Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi

debitur pemberi dan kreditur pemegang gadai pand saham dalam kredit perbankan di Indonesia ? 3. Bagaimana pengaturannya agar gadai saham dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak khususnya debitur pemberi dan kreditur pemegang gadai saham dalam kredit perbankan ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian disertasi ini mempunyai tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran mengenai perlindungan hukum terhadap debitur pemberi dan kreditur pemegang gadai saham dalam perjanjian kredit bank, yaitu dengan cara: 1. Mengetahui, menganalisis dan menyimpulkan pengaturan gadai saham dalam sistem hukum nasional Indonesia. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaturan kebebasan berkontrak dalam perjanjian gadai saham apakah dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak khususnya debitur pemberi dan kreditur pemegang gadai saham dalam kredit perbankan. 3. Menemukan pemikiran-pemikiran baru dan mengembangkan doktrin hukum agar gadai saham sebagai jaminan kebendaan dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak dalam kredit perbankan. Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian

Penyajian yang dilengkapi dengan perbandingan hukum dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk menyelesaikan hal-hal yang menjadi masalah penelitian ini, baik secara teoritis maupun secara praktis guna dapat menciptakan perlindungan hukum dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak yang melakukan perjanjian gadai saham yaitu pihak debitur dan kreditur. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi aparatur penegak hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus tentang gadai saham. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan doktrin hukum bagi perkembangan ilmu hukum di Indonesia, Khususnya perlindungan hukum bagi pemberi dan pemegang gadai saham.

E. Kerangka Teori dan Konsepsi

Teori adalah serangkaian praposisi atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan atas suatu gejala. Sedikitnya terdapat tiga unsur dalam suatu teori. Pertama , penjelasan tentang hubungan antara berbagai unsur dalam suatu teori. Kedua , teori menganut sistem deduktif, yaitu suatu yang bertolak dari suatu yang umum dan abstrak menuju suatu yang khusus dan nyata. Aspek kunci yang ketiga adalah bahwa teori memberikan penjelasan atas gejala yang dikemukakannya. Fungsi Universitas Sumatera Utara dari teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan pengarahan kepada penelitian yang dilakukan. 59 1. Kerangka Teori a. Teori keadilan dalam perjanjian gadai saham Kerangka teori utama yang digunakan dalam menganalisis perlindungan hukum terhadap debitur pemberi dan kreditur pemegang gadai saham dalam perjanjian kredit bank yang menyangkut kepastian dan keadilan menggunakan pokok pikiran tentang keadilan berdasar Pancasila dan keadilan berdasarkan pokok pikiran keadilan yang ditawarkan oleh Aristoteles. Dalam penulisan disertasi ini, arah dari penelitian dimulai dari pembahasan tentang perlindungan hukum yang tak terpisah dari teori keadilan dan perlindungan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang sudah lama dikenal dalam sejarah hukum, juga analisis terhadap keadilan dengan memasukkan teori-teori tentang kebebasan individu freedom, persamaan equality, dan hak-hak dasar lainnya. 60 Apabila kembali kepada cita-cita pembangunan hukum nasional yang dijadikan panduan adalah Lembaga Pembinaan Hukum Nasional pada tahun 50-an dan kemudian diteruskan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, maka selalu berkiblat kepada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 selanjutnya UUD 59 Duane R. Monette, Thomas J. Sullivan, Comell R. Dejong, Applied Social Research, New York, Chicago, San Fransisco: Holt, Rinehart and Winston Inc., 1986, hal. 27. 60 Edgar Bodenheimer. Treatise on Justice. New York, USA: Philosophical Library, Inc, t.t., hal 100. Universitas Sumatera Utara 1945. Untuk hukum yang tidak transparan 61 seperti dalam bidang hukum keluarga, nilai dan prinsip yang dianut pada Pancasila dan UUD 1945 sepenuhnya harus dianut untuk mencapai tujuan negara yaitu kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. 62 Tidak demikian halnya dengan bidang hukum yang transparan. Pembaharuan bidang hukum harta kekayaan, bidang hukum ekonomi, dalam beberapa hal kepentingan Indonesia sejalan dengan yang dikehendaki dunia bisnis secara global, tetapi selebihnya arah pembaharuan hukum tersebut berbeda. Misal pada sistem ekonomi pasar bebas, perilaku ditandai dengan kehausan akan laba yang dapat berkembang iklim sosial yang yang kehilangan akan nilai-nilai seperti rasa setia kawan, kesediaan menolong, rasa kasihan, rasa sosial dan kemasyarakatan, kondisi kerja yang manusiawi dan lain-lain. 63 Oleh karena itu masih dibutuhkan hukum yang mampu memberikan kepastian dan keadilan terhadap penyelesaian sengketa ekonomi yang lebih efektif sesuai dengan nasionalisme Indonesia. 