70
BAB III PENERAPAN KHI DALAM KASUS PENGGANTIAN TEMPAT AHLI
WARIS AHLI WARIS PENGGANTI DI MASYARAKAT KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
A. Penerapan KHI Dalam Kasus Penggantian Tempat Ahli Waris Ahli Waris Pengganti di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
1. Penerapan KHI di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe Secara formil, hukum Islam dibidang kewarisan telah diberlakukan di
Pengadilan Agama dengan menetapkan hukum-hukum yang disepakati oleh umat Islam di Indonesia.
112
kemudian dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam.
113
Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang merupakan kategori Pengadilan Agama kelas II-A. Mahkamah ini terletak di Jalan
Nyak Adam Kamil Desa Simpang Empat Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe. Wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe meliputi 4 empat Kecamatan di dalam wilayah dengan jumlah 68 enam puluh delapan desa
112
Hukum Materiil yang selama ini berlaku di lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Islam yang pada garis besarnya meliputi bidang-bidang hukum Perkawinan, hukum Kewarisan dan
Hukum Perwakafan. Berdasarkan Surat Edaran Biro Peradilan Agama tanggal 18 Februari 1958 Nomor BI735. Hukum Materiil yang dijadikan pedoman dalam bidang-bidang hukum tersebut diatas
adalah bersumber pada 12 kitab yang kesemuanya madzhab Syafi’i yaitu Al-Nadjuri, Fathu al Muin, Syarqwi ala al Thahrir, Qulyubi Mahali, Tuhfah, Targibu Al Mustaq, Qawaniinu Al Syar’iyyah Said
Usman Ibn Yahya, Qawaniinu Al Syar’iyyah said Sadaqah Dahlan, Syamsuri li Al faraaid, Bagyatu Al Mursidin, Mugni Al Muhtadz. Lih. Dalam Surat Edaran Biro Peradilan Agama tanggal 18 Februari
1958 Nomor BI735.
113
Inpres No. 1 tahun 1991 dengan dilatarbelakangi adanya pertemuan para yuris Islam se- Indonesia dengan melakukan konsensus bersama menetapkan kompilasi Hukum Islam sebagai
pedoman bagi umat Islam Indonesia.
70
Universitas Sumatera Utara
71
serta terdiri dari 179.807 jiwa jumlah penduduk dan luas Kota Lhokseumawe 181.06 km2.
114
Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe merupakan suatu lembaga penyelesaian sengketa perdata diantara umat Islam, dan termasuk
peradilan yang aktif dalam menyelesaikan kasus yang masuk setiap bulannya, dimana masyarakat pada umumnya menyelesaikan kasus-kasus mereka. ini menandakan
bahwa masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sudah menghayati betapa pentingnya menyelesaikan perkara di Pengadilan.
Sebagaimana diketahui bunyi Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bahwa Pengadilan Agama adalah
peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang diatur dalam undang-undang
ini. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama seperti yang di
sebutkan dalam pasal 5 undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi Hakim dan Hakim Konstitusi
wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan
kepadanya meliputi perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, waqaf dan sadakah. penyelesaian Kekuasaan Kehakiman sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilakukan
114
Data pada Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, Lhokseumawe dalam Angka 2013, 6 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
72
oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
115
Dengan memperhatikan kepada masalah penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti yang terdapat di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe atau dalam masyarakat dimana masalah tersebut termasuk masalah baru dan sering terjadi perbedaan pendapat dikalangan masyarakat yang berkaitan
dengan ahli waris penggantipenggantian tempat ahli waris tersebut dan dasar diberlakukannya Kompilasi Hukum Islam di Indonesia sebagai pedoman hukum bagi
umat Islam. Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dalam
menerapkan sistem ahli waris penggantipenggantian tempat ahli waris selama ini sudah diberlakukan Kompilasi Hukum Islam tetap berpedoman pada pasal 185
Kompilasi Hukum Islam. Walaupun dalam pemeriksaan ada pertimbangan lain sebagai pertimbangan tambahan tetapi tidak menjadi suatu pedoman pokok.
Dasar Pertimbangan Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe adalah sebagaimana bunyi pasal 185 Kompilasi Hukum Islam :
“Ayat 1 Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang
tersebut
115
Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata, Wewenang Peradilan Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 219
Universitas Sumatera Utara
73
dalam Pasal 173; Ayat 2 Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.”
