dari kekuasaan pemiliknya dan harus diserahkan dalam kekuasaan kreditur atau pihak ketiga yang disetujui kreditur, debitur dan pemberi gadai. Ini adalah syarat pokok gadai. 2. Gadai Saham Pasal 1153 KUHPerdata menentukan bahwa: “Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tak bertubuh, kecuali surat- suarat tunjuk atau surat-surat bawa, diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya kepada orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan. Oleh orang ini, tentang hal pemberitahuan tersebut serta tentang izinnya si pemberi gadai dapat diminta suatu bukti tertulis.” Sehubungan dengan hal tersebut perlu diperhatikan Pasal 60 UUPT Tahun 2007 yang berbunyi sebagai berikut: 1 “Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya. 2 Saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar. 162 161 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan, Op.Cit., hal. 131 162 Terhadap saham, kurang tepat dikenakan lembaga jaminan fidusia. Pada gadai, jaminan saham berada di bawah kekuasaan pemegang gadaikredit, namun kepemilikan atas saham tetap pada pemberi gadaidebitur. Segala hak-hak yang terdapat pada saham tetap dimiliki oleh pemilik saham Universitas Sumatera Utara 3 Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. 4 Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham.” Pada penjelasan sebelumnya bahwa lembaga Jaminan saham adalah gadai. Terhadap benda-benda terdaftar untuk penyerahan dan pembebanan diterapkan ketentuan penyerahan dan pembebanan benda tetap, yaitu mencatatnya dalam register yang bersangkutan. Karena saham adalah benda bergerak tidak berwujud, maka untuk pembebanan saham, ketentuan dalam Pasal 1153 KUHPerdata yang mengatur tentang benda bergerak tidak berwujud, menentukan caranya adalah dengan memberitahukan gadai itu ke pihak terhadap siapa hak itu bisa ditujukan. Karena objek gadai dalam hal ini adalah saham, maka pemberitahuan mestinya ditujukan kepada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. Sehingga jika Pasal 1153 KUHPerdata mensyaratkan pemberitahuan, Pasal 60 ayat 3 UUPT Tahun 2007, sebagai lex specialis, yang mensyaratkan pencatatan dalam daftar saham dan daftar khusus. Artinya setelah kreditur dan debiturpemberi jaminan sepakat untuk meletakkan gadai atas saham, atau debitur Pasal 52 UUPT Tahun 2007. Sedang pada fidusia adanya pengalihan hak kepemilikan berdasarkan kepercayaan, sehingga apa gunanya kalau saham dijadikan jaminan Fidusia.Tak ada manfaat memperjanjikan bahwa selama utang berjalan saham akan dipegang pemberi jaminandebitur, karena telah diatur dalam UUPT Tahun 2007 bahwa hak atas saham tetap pada pemiliknya. Akibat penyerahan kewenangan terhadap benda jaminan fidusia kepada kreditur masih menjadi masalah, karena apakah kreditur dalam hal ini sebagai pemilik atas benda jaminan dengan segala kewenangannya sebagai pemilik atau hanya sebagai pemegang jaminan. Hal ini tentu membawa konsekuensi tersendiri. Kreditur dalam hal melaksanakan kewenangan yang diberikan kepadanya, wajib untuk memperhatikan kepentingan dari fiduciant sesuai Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, karena setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus dilaksanakan dengan itikad baik. Bahwa jika dimungkinkan atas barang bergerak yang dijadikan jaminan tetap berada ditangan debitur apakah tidak bertentangan dengan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur bahwa semua barang milik debitur adalah menjadi jaminan untuk pelunasan utang debitur. Sehingga menurut penulis terhadap saham harus dijaminkan dengan lembaga jaminan gadai sesuai Pasal 1153 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara tindakan lebih lanjut adalah mencatatkan gadai itu pada perseroan yang mengeluarkan saham tersebut. 