61 Beberapa Pemikiran tentang Pembangunan Sistem Hukum Nasional Indonesia, Liber Amicorum untuk Sunaryati Hartono, Editor Elly Erawati dkk, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011, hal. 163, I Wayan Parthiana, menyebut netral dengan menggunakan istilah bidang-bidang hukum yang transparan, yakni bidang-bidang hukum yang didalamnya mengandung dimensi internasional dan juga nasional. Pendekatan terhadapnya tidak semata-mata dari sudut hukum internasional atau sebaliknya dari sudut hukum nasional saja, tetapi harus dilakukan serentak dengan menggunakan pendekatan transnasional, misalnya hukum ekonomi, hukum lingkungan, hukum hak asasi manusia. Inilah yang disebut dengan bidang-bidang hukum yang transparan. 62 Satjipto Rahardjo, Pembangunan Hukum di Indonesia dalam Konteks Situasi Global, dalam Problema Globalisasi, Perspektif Sosiologi Hukum, Ekonomi, Agama . Surakarta: Muhammadyah University-Press, Universitas Muhammadyah Surakarta, 2000, hal. 16. 63 Heinz Lampert, Ekonomi Pasar Sosial, tp, 1994, hal 30, sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo dalam Pembangunan Hukum di Indonesia dalam Konteks Situasi Global, dalam Problema Globalisasi, Perspektif Sosiologi Hukum, Ekonomi, Agama . Surakarta: Muhammadyah University-Press, Universitas Muhammadyah Surakarta, 2000, hal. 16. Universitas Sumatera Utara Nilai-nilai kemanusiaan tersebut di Indonesia, bila ditinjau dari segi hukum positif, maka Pancasila-lah yang berfungsi sebagai kaidah dasar atau Grund Norm, yaitu kaidah yang menjadi dasar berlakunya dan legalitas hukum positif Indonesia. Mengacu kepada teori abstrak Langeveld, 64 maka yang dimaksud dengan jiwa bangsa Indonesia adalah kehidupan bathin bangsa Indonesia, yaitu segala apa yang dipikirkan, dirasakan, diingat, direka, dikhayalkan, diimpikan, apa yang dialami sebagai perangsang, cita-cita dan tujuan kemanusiaannya dan ini semua merupakan isi dari kehidupan batin bangsa Indonesia yang diberi nama Pancasila. Dalam kehidupan bernegara, Pancasila berfungsi sebagai kaidah dasar negara Staatsfundamental norm 65 . Selain berfungsi sebagai dasar negara, Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman dan ukuran bagi prilaku manusia Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 66 Sesuai dengan fungsi utama hukum sebagai normakaidah antara lain menjamin kepastian hukum 67 dan menjamin keadilan sosial, serta berfungsi sebagai 64 Van Appeldorn, Pengantar Ilmu Hukum, Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Reccht , diterjemahkan oleh Oetarid Sadino Jakarta: Pradnya Paramita, 2009, hal. 410. 65 Istilah yang digunakan Notonagoro dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis Pertama Universitas Airlangga Tanggal 10 Nopember tahun 1957 di Surabaya. 66 Fungsi Pancasila sebagai pedoman artinya Pancasila sebagai petunjuk arah perilaku, yaitu arah perilaku yang baik dan benar sesuai dengan kelima asas Pancasila yang menurunkan kaidah- kaidah Pancasila yang jumlahnya 36 tiga puluh enam. Fungsi Pancasila sebagai ukuran, artinya salah benarnya atau baik buruknya perilaku manusia Indonesia diukur dengan kaidah-kaidah Pancasila yang jumlahnya 36 tiga puluh enam itu. Baik perilaku itu apabila sesuai dengan kaidah Pancasila, sebaliknya buruk atau salah perilaku itu apabila bertentangan denga kaidah Pancasila. 67 Van Appeldorn, Op.Cit., hal. 14 mengemukakan: Kepastian hukum mempunyai dua arti, yaitu: pertama, soal dapat ditentukannya hukum dalam hal-hal yang konkret, pihak-pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui, apakah yang menjadi hukumnya dalam hal-hal yang khusus, sebelum ia memulai dengan perkara. Kedua, kepastian hukum berarti keamanan hukum, artinya Universitas Sumatera Utara pengayom. 68 Bachsan menyitir pendapat Kuntjoro Purbopranoto dalam karya tulisnya Hak-hak Dasar Manusia dan Pancasila Negara Republik Indonesia tentang hukum yang dapat menjamin keadilan sosial menyatakan bahwa: “Keadilan sosial itu adalah keadilan yang berlaku dalam hubungan antar manusia dalam masyarakat.” 69 Sila kelima Pancasila yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial, antara lain: 70 perlakuan yang adil 71 dengan adanya kepastian hukum dalam perjanjian gadai saham antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit bank, keseimbangan hak dan kewajiban yang proporsional perlindungan bagi para pihak terhadap kesewenang-wenangan hakim. Nyata bahwa diantara kedua pandangan itu ada terdapat hubungan yang erat. 68 Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 22. Menjelaskan fungsi pengayoman dari hukum ini berasal dari teori Prof. Sahardjo, Menteri Kehakiman dalam Kabinet Presiden Soekarno. Lambang fungsi pengayom adalah pohon beringin, yang melindungi dan memberikan kesejukan dan kedamaian kepada segala apa yang ada di bawahnya, yaitu masyarakat dengan segala apa yang ada di dalamnya, teori yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu, dalam arti kepentingan individu tetap dipertahankan dan dilindungi, tetapi kepentingan masyarakat, bangsa dan negaralah yang harus diutamakan. Berbeda dengan lambang hukum neraca timbangan yang merupakan lambang hukum menurut filsafat hukum individualisme barat, yang mendahulukan kepentingan individu daripada kepentingan masyarakat dan negara. Jadi ada perbedaan antara fungsi hukum dengan lambang pohon beringin dan dengan lambang neraca timbangan. 69 Ibid ., hal. 21. 