32
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu
baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Sumber data tersebut terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer, yang merupakan bahan hukum yang mengikat berupa
peraturan perundang-undangan yang antara lain dari : 1. Al-Qur’an dan Hadist;
2. Kompilasi Hukum Islam; 3. Hasil wawancara.
b. Bahan Hukum Sekunder yang merupakan bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa : 1. Buku-buku;
2. Jurnal-jurnal; 3. Majalah-majalah;
4. Artikel-artikel media; 5. Dan berbagai tulisan lainnya.
c. Bahan Hukum Tersier yang merupakan bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti :
1. Kamus Inggris-Indonesia; 2. Kamus Hukum Arab-Indonesia;
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia;
Universitas Sumatera Utara
33
4. Ensiklopedi Hukum Islam.
6. Analisa Data
Analisis data yaitu melakukan suatu proses atau langkah-langkah dalam pengorganisasian yang mengurutkan bahan hukum yang dikumpulkan pada suatu
pola kategori dan satuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan diatas. Jadi, bahan hukum yang diperoleh dari kepustakaan, bahan hukum primer
seperti peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder seperti buku-buku teks, literatur, karya tulis ilmiah dan bahan hukum tersier seperti kamus, tulisan, dan
lain-lain diuraikan dan dihubungkan begitu rupa sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna membahas dan menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB II KONSEP PENGGANTIAN TEMPAT AHLI WARIS AHLI WARIS
PENGGANTI DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Tinjauan Umum tentang Hukum Kewarisan Islam
1. Pengertian Hukum Kewarisan Islam
Hukum yang mengatur tentang peralihan harta warisan dari pewaris kepada ahli waris dinamakan hukum kewarisan, yang dalam hukum Islam dikenal beberapa
istilah seperti : faraidh, fikih Mawaris, dan lain-lain, yang kesemua pengertiannya oleh para fukaha ahli hukum fikih di kemukakan sebagai berikut :
a. Hasbi Ash-Shiddieqy, hukum kewarisan adalah : Suatu ilmu yang dengan dialah dapat diketahui orang yang menerima pusaka,
orang yang tidak menerima pusaka, serta kadar yang diterima tiap-tiap waris dan cara membaginya.
56
b. Abdullah Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Ilmu Fara’id ialah : Ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah fikih dan ilmu hitung yang berkaitan
dengan harta warisan dan orang-orang yang berhak yang mendapatkannya agar masing-masing orang berhak mendapatkan bagian harta warisan yang
menjadi haknya.
57
c. Ahmad Zahari, Hukum Kewarisan Isalm yaitu :
56
Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris Jakarta: Bulan BIntang, 1973, hal. 18
57
Abdullah Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Sahih Fikih Sunnah Penterjemah Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh, Jakarta : Pustaka Azzam, 2007, hal. 682
34
Universitas Sumatera Utara
35
Hukum yang mengatur tentang peralihan hak milik atas harta warisan dari pewaris kepada orang-orang yang berhak menerimanya ahli waris,
berapa besar bagiannya masing-masing, kapan dan bagaimana cara peralihannya sesuai ketentuan dan petunjuk Al-Qur’an, hadist dan ijtihad
para ahli.
58
Dari definisi-definisi diatas dapatlha dipahami bahwa ilmu faraid sebagai ilmu yang mengatur tentang pemindahan dan pembagian harta peninggalan dari seseorang
yang meninggal dunia kepada orang-orang yang masih hidup, baik mengenai harta yang ditinggalkan, orang-orang yang berhak menerimanya ahli waris, bagian
masing-masing ahli waris maupun cara penyelesaian pembagiannya. Kompilasi hukum Islam yang tertuang dalam format perundang-undangan
yang mengatur ketentuan kewarisan dipakai sebagai pedoman dalam hukum kewarisan Islam.
2. Unsur-unsur Hukum Kewarisan