3. KrediturPemegang Gadai Demi Hukum Dilarang Secara Langsung Menjadi Pemilik Barang yang Digadaikan jika Debitur Cidera Janji. Pasal 1154 KUHPerdata berbunyi: “Jika yang berutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, maka yang berpiutang tidak diperkenankan memiliki barang yang digadaikan. Segala janji yang bertentangan dengan ketentuan ini adalah batal” Dengan adanya pasal tersebut, maka dilarang dalam pembuatan perjanjian gadai dicantumkan jika debiturpemberi gadai cidera janji, kreditur secara otomatislangsung menjadi pemilik benda yang digadaikan. Kecuali untuk membeli barang yang digadaikan, diperbolehkan asal melalui prosedur eksekusi sebagaimana diatur pada Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata. Hal ini tidak bertentangan dengan ketentuan tersebut karena dalam hal ini kreditur tidak serta merta menjadi pemilik benda yang digadaikan. Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka tidak diperkenankan kreditur memiliki barang gadai. Artinya dalam hal debitur wanprestasi maka benda gadai tidak secara langsung menjadi milik kreditur, bahkan para pihak tak dapat memperjanjikan sebelumnya, bahwa dalam hal debitur wanprestasi, benda gadai akan langsung dimiliki kreditur. Mahkamah Agung dalam putusannya M.A. 7-10-1972 No. 401 KSip1972; M.A. 10-02-1976 No. 262 KSip1975; M.A. 16-09-1975 No. 1148 KSip1972, Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa status hak milik tidak dapat begitu saja berpindah pada kreditur, tetapi untuk memiliki barang jaminan masih diperlukan adanya perbuatan hukum lain, yaitu penyerahan. Perjanjian utang piutang tetap berlaku, tetapi klausulanya yang menyebutkan seperti diatas adalah batal demi hukum. Adanya ketentuan seperti itu adalah untuk melindungi kepentingan dari para peminjam uang yang pada umumnya berada dalam posisi yang sangat lemah, sehingga syarat-syarat yang beratpun seringkali karena keadaan terpaksa harus diterima. Jika tidak ada larangan yang demikian, dapat saja kreditur memang mengharapkan agar debitur wanprestasi, karena banda jaminan pada umumnya mempunyai nilai jauh lebih besar dari piutang kreditur. Sama halnya pada benda-benda yang nilainya ditentukan oleh hasil penjualan, sudah barang tentu kemungkinan dan kesempatan bagi kreditur untuk main-main dengan harganya. Dengan demikian dapat dihindarkan adanya klausula yang bertentangan dengan Pasal 1154 KUHPerdata. 163 Dalam praktik perjanjian gadai saham, adanya surat kuasa yang tidak dapat dicabut kembali yang diberikan oleh debiturpemberi gadai kepada krediturpenerima gadai irrevocable power of attorney atau kuasa mutlak 164 , untuk menjual benda 163 Namun untuk jenis jaminan-jaminan tertentu adanya larangan seperti itu menjadikan posisi kreditur menjadi sulit, misalnya cessie sebagai jaminan. Walaupun secara harfiah cessie tagihan sebagai jaminan menyalahi ketentuan Pasal 1154 KUHPerdata, sebenarnya larangan seperti itu tidak dimaksudkan untuk tagihan-tagihan atas nama, karena pada tagihan atas nama ada disebutkan nilai nominal dari tagihan yang bersangkutan, sehingga kesempata bagi kreditur untuk mengambil keuntungan secara curang dari penagihan seperti itu tertutup. 164 A. Pitlo, Het Zakenrecht naar het Nederlands Burgelijk Wetboek, H.D. Tjeenk Willink Zoon N.V., Harlem Tahun 1949, hal. 450. Menurut Pitlo pembuat undang-undang pada waktu itu membuat Pasal 1154 KUHPerdata hanya terpikir akan benda-benda berwujud, yang nilainya tidak pasti, dan baru diketahui nilai riilnya dalam suatu penjualan di muka umum. Kewajiban penjualan di depan umum dimaksudkan untuk menghindarkan kemungkinan kerugian yang terlalu besar bagi pemberi gadai. Namun bila benda jaminan berupa tagihan atas nama, yang mempunyai nilai nominal, Universitas Sumatera Utara yang digadaikan dengan cara apapun dan dengan harga berapapun, tidak dengan sendirinya merupakan tindakan kepemilikan oleh kreditur penerima gadai sebagaimana yang dilarang pada Pasal 1154 KUHPerdata. 165 Seharusnya surat kuasa tersebut tidak dibuat sebelum debiturpemberi gadai melakukan wanprestasi. Sebaiknya surat kuasa mutlak itu dibuat setelah debiturpemberi gadai melakukan wanprestasi. 