70 Darji Darmodiharjo, dkk, Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1988, hal.54. Menurut Darji dkk, nilai keadilan sosial pada sila kelima Pancasila aantara lain: Pertama, perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, terutama di bidang politik, ekonomi dan soaial budaya; Kedua, perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia; Ketiga, keseimbangan hak dan kewajiban; Ke-empat, menghormati hak milik orang lain; Kelima, Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata dan spritual bagi seluruh rakyat Indonesia; Ke-enam, Cinta akan kemajuan dan pembangunan. 71 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriptif , Alih Bahasa Somardi, Judul Asli General Theory of Law and State Rimdi Press, 1995, hal. 47 menyatakan bahwa:” Nilai-nilai keadilan tidak terletak dalam hubungan dengan suatu kepentingan melainkan dalam hubungan dengan suatu norma. Namun demikian, norma ini, seperti yang diyakini oleh orang yang memberi pertimbangan, tidaklah objektif, melainkan bergantung pada suatu kepentingan subjektifnya. Oleh sebab itu, tidak ada satu standart keadilan saja tetapi banyak standar keadilan semacam ini yang berbeda- beda dan saling tidak konsisten satu sama lain”. Universitas Sumatera Utara antara debitur dan kreditur dalam perjanjian gadai saham dalam perjanjian kredit bank; serta menghormati hak milik debitur atas saham yang digadaikan dan yang akan dijual apabila ternyata debitur tidak dapat melunasi utangnya sampai tenggang waktu yang ditentukan; karena gadai saham merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan perekonomian, dengan demikian akan tercipta kemakmuran yang berkeadilan sosial yang merupakan cita-cita negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai dan prinsip keadilan ini dijelmakan dalam batang tubuh UUD 1945. 72 Adapun refleksinya di dalam gadai saham tentang pemberlakuan prinsip keadilan adalah adanya kepastian hukum bagi kreditur untuk memperoleh pelunasan piutangnya, namun tak berarti harus merugikan kepentingan debitur dalam hal debitur gagal membayar utang pada waktu yang telah ditentukan. Apabila debitur gagal membayar utang pada waktu yang ditentukan, kemudian bank kreditur berhak menjual benda yang dijaminkan dalam hal ini saham dan mengambil pelunasan utang dari hasil penjualan tersebut. Apabila ada sisa hasil penjualan, harus dikembalikan kepada debitur dan apabila hasil penjualan saham kurang untuk melunasi utang maka debitur harus menambah pembayaran agar utang dapat dilunasi seluruhnya. Adalah adil apabila kreditur bank sebagai yang berpiutang untuk menerima 72 Dalam hal ini khususnya dapat dilihat pada Pasal 28 D Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945: 1 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum perubahan kedua, penjelasan dari penulis. Universitas Sumatera Utara pelunasan utang dari debitur, selain untuk menjaga kesinambungan fungsi bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana ke masyarakat, 73 namun sekali lagi tak boleh pula kreditur dalam melakukan penjualan benda jaminan saham merugikan debitur sebagai pemilik saham. Pada dasarnya gadai baik barang bergerak secara umum ataupun saham secara khusus tetap harus menggunakan aturan-aturan yang tertuang dalam KUHPerdata, namun seiring perkembangan zaman gadai saham tidak selalu dapat ditangani oleh KUHPerdata yang telah dibuat lebih 200 tahun yang lalu, sehingga tidak adanya kepastian hukum menimbulkan ketidak adilan bagi kedua pihak khususnya debitur pemberi gadai saham dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu, diperlukan penyempurnaan atas ketentuan gadai saham tersebut. Secara gamblang bahwa prinsip keadilan yang terdapat dalam ketentuan gadai saham sudah seharusnya dapat memberikan penyelesaian bagaimana seharusnya mekanisme penyelesaian utang piutang antara kreditur dan debitur dengan saham sebagai jaminannya secara efisien, karena istilah keadilan dalam hal ini, menyitir pendapat Sunaryati Hartono, seharusnya tidak diinterpretasikan sesuai selera masing-masing. 74 Dalam buku Nicomachean Ethics yang khusus membahas keadilan, Aristoteles telah mengajarkan bahwa hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya 73 Pasal 1 angka 2, dan Pasal 3 UUP 1998. 74 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991, hal.74. Universitas Sumatera Utara dengan keadilan dan keadilan harus dipahami dalam pengertian kesamaan yang proporsional. 75 Ada dua macam keadilan. Keadilan distributief dan keadilan commutatief. Keadilan distributief ialah keadilan yang memberikan kepada tiap orang yang menjadi jatahnya. Keadilan ini menguasai hukum yang mengatur hubungan antara masyarakat, khususnya negara dengan perseorangan khusus, yang berlaku dalam hukum publik. 76 Keadilan commutatief ialah keadilan yang memberikan jatah tiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan. Keadilan ini menguasai hukum yang mengatur antara perseorangan khusus, yang berlaku dalam bidang hukum perdata dan pidana, tepatnya wilayah peradilan, 77 seperti dalam perjanjian gadai saham. Sebanyak mungkin harus terdapat kesamaan antara hak dan kewajiban antara debitur pemberi gadai saham dan kreditur pemegang gadai saham. Kesamaan yang dimaksud bukan kesamaan yang numerik, tapi kesamaan yang menurut Aristoteles sebagai kesamaan yang proporsional. 