85
Islam statis, tidak dapat di kembangkan dengan daya nalar pikiran manusia ijtihad, mereka menganggap pintu ijtihad itu sudah tertutup. Pada kenyataanya Rasulullah
SAW tidak pernah memerintahkan untuk menutup pintu ijitihad setelah beliau wafat, ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW sangat terbatas, sedangkan kasus
tidak pernah terbatas dan terus-menerus akan lahir kasus baru, disaat ayat Al-Qur’an tidak turun lagi dan Nabi Muhammad SAW sudah wafat. Sekiranya para ulama tidak
berijitihad untuk mencari terhadap kasus yang baru maka akan terjadi kekosongan hukum karena ayat Al-Qur’an tidak turun lagi dan Nabi Muhammad SAW sudah
wafat.
B. Alasan-alasan Tokoh Ulama Dan Adat Dalam Menolak Penyelesaian Kasus Penggantian Tempat Ahli Waris Ahli Waris Pengganti di Mahkamah
Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe .
1. Hasil Mubahasah Tokoh Ulama
Keputusan Mubahasan Ulama Dayah di Samalangan yang menyatakan “ Warisan cucu dari pancaran pembuahan anak laki-laki status waris pengganti”
pada biasanya cucu laki-laki dari anak laki-laki begitu dekat dengan kakeknya baik dari segi hubungan darah, perwalian dan warisan. Akan tetapi dalam kasus warisan
kadang-kadang cucu laki-laki lain sila kandung bapak cucu tersebut si cucu tersebut tidak dapat menggantikan kedudukan bapaknya yang sudah almarhum sebagai ahli
waris bagi kakeknya karena terdinding oleh pamannya saudara laki-laki ayahnya. Adapun dalil yang digunakan oleh Majelis Muhabasah dalam menetapkan fatwa
diatas adalah Hadist Rasulullah SAW yang artinya :
Universitas Sumatera Utara
86
“Apabila anak perempuan sudah lengkap menerima dua pertiga harta, maka cucu-cucu perempuan dari pembuahan anak laki-laki tidak memperoleh apapun
lagi, kecuali bersama dengan yang laki-laki.” Takmilah al Majmuk XVI pag 88.
137
Berdasarkan dalil-dalil diatas maka dapatlah ditetapkan hukum sebagai berikut :
1 Cucu dari anak laki-laki, tidak berhak atas warisan, bila yang meninggal pewaris ada meninggalkan anak laki-laki.
2 Cucu perempuan dari anak laki-laki, tidak mendapatkan pusaka, bila yang meninggal pewaris meninggalkan beberapa orang anak perempuan.
3 Cucu perempuan dari anak laki-laki yang berada bersama-sama cucu laki-laki, mendapatkan warisan walaupun yang meninggal pewaris meninggalkan
beberapa anak perempuan. Orang yang menyatakan hukum tidak mengenal perasaan dan perasaan tidak
dapat dihukum. Secara perasaan tidak dapat dibantah bahwa kakek sangat menyanyangi cucunya yang laki-laki dari anak laki-laki yang sudah almarhum. Dari
itu dipesankan kepada kakeknya yang memiliki cucu laki-laki seperti diatas agar dapat mewasiatkan sebagian hartanya tidak melebihi 13 sepertiga harta
peninggalan kepad cucu laki-lakinya tersebut karena cucu tersebut tidak mendapatkan warisan dari dia atau minimal si kakek tersebut menghibahkan sebagian hartanya
137
Keputusan Mubahasah Ulama Dayah, Rabithah Alumni Maahadul Ulumid Diniyatil Islamiyah Mesjid Raya – MUDI MESRA, Samalanga, hal. 21,22,23
Universitas Sumatera Utara
87
untuk sicucu sewaktu sikakek masih hidup sebagai tanda kasih sayang pada anak yatim yang justru cucunya sendiri.
138
Dari uraian hasil Mubahasah tokoh ulama yang berlangsung di Pesantren Samalangan Aceh yang dihadiri oleh 48 empat puluh delapan orang ulama di Aceh,
kebanyakan mereka adalah pimpinan Pesantren yang berada di seluruh Aceh yang bermazhab Syafi’i yang tentu saja pendapat mereka sama, karena mazhab mereka
sama, guru-guru mereka pun hampir sama dan tidak mengundang para ulama yang berlatar belakang pendidikan IAIN dan Timur Tengah. sehingga mendapat kesepakat
seperti tersebut diatas. Ulama-ulama pesantren di Aceh tidak menggunakan Mashlahat Mursalah sebagai dalil hukum, dan pengertian keadilan menurut mereka
adalah sesuai dengan Firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW bukan keadilan yang didasarkan kepada akal sehat.
2. Kitab-kitab Fiqih Islam Klasik