166 Menurut penulis, memang jika surat kuasa mutlak itu dilakukan setelah debitur wanprestasi akan menambah biaya dan menyita waktu pelaksanaan pelunasan utang dalam perjanjian gadai, namun akan lebih memberi kepastian hukum, karena kedudukan kedua pihak kreditur dan debitur pada waktu perjanjian itu dibuat dalam keadaan yang lebih seimbang dari pada ketika membuatnya pada waktu pembuatan perjanjian kredit sehingga keadilan akan tercapai, karena ketentuan 1155 KUHPerdata tidak dapat dijalankan sebagaimana adanya. Sehingga dalam hal debitur atau pemberi gadai wanprestasi, hal ini dapat menjadi dasar untuk mengajukan permohonan izin dari pengadilan untuk menjalankan cara yang ditentukan oleh pemberi gadaidebitur dan pemegang gadaikreditur. Dapat juga ditempuh dengan cara memohonkan agar hakim menentukan cara penjualan barang gadai. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar barang gadai menghasilkan uang sebanyak mungkin, pemegang gadai tidak mungki dapat menentukan harga sewenang-wenang. Hasil tagihan pemegang gadai dapat diketahui dan diperhitungka dengan utang pemberi gadai. Kalau ada kelebihan, maka kreditur wajib mengembalikannya. Sehingga dalam praktik kesulitan ini diatasi dengan jalan pemegang gadai memperjanjikan dalam hal debitur wanprestasi pemegang gadai diberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali untuk menagih piutang yang digadaikan debitur. 165 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi, Op. Cit., hal 8. 166 Ibid., Universitas Sumatera Utara sebab pemegang gadai mempunyai kepentingan agar harga jual, paling tidak menutup piutangnya. Atau memohon agar hakim mengizinkan pemegang gadai membeli sendiri barang gadai dengan harga yang ditentukan oleh hakim. 167 Adanya wewenang yang demikian bermanfaat dalam hal barang gadai turun sekali nilainya. Sehingga penjualan di muka umum malah akan merugikan kedua belah pihak misalnya tagihan atas nama. Kekhawatiran terhadap kecurangan pemegang gadai dalam hal ini tidak perlu ada, karena hakimlah yang memberikan keputusan, baik mengenai harga dan dikabulkan atau tidaknya permohonan tersebut. Henk Sneijders 168 juga berpendapat bahwa untuk melakukan penjualan benda yang digadaikan secara tertutup private sale, surat kuasa mutlak untuk menjual saja tidaklah cukup. Menurut Suharnoko dan Kartini Muljadi 169 , surat kuasa yang tidak dapat ditarik tersebut tidak mengakibatkan krediturpemegang gadai secara langsung menjadi pemilik benda yang digadaikan sehingga surat kuasa itu tidak melanggar Pasal 1154 KUHPerdata, tetapi perlu diperhatikan bahwa ketika menggunakan surat kuasa itu krediturpemegang gadai tidak boleh melanggar proses eksekusi sebagaimana diatur, antara lain dalam Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata. 167 Kreditur tidak dilarang untuk membeli benda yang digadaikan, asal melalui prosedur eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata. Pembelian yang demikian tidak bertentangan dengan Pasal 1154 KUHPerdata, karena dalam hal ini kreditur tidak secara langsung menjadi pemilik benda yang digadaikan apabila debitur wanprestasi. 168 Henk Joseph Sneijders, Makalah “Pledge in General and Pledge of Shares in Particular including the Enforscement under Netherlands Law ” pada Seminar Eksekusi Saham, Jakarta, 31 Maret 2010, hal 5-7 169 Suharnoko, Kartini Muljadi, Penjelasan Hukum tentang Eksekusi, Op.Cit., hal 8. Universitas Sumatera Utara Sehingga untuk melakukan private sale suatu barang gadai, krediturpemegang gadai harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada hakim untuk memperoleh izin menjual barang gadai itu tanpa melalui lelang, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1156 KUHPerdata; jadi tidak cukup hanya dengan menggunakan surat kuasa yang tidak dapat ditarik kembali sebagaimana disebut di atas.

E. Eksekusi Gadai