78 Keadilan ini juga disebut sebagai keadilan korektif yang berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. 79 Keadilan yang harus dikembalikan oleh hukum adalah pemberi gadai saham akan memperoleh apa yang menjadi haknya dalam hal ini tidak dirugikan ketika 75 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum, Perspektif Historis, Diterjemahkan dari The Philosophy Of Law in Historical Perspective , The University of Chicago Press, 1969, hal. 24-25. 76 Ibid. 77 Ibid. 78 Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hal. 3. Kesamaan proporsional memberikan tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuan, dan prestasinya. 79 Carl Joachim Friedrich, Op.Cit, hal. 26. Bandingkan H. Olimphant, A Return to Stare Decisis, dalam American Law School Review, VI, 215. Universitas Sumatera Utara kreditur melakukan penjualan benda jaminan saham ketika debitur gagal bayar utang pada waktu yang telah ditentukan, dengan harga sesuai harga pasar, dan menghormati hak-hak debitur sesuai dengan yang diatur dalam UUPT Tahun 2007, sehingga dengan demikian terhindar dari adanya kemungkinan itikad tidak baik dari kreditur. Bahwa keadilan merupakan fokus utama setiap sistem hukum, dan keadilan tidak dapat begitu saja dikorbankan, seperti dikatakan oleh John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice, yaitu sebagai berikut: “Each person possessed an inviolability founded on justice that even the welfare of society as awhole can not override. It does not allow that the secrifices on a few are outweigheid by the larger sum of advantages enjoyed by many. Therefore in a just society the liberties of equal citizenship are taken as settled; the rights secured by justice are not subject to political bargaining or the calculus of social interests. … an justice is tolerable only when it is necessary to avoid an even greater injustice. Being first virtues of human activities, truth and justice are uncompromising.” 80 Dari pendapat John Rawls tersebut di atas terlihat bahwa nilai keadilan tidak boleh ditawar-tawar dan hal tersebut harus diwujudkan ke dalam masyarakat tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Suatu ketidak-adilan hanya dapat dibenarkan jika hal tersebut diperlukan untuk menghindari ketidak-adilan yang lebih besar. Karena merupakan kebajikan yang terpenting dalam kehidupan manusia, maka terhadap kebenaran dan keadilan tidak ada kompromi. Dalam hal ini keadilan dapat terlihat ketika kreditur yang diberikan hak untuk menjual benda yang dijaminkan bila debitur gagal bayar dalam waktu yang 80 John Rawls. A Theory of Justice, Cambridge, Massachusetts, USA, The Belknap Press of Harvard University Press , 1971, hal. 60. Universitas Sumatera Utara ditentukan tak berarti harus mengorbankan kepentingan debitur karena benda yang dijual tersebut adalah milik debitur. Akhirnya keadilan bagi masyarakat sebagai adagium to bring justice to the people sangat tepat merefleksikan kepentingan masyarakat dalam penerapan demokrasi ekonomi. 81 b. Teori kehendak dalam hukum perjanjian gadai saham. Sebagai teori pendukung digunakan teori kehendak karena gadai saham merupakan kehendak antara si berpiutang dengan yang berutang dengan saham sebagai jaminannya dan menimbulkan kewajiban diantara pihak yang melakukan kontrak tersebut. Upaya manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan, salah satu wujudnya berupa kontrak, dan salah satu teori dari hukum kontrak klasik adalah teori kehendak. Menurut teori kehendak suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan kehendak diantara para pihak, yang harus dihormati dan dipaksakan oleh pengadilan. Dalam teori kehendak terdapat asumsi bahwa kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak. Teori kehendak telah dihubungkan dengan pandangan ekonomi, politik dan filosofis dan idiologinya bersumber pada pandangan liberal “laissez faire.” 81 Sejalan dengan apa yang dikatakan Sunarjati Hartono, dalam bukunya Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. Bandung: Alumni, 1991, hal. 73, sebagai keadilan sosial, maka hukum dituntut mampu memberikan kesempatan dan kebebasan kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengembangkan segenap potensinya secara maksimal. Universitas Sumatera Utara Gr. Van der Burght mengemukakan bahwa selain teori kehendak sebagai teori klasik yang tetap dipertahankan, terdapat beberapa teori yang dipergunakan untuk timbulnya suatu kesepakatan, yaitu: 1. Ajaran kehendak wilsleer, ajaran ini mengutarakan bahwa faktor yang menentukan terbentuk-tidaknya suatu persetujuan 82 adalah suara batin yang ada kehendak subyektif para calon kontraktan; 2. Pandangan Normatif Van Dunne, dalam ajaran ini kehendak sedikitpun tidak memainkan peranan; apakah suatu persetujuan telah terbentuk pada hakikatnya tergantung pada suatu penafsiran normatif para pihak pada persetujuan ini tentang keadaan dan peristiwa yang dihadapi bersama; 3. Ajaran kepercayaan Vetrouwensleer, ajaran ini mengandalkan kepercayaan yang dibangkitkan oleh pihak lawan, bahwa ia sepakat dan oleh karena itu telah memenuhi persyaratan tanda persetujuannya bagi terbentuknya suatu persetujuan. 