Ahli waris yang meninggal lebih dahulu secara harfiah bersifat umum, sehingga dapat ditafsirkan secara luas meliputi anak, saudara, paman, saudara sepupu
dan sebagainya. Masalah ahli waris yang meninggal lebih dahulu yang kemudian lebih dikenal sebagai “ahli waris pengganti” seharusnya ruang lingkup penafsirannya
dipersempit tidak dibiarkan meluas. Seharusnya harus kembali kepada historis yang melatar belakangi lahirnya Pasal 185 KHI ini, yang tidak lain adalah adanya
pemikiran, pembelaan dan perhatian
yang ditujukan kepada “cucu” kalau
keberadaannya bersama dengan anak laki-laki, sebab menurut fikih mazhab sunni cucu dalam posisi yang demikian terhijab.
116
Kenyataan itu dapat di lihat cucu yang ditinggalkan oleh orangtuanya patut diberi perhatian serius melalui sistem penggantian tempat untuk membela hak-hak
anak yatim atau cucu. Negara Mesir misalnya dalam membela masalah cucu memilih jalan dengan memberi porsi dari tirkah melalui lembaga “wasiat wajibah”. Pakistan
juga dalam membela hak-hak cucu memberi porsi kepada cucu dengan jalan “Penggantian Tempat.”
Berkenaan dengan Sumber hukum terkait tentang ahli waris terdapat dalam Surah An-Nisa’ ayat 7, 8, 9, 10, 11 dan 12. Disini didasarkan pada dua ayat saja dari
Surah An-Nisa’ sebagai berikut : 1. Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan karib
kerabat; dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-
116
Mimbar Hukum, No. 54, Jakarta : Yayasan Al-Hikmah, 2001, hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
74
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.“QS. An-Nisa’ayat 7
2. Allah SWT mensyari’atkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak- ankmu, yaitu; bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak
perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta, dan untuk dua orang ibu- bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
yang meninggal itu mempunyai anak, jika yang meninggal itu tidak mempunyai
beberapa saudara,
maka ibunya
mendapat seperenam.
Pembagian-pembagian tersebut di atas sduah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sudah dibayar utangnya. Tentang orang-orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak menge-tahui siapa diantara mereka yang lebih dekat banyak manfaat bagimu ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. “QS. An-Nisa’ ayat 11.
Selanjutnya hadist yang berasal dari Ibn Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah faraidh bagian-bagian yang telah di tentukan kepada orang
yang berhak dan selebihnya berikanlah untuk laki-laki dari keturunan laki-laki yang terdekat. “HR. Al-Bukhari.
117
Abu Bakar Ubit menjelaskan bahwa dasar hukum dibentuknya pasal 185 KHI adalah:
a. Karena pemerintah terinspirasi melalui wasiat wajibah seperti diberlakukan di
Mesir, dimana kepada cucu harus diberi hak warisan walaupun neneknya ada meninggalkan anak lain selain yang telah meninggal dunia.
b. Pasal 185 KHI adalah perpaduan pikiran Hazairin dengan hukum Mesir
mengenai wasiat wajibah setelah diadakan perbandingan antara hukum warisan Indonesia dengan hukum warisan di Mesir, dimana hukum warisan Indonesia
sebelum ada KHI terhadap cucu yang lebih duluan meninggal orang tuannya
117
Shahih Bukhari, Juz IV, Da ar wa Mathbaah Al-Syakbi, Kairo, hal. 181.
Universitas Sumatera Utara
75
dengan pewaris tidak mendapat harta warisan. Atas pertimbangan rasa keadilan, maka diberi hak kepada cucu tersebut.
c. Di kalangan ulama pesantren mereka tidak mau menerima lembaga waris
pengganti tersebut karena meraka fanatik kepada mazhab Syafi’i. Mereka berpendapat bahwa perpaduan KHI dengan pemikiran Hazairin kalau di perluas
dapat mengganggu posisi ahli waris yang lain dalam menerima warisan. d.
Sistem penggantian kedudukan plaatsvervulling dapat diperluas apabila tidak melanggar asas kewarisan.
e. Kompilasi Hukum Islam merupakan perpaduan antara beberapa buah kitab fikih
yang dinamakan fikih Indonesia, pertimbangannya adalah meghindari nasib anak-anak yatim yang ditinggalkan oleh orangtuanya dalam keadaaan menderita.
f. Hibah diberikan karena dikhawatirkan cucu tidak mendapat apa-apa setelah
meninggalnya si pewaris. Dapat diberi hibah akan tetapi pada saat pembagian warisan perlu ditinjau kembali terhadap pemberian, kadangkala tidak sesuai lagi
nilai pemberian tersebut dengan kenyataan.
118
Berkenaan dengan garis pokok keutamaan dan garis pokok penggantian menurut hukum adat di Indonesia, garis pokok penggantian ialah suatu cara untuk
menentukan: a.
