Penerapan KHI di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota

70

BAB III PENERAPAN KHI DALAM KASUS PENGGANTIAN TEMPAT AHLI

WARIS AHLI WARIS PENGGANTI DI MASYARAKAT KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE A. Penerapan KHI Dalam Kasus Penggantian Tempat Ahli Waris Ahli Waris Pengganti di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

1. Penerapan KHI di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota

Lhokseumawe Secara formil, hukum Islam dibidang kewarisan