83 Para pihak dalam suatu kontrak memiliki hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perjanjian. Pertimbangannya ialah bahwa 82 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Cetakan I, Bandung: Alumni, 1983, hal.98-99. Membahas tentang kapan saat terjadinya suatu perjanjian, terhadap pernyataan tersebut Mariam Darus mengajukan 4 empat ajaran hukum yaitu: 1. Teori kehendak wilstheorie, mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalnya dengan menuliskan surat. 2. Teori pengiriman verzendtheorie, mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. 3. Teori pengetahuan vernemingstheorie, yang mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. 4. Teori kepercayaan vertrouwenstheorie, mengejarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan. 83 Gr. Van der Burght. Buku tentang Perikatan. Bandung: Mandar Maju 1999, hal. 28. Universitas Sumatera Utara individu harus memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya bagi dirinya. Pengadilan harus memberikan kemudahan terhadap individu atas setiap penawaran untuk membuat kontrak. Gagasan tersebut dikemukakan oleh Sir George Jessel MR: “Jika diperlukan satu atau lebih dari kebijakan publik untuk pemahaman bagi pihak-pihak, untuk mengikatkan dalam suatu kontrak secara bebas dan sukarela akan dikuatkan oleh pengadilan.” 84 Mengingat bahwa gadai saham adalah juga suatu perbuatan kontraktual maka peran pemerintah harus seminimal mungkin sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Morris Cohen: “Hubungan kontraktual dalam hukum adalah suatu pandangan di dalam suatu sistem yang diinginkan oleh hukum sehingga kewajiban-kewajiban akan bangkit berdasarkan kehendak dari individu secara bebas tanpa adanya pengekangan. Hal yang terbaik bahwa peran pemerintah adalah seminimal mungkin.” 85 Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap debitur pemberi gadai saham dalam pelaksanaan perjanjian tersebut harus dengan itikad baik. Menurut Ridwan Khairandy, walaupun itikad baik sangat penting dalam hukum kontrak, namun hingga saat ini permasalahan defenisi itikad baik tetap abstrak, tidak universal, dimensi yang pertama adalah dimensi subyektif yang berarti itikad baik mengarah pada makna kejujuran. Dimensi kedua adalah dimensi obyektif yang memaknai mengenai itikad baik dengan kerasionalan, kepatutan atau keadilan. Itikad baik dalam konteks Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata harus didasarkan pada kerasionalan dan kepatutan. Itikad baik pra kontrak tetap mengacu pada itikad baik yang bersifat subyektif, yang digantungkan pada kejujuran para pihak. 84 Petter Heffey. Principles of Contract Law. Sydney: Thomson Legal and Regulatory Limited , 2002, hal.5. 85 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dalam proses neosiasi dan penyusunan kontrak, pihak kreditur memiliki kewajiban untuk menjelaskan fakta materil yang berkaitan dengan pokok yang dinegosiasikan, sedangkan debitur berkewajiban meneliti fakta materil tersebut. 86 Dalam konteks ini, ketentuan dalam buku II KUHPerdata yang bersifat memaksa tidak dapat disimpangi oleh para pihak dalam membuat Perjanjian Gadai, demikian pula ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan lain yang mengatur atau terkait dengan pengaturan gadai saham. c. Hukum Alam Teori Hukum Alam digunakan juga karena teori tersebut menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk masuk ke dalam suatu perjanjian. Kebebasan ini juga terletak tidak hanya pada sikapnya untuk memasuki suatu perjanjian tetapi juga mengenai objek yang diatur oleh perjanjian yang mereka buat. Kebebasan yang dilakukan para pihak dalam perjanjian gadai saham memang telah diberikan pemerintah melalui perundang-undangan. Para pihak bebas menentukan apa yang ingin diperjanjikannya, negara dalam hal ini pemerintah, tidak boleh intervensi ke dalam perjanjian yang mereka buat, kecuali apabila akibat kebebasan yang diberikan justru menimbulkan kekacauan dan rasa ketidak adilan pada pihak lain. Para pihak dalam suatu kontrak memiliki hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya sehingga melahirkan suatu perjanjian dalam hal ini perjanjian gadai 86 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak,Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas HukumUniversitas Indonesia, 2004, hal. 347. Selanjutnya, doktrin itikad baik berasal dari sistem hukum kontrak Civil Law yang berakar pada hukum Romawi. Sistem Common Law , secara tradisional tidak mengenal doktrin itikad baik dalam kontrak. Negara dengan sistem Common Law yang telah menerima doktrin itikad baik ke dalam sistem hukum kontraknya adalah Amerika Serikat, yang direfleksikan dalam UCC, The American Law Institute’s Restatement Second Contract . Keduanya menerima doktrin itikad baik dalam pelaksanaan kontrak. Ruang lingkup itikad baik diatur dalam bunyi Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata yang menyatakan Universitas Sumatera Utara saham. Pertimbangannya ialah bahwa individu harus memiliki kebebasan dalam setiap penawaran dan mempertimbangkan kemanfaatannya perjanjian gadai saham itu bagi mereka yang melakukannya. Pengadilan harus memberikan kemudahan terhadap individu atas setiap penawaran untuk membuat kontrak. Asas kebebasan berkontrak timbul dari anjuran-anjuran penganut hukum alam pada abad ke-17 dan ke-18 mengenai hubungan hukum antar individu. Para penganjur hukum alam