Siapa sesungguhnya ahli waris diantara orang-orang yang sekelompok keutamaan dalam lingkungan keluarga si pewaris.
118
Abu Bakar Ubit, Hakim pada Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 10 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe.
Universitas Sumatera Utara
76
b. Berapa bagian masing-masing ahli waris, jika hukum kewarisannya mengizinkan
pembagian. Garis pokok penggantian itu baru dapat dipergunakan setelah diketahui
kelompok keutamaan untuk melakukan penjaringan kelompok keutamaan dimana akan dilakukan panjaringan ahli waris itu sebab mesti ada suatu prinsip
mengenai kelompok keutamaan itu yang di sebut garis pokok keutamaan.
119
Menurut garis pokok penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti seperti yang berlaku di Indonesia, maka ahli waris ialah setiap orang dalam
kelompok keutamaan dengan syarat, bahwa antara dia dengan si pewaris tidak ada penghubung atau tidak ada lagi penghubung yang masih hidup, seperti antara
si pewaris dengan anaknya. Atau antara si pewaris dengan ayah atau ibunya.
120
Dengan memperhatikan kepada dalil-dalil tersebut jelaslah bahwa Al-Quran dan hadist Rasul telah mengatur tentang pembagian warisan bagi ahli waris
keutamaan saja, sedangkan sumber hukum mengenai waris pengganti dapat digali melalui ijtihad yang menganut prinsip keadilan berimbang.
Keberadaannya sesuai dengan perkembangan zaman atau banyaknya masalah baru yang muncul ditengah-tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan sifat
hukum Islam, dinamis dan elastis dengan berbagai perubahannya setiap saat membutuhkan kepada daya nalar yang tinggi dari ahli hukum Islam.
Penggolongan pewaris keutamaan dan penggantian merupakan hal yang sangat
119
Hazairin, Op. Cit .hal.18.
120
Ibid, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
77
penting diperhatikan dalam pembagian warisan untuk tercapainya rasa keadilan berimbang.
Sampai saat ini kasus ahli waris pengganti yang masuk ke Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sebanyak 6 enam kasus
dan yang sudah diputuskan sesuai dengan KHI sebanyak 3 tiga kasus. Hasanuddin Jumadil, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe,
mengatakan bahwa penerapan hukum terhadap sistem ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris memang sudah selayaknya diterapkan saat
sekarang, untuk menggali hukum-hukum yang hidup dalam masyarakat kita harus menggunakan ijtihad, karena ahli waris pengganti penggantian tempat ahli
waris itu merupakan masalah baru dan dapat dirasakan keadilannya oleh publik.
121
Ibnul Al Khairy, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa penerapan sistem ahli waris
pengganti penggantian tempat ahli waris memang sudah saatnya di zaman global ini, untuk menjawab tantangan yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
Walaupun ada perbedaan pemahaman terhadap kata walad antara alam pikiran pesantren dengan para ahli hukum Islam kontemporer, namun itu merupakan
perbedaan dalam sisi penafsiran sumber hukum yang qath’i yaitu Al-Quran.
121
Hasanuddin Jumadil, Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 11 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe.
Universitas Sumatera Utara
78
Akan tetapi yang sangat penting adalah keadilan hukum harus dapat dirasakan oleh masyarakat.
122
Muchlis Bin Usman, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris mengatakan, bahwa harta-harta yang kami gugat itu sudah lama sekali
dikuasai oleh paman, yaitu dalam kurun waktu lima belas tahun yang lalu, tidak diberikan dimana orang tua kami telah lebih dahulu meninggal dari pada nenek.
Dan setelah menggugat ke Mahkamah Syar’iyah dikabulkan gugatan, Padahal sewaktu ayah meninggal dunia, nenek telah berwasiat sebahagian harta untuk
diberikan kepada cucu serta dibuatnya surat sebagai alat bukti, tetapi paman mengambil kembali secara paksa dan setelah itu kami pun mencari keadilan
hukum.
123
Jumadil, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris cucu bersaudara 9 orang menjelaskan, bahwa mereka tidak menerima apa-apa
dari orang tuannya, semua harta telah dirampas oleh pamannya. Ini merupakan suatu kesedihan karena paman
masih menganggap ada patah titi dalam adat Aceh. Lalu kami mencari keadilan ke Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe dan
dikabulkan gugatan kami sehingga kami sama-sama menerima satu bahagian saja dari porsi orang tua kami.
124
122
Ibnul Al Khairy, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe, wawancara tanggal 12 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe.
123
Muchlis Usman, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 4 Maret 2014 di Desa Teumpok Teungoh, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
124
Jumadil, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 5 Maret 2014 di Desa Kuta Blang, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
Universitas Sumatera Utara
79
Akbarullah, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris yang bertempat tinggal di Desa Teumpok Teungoh, 2 dua besaudara, ibu telah
terlebih dahulu meninggal dunia dari kakek, waktu itu saya berumur 2 dua tahun dan adik saya berumur 1 satu tahun. Kami dibesarkan oleh nenek dan
kakek, setelah nenek dan kakek kami meninggal dunia, harta kami dikuasai oleh adik ibu saya. Karena saya memerlukan biaya untuk melanjutkan kuliah akhirnya
saya mengajukan gugatan ke Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan akhirnya gugatan kami dikabulkan oleh para Hakim.
125
Apabila diperhatikan seluruh ketentuan mengenai kewarisan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam tersebut dapat ditemukan pula bahwa semua asas
kewarisan Islam seperti diuraikan di atas, terdapat pula di dalamnya. Bahkan pengenaan ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris merupakan salah
bentuk penjabaran dari asas keadilan berimbang.
126
Dalam Pasal 185 KHI tersebut jika disimak secara kontekstual tergambar ide atau pesan-pesan:
a. Kapan terjadinya penggantian waris. b. Sifat pergantian waris
c. Kelompok ahli waris pengganti d. Tata cara pembagiannya
125
Akbarrullah, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 13 Maret 2014 di Desa Teumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
126
Abu Bakar Ubit, Hakim pada Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 10 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe
Universitas Sumatera Utara
80
Mengenai waktu terjadinya pergantian waris adalah terjadi pada saat meninggalnya pewaris yang seharusnya meninggalkan ahli waris, tetapi telah
meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris. Sedangkan sifat pergantiannya adalah tentatif artinya dapat digantikan, tidak bersifat imperatif, karena dilihat kepada kasus
yang tersendiri.
127
Adapun kelompok ahli waris pengganti hanya terbatas pada ahli waris menurut hubungan darah yang berasal dari keturunan yang seharusnya menjadi ahli
waris, tetapi telah meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris, yang mencakup anak laki-laki dan anak perempuan.
Tata cara pembagiannya sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 185 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan bagian ahli waris pengganti tidak boleh
melebihi dari ahli waris yang sederajat dengan yang diganti. Yang dapat menjadi ahli waris pengganti adalah anak dari ahli waris yang
lebih dahulu meninggal dunia dari pewaris dengan syarat: a. Tidak termasuk kelompok yang terhalang menjadi ahli waris seperti yang
tersebut dalam Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam; seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan keputusan hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dihukum: 1
Dipersalahkan telah
membunuh atau
mencoba membunuh
atau menganianya berat pewaris.
127
Roihan A. Rasyid, Pengganti Ahli Waris dan Wasiat Wajibah, Majalah Mimbar Hukum, No. 23, Jakarta, Yayasan Al-Hikmah, 1995, hal. 58.
Universitas Sumatera Utara
81
2 Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa
pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 5 tahun penjara atau hukuman lebih berat.
Abdul Manan mengatakan : secara garis besar antara ahli waris
penggantipenggantian tempat ahli waris dengan wasiat wajibah adalah sama. Perbedaannya, jika dalam wasiat wajibah dibatasi oleh penerimaannya, di
dalam garis pengganti adalah menggantikan hak sesuai dengan hak yang diterima orang yang digantikan itu. Jadi wasiat wajibah ini dapat berfungsi
sebagai alat pengalihan hak secara waris kepada orang yang tidak ditentukan sama sekali bagian pihak yang menerima waris itu, dapat pula berfungsi sebagai
waris pengganti dalam kapasitasnya menggantikan kedudukan orang yang berhak menerima waris. Karena wasiat wajibah ini mempunyai titik singgung
secara langsung dengan hukum kewarisan Islam, maka pelaksanaannya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim.
128
Berdasarkan uraian diatas, Para Hakim di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan
Banda Sakti
Kota Lhokseumawe
sangat berperan
dalam memutuskan perkara penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan putusan tersebut bersifat
imperatif setelah pemberlakuan Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam. Ini menunjukkan bahwa para Hakim di Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe
telah berani berijitihad dalam rangka mencapai nila-nilai keadilan dalam
128
Abdul Manan, Op. Cit, hal. 169
Universitas Sumatera Utara
82
memutuskan perkara, disamping itu menjadikan Mashlahat Mursalah sebagai dasar hukum dalam memutuskan perkara. bahwa penggantian tempat ahli waris
ahli waris pengganti pada Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam untuk kemaslahatan berupa perlindungan terhadap mereka yang termarjinal hanya
oleh penafsiran klasik.
2. Penerapan KHI secara Musyawarah Keluarga di Masyarakat Kecamatan