menyatakan bahwa manusia dituntun oleh suatu asas bahwa ia adalah bagian dari alam dan sebagai makhluk yang rasional dan cerdas ia bertindak sesuai dengan keinginan-keinginannya desires dan gerak-gerak hatinya impulses. Manusia adalah agen yang merdeka free agent dan oleh karena itu adalah wajar untuk tidak terikat yang sama wajarnya dengan terikat that is just as natural to be unbound as it is to be bound . Selanjutnya Hugo Grotius mengemukakan bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah salah satu dari hak-hak asasi manusia. Ia juga mengatakan bahwa ada supreme body of law yang dilandasi oleh nalar manusia human reason yang disebutnya sebagai hukum kodrat natural law. Hukum kodrat adalah sebagai pengutaraan usaha manusia untuk menemukan semacam hukum yang kedudukannya lebih tinggi dari hukum yang berlaku yang diilhami oleh satu ketertiban umum yang menguasai umat manusia a universal order governing all men dan hak-hak asasi yang tidak dapat dipisahkan dari orang perorangan the inaliable right of individual . 87 Hugo Grotius mengatakan bahwa: 87 Sutikno, Filsafat Hukum Bagian 2 Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005, hal. 7-9 Universitas Sumatera Utara “Kontrak adalah suatu tindakan suka rela dari seseorang yang ia berjanji sesuatu kepada orang lain dengan maksud bahwa orang lain itu akan menerimanya.” Dari paparan diatas para penganjur hukum alam termasuk Hugo Grotius menyatakan bahwa asas kebebasan berkontrak itu mutlak dimiliki oleh setiap orang dalam membuat perikatan oleh karenanya tidak boleh ada intervensi dari raja atau negara. 88 2. Konsep Dalam rangka melakukan penelitian ini, perlu disusun serangkaian defenisi operasional operational defenition dari beberapa konsep yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu definisi dari, perlindungan hukum, kepastian hukum, nasabah debitur, Kreditur, gadai, saham, perjanjian kredit, parate eksekusi dan preemptive right. Ke-satu , kepastian hukum 89 adalah tersedianya aturan-aturan hukum yang jelas jelas menetapkan perbuatan apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan dan konsisten tidak bertentangan satu dengan yang lain serta dipatuhi sehingga memungkinkankan untuk terciptanya perlindungan bagi anggota masyarakat dari kesewenang-wenangan individu maupun pemerintah. Dalam hal ini tersedianya aturan perundang-undangan yang menagtur secara secara jelas dan konsisten 88 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak , Op.Cit, hal 19. 89 httpwww.legalitas.org?q=contentkepastian-hukum diakses 12 Oktober 2010. Erman Rajgukguk mengutip William Friedman, seorang sosiolog hukum, mengatakan bahwa: “kepastian hukum itu tergantung kepada, antara lain, substansi hukum berupa peraturan perundang- undangan dan putusan pengadilan, serta legal culture masyarakat.” Universitas Sumatera Utara ketentuan tentang gadai saham sehingga memungkinkan terwujudnya perlindungan baik terhadap debitur maupun kreditur pemegang gadai. 90 Ke-dua , perlindungan 91 hukum 92 adalah segala kegiatan atau perbuatan yang dapat memberikan perlindungan terhadap pemenuhan hak dan memberikan kepastian 90 Bandingkan dengan Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Alih Bahasa Tristam P. Moeliono, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 207-208, mengutip H. Drion, Het rechtszekerheidsargument,in: Hanteerbaarheid van het recht, Bundel opstellen opgedragen aan mr, l.d. Pels rijcken, Boekenreeks NJB 7, Zwolle, 1981, hal.3. Perundang-undangan memberikan jawaban atas kebutuhan konkret masyarakat dan sekaligus ditujukan untuk mengupayakan kepastian dan ketertiban. Namun harus diperhatikan bahwa kepastian dari perundang-undangan ini dapat dilemahkan, baik oleh kekaburan hukum maupun oleh perubahan hukum itu sendiri. Konsep kepastian hukum mencakup sejumlah aspek yang saling mengkait. Salah satu aspek dari kepastian hukum ialah perlindungan hukum yang diberikan pada individu terhadap kesewenang- wenangan individu lainnya, hakim, dan administrasi pemerintah. Dalam hal ini konsep kepastian hukum itu adalah terhadap perlindungan hukum yang diberikan kepada debitur pemberi gadai saham dalam perjanjian kredit bank. Adalah kepercayaan akan kepastian hukum yang seharusnya dapat dikaitkan individu berkenaan dengan apa yang dapat diharapkan individu akan dilakukan penguasa, termasuk juga kepercayaan akan konsistensi putusan-putusan hakim atau administrasi pemerintah. Sedangkan aspek lainnya dari konsep kepastian hukum adalah fakta bahwa seorang individu harus dapat menilai akibat-akibat dari perbuatannya, baik akibat dari tindakan maupun kelalaian. Aspek ini dari kepastian hukum memberikan jaminan bagi dapat diduganya serta terpenuhinya perjanjian dan dapat dituntutnya pertanggung jawaban atas pemenuhan perjanjian. Misalnya perjanjian jaminan yang diperjanjikan oleh para pihak dalam bentuk hak menuntut yang dimiliki kreditur atas barang-barang bergerak dari debitur dalam bentuk gadai. Perjanjian jaminan tetap dimintakan sekalipun segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan sesuai Pasal 1131 KUHPerdata. Dengan cara ini perundang-undangan menjawab tantangan bentuk ketidak-pastian atas pemenuhan perjanjian. Namun selanjutnya bagaimana pemenuhan atas pelunasan piutang kreditur apabila debitur gagal bayar hingga tenggang waktu yang telah ditentukan justru menimbulkan masalah, karena belum adanya kepastian hukum sehingga menimbulkan berbagai persoalan di dalam praktik tentang benda jaminan yang berupa saham yang dijaminkan debitur tersebut sebagai jaminan hutang bagi kreditur. Hal ini dapat terjadi, baik karena kekaburan hukum atau perubahan hukum yang berlaku di masyarakat, masih merupakan suatu tanda tanya. 91 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal.674. Perlindungan hukum berasal dari dua suku kata yaitu perlindungan dan hukum. Perlindungan adalah hal atau perbuatan melindungi. 92 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: Bale Bandung, 1986, hal. 20. Hukum adalah aturan untuk menjaga kepentingan semua pihak. Perlindungan hukum adalah suatu upaya perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum, tentang apa-apa yang dapat dilakukannya untuk mempertahankan atau melindungi kepentingan dan hak subyek hukum tersebut. Universitas Sumatera Utara hukum 93 terhadap semua subyek hukum dalam gadai saham sesuai dengan ketentuan hukum, 94 dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku agar tercipta rasa aman dan keadilan dalam masyarakat. Ketiga, Nasabah debitur, 95 adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan, 96 atau nasabah bank yang menikmati jasa kredit dari bank. Debitur pemberi gadai adalah pihak yang berutang yaitu pihak yang menyerahkan benda gadai. 93 Ketidak pastian hukum umumnya bersumber dari hukum tertulis yang tidak jelas dan kontradiktif satu sama lain, selain itu juga karena ketidak pastian dalam penerapan hukum oleh institusi pemerintah ataupun pengadilan. 94 Carl Joachim Friedrich, Op.Cit., hal. 26. Bandingkan H. Olimphant, A Return to Stare Decisis, dalam American Law School Review, VI, 215. Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, Hal.357-358. Pada hakikatnya hukum memberikan perlindungan yaitu: memberi kedamaian yang intinya adalah keadilan. Keadilan yang diberikan oleh hukum tergantung hubungan mana yang diatur oleh hukum tersebut Jika yang diatur adalah hubungan antara negara dengan perseorangan maka keadilan yang diberikan adalah memberikan apa yang menjadi jatahnya, tetapi jika yang diatur hubungan antara perseorangan maka keadilan yang diberikan adalah memberikan pada semua orang sama banyak, dalam pengertian kesamaan yang proporsional. 95 Lihat Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988, hal. 608. Dalam pengertian yang demikian itu, yaitu yang identik dengan arti pelanggan, maka asalkan seseorang mempunyai hubungan dengan suatu bank yang menyangkut jasa apapun dari bank tersebut, orang tersebut telah dapat disebut pelanggan atau nasabah bank tersebut. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Oleh karena itu untuk menunjukkan bahwa seseorang atau suatu perusahaan adalah nasabah yang menikmati jasa tertentu dari bank tersebut ditambahkan jasa yang dinikmatinya di belakang kata nasabah. Dengan demikian yang dimaksud dengan nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang berlaku. 96 UUP Tahun 1998. Universitas Sumatera Utara Ke-empat , kata gadai dalam undang-undang digunakan dalam dua arti, satu sisi menunjukkan kepada bendanya benda gadai, sisi lain, tertuju kepada haknya hak gadai 97 . Gadai atau Pand merupakan lembaga jaminan kebendaan bagi benda bergerak yang diatur dalam KUH Perdata. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh orang lain atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari benda tersebut secara didahulukan daripada kreditur lainnya, dengan kekecualian untuk mendahulukan biaya lelang, biaya penyelamatan benda setelah digadaikan. 98 Gadai saham, dilakukan dengan cara perusahaan menyerahkan sertifikat saham seiring dengan perkembangannya, saham tidak lagi berbentuk surat tetapi sudah durubah menjadi data elektronik yang menjadi objek gadai kepada pihak kreditur atau disebut juga perjanjian utang piutang dengan jaminan gadai saham. Kelima , saham yang dimaksudkan adalah saham atas nama perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan UUPT Tahun 2007 dan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu perseroan terbatas 99 . Ke-enam, perjanjian kredit. Sebelum sampai kepada perumusan operational defenition dari perjanjian kredit maka yang dimaksud dalam tulisan ini adalah perjanjian kredit bank . Subekti, menyebutkan bahwa “suatu perjanjian juga 97 J. Satrio, Hukum Jaminan, Op.Cit., hal 99. 98 Pasal 1155 KUH Perdata. 99 Pasal 51 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara dinamakan persetujuan karena dua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. 100 Demikian pula dalam bukunya yang berjudul Hukum Perdata tentang Persetujuan- Persetujuan Tertentu dipakai istilah persetujuan untuk overeenkomst. 101 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, memakai istilah perjanjian untuk overeenkomst. 102 Sejalan dengan uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan persetujuan dalam perkataan persetujuan pinjam meminjam dalam pengertian kredit menurut pasal 1 angka 11 UUP Tahun 1998 tidak dapat diartikan lain daripada perjanjian. Kredit defenisi ke-tujuh adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 103 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 104 Pengertian tentang perjanjian kredit belum dirumuskan, 105 baik dalam UUP Tahun 1998 ataupun Rancangan Undang-undang tentang Perkreditan, namun di dalam Penjelasan Pasal 8 ayat 2 huruf a UUP Tahun 1998 menjelaskan bahwa 100 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1985, hal. 1. 101 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum, Op.cit., hal 8 dan 10. 102 Wirdjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur, 1981, hal. 1. 103 Pasal 1 angka 11 UUP Tahun 1998. 104 Pasal 1, angka 2 UUP Tahun 1998. 105 Oleh karenanya perlu untuk memahami pengertian perjanjian kredit yang diutarakan oleh para pakar hukum. Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 13. Subekti berpendapat bahwa: “Dalam bentuk apapun juga Universitas Sumatera Utara pemberian kredit dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mariam Darus Badrulzaman: 106 “Dari rumusan yang terdapat di dalam Undang-undang Perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di dalam KUHPerdata Pasal 1754. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung makna luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika Verbruiklening termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam- meminjam ini, pihak penerima pinjaman menjadi pemilik benda yang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Oleh karena itu perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah.” Kedelapan, hak parate eksekusi 107 adalah hak untuk menjual untuk mengambil pelunasan piutang dari kekayaan debitur tanpa melalui eksekutoriale titel. 108 pemberian kredit diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur oleh KUHPerdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata. Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Pradnya Paramita, 1975, hal. 67. Marhainis mengemukakan pendapat yang sama :“Perjanjian kredit adalah identik dengan perjanjian pinjam- meminjam dan dikuasai oleh ketentuan bab XIII dari buku III KUHPerdata. 106 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994, hal 110- 111. 107 Sebagai pengecualian eksekusi dapat juga dilaksanakan tanpa mempunyai titel eksekutorial grosse akte Notaris, keputusan hakim melalui parate eksekusi eksekusi langsung. Para pemegang gadai saham dengan adanya janji untuk menjual atas kekuasaan sendiri dapat melaksanakan haknya secara langsung tanpa melalui keputusan hakim atau grosse akta Notaris. Kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri pada gadai saham timbul karena ditetapkan oleh undang-undang. Janji demikian mengandung kekuasaan untuk menjual benda-benda yang dijaminkan itu di muka umum bila diperjanjikan dapat dilakukan penjualan tidak di muka umum dan kewenangan untuk mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Hal-hal lainnya selain parate eksekusi yang tidak membutuhkan titel eksekutorial dalam tuntutan pemenuhan haknya atas harta kekayaan debitur adalah gugat kepailitan, kompensasi. Juga fiscus mempunyai hak parate eksekusi. 108 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan , Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Universitas Sumatera Utara Kesembilan , Kreditur atau si berpiutang dalam hal ini bank adalah pihak yang berhak menuntut untuk dilunasinya piutangnya dari debitur. Kreditur pemegang gadai adalah orang atau badan yang berhak untuk menjual barang dengan kekuasaan sendiri dengan terlebih dahulu memberi peringatan sommatie kepada pemberi gadai supaya utangnya dibayar, atau orang yang menguasai benda gadai sebagai jaminan piutangnya. Kesepuluh , Kebebasan berkontrak adalah kebebasan para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk dapat menyusun dan menyetujui klausul-kalusul dari perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain. Campur tangan tersebut dapat datang dari Negara melalui peraturan perundang-undangan yang menetapkan ketentuan-ketentuan yang diperkenankan atau dilarang. Campur tangan tersebut dapat pula datangnya dari pihak pengadilan, berupa putusan pengadilan yang membatalkan sesuatu klausul dari perjanjian atau seluruh perjanjian itu, atau berupa putusan yang berisi pernyataan bahwa suatu perjanjian batal demi hukum. 109 Kesebelas , Bank. Pengertian bank dapat diambil dari peraturan perundang- undangan mengenai perbankan, maupun keputusan-keputusan pengadilan, namun untuk keperluan operasional defenisi penelitian, yang dimaksud bank adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UUP Tahun 1998, yaitu bank adalah Yokyakarta: Liberty, 1980, hal. 31-33. Menurut Sri: hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri, menguntungkan pemegang gadai saham dalam dua hal: yaitu tidak membutuhkan titel eksekutorial dalam melaksanakan haknyaeksekusi, dan dapat melaksanakan eksekusi sendiri secara langsung mandiri tak perduli adanya kepailitan dari debitur diluar kepailitan karena tergolong separatis. 109 Sutan Remy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak, Op. Cit., hal 11. Universitas Sumatera Utara badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. 110 Keduabelas, Preemtive Right adalah keharusan untuk menawarkan terlebih dahulu penjualan saham yang dimiliki oleh pemegang saham kepada pemegang saham lainnya. 111

F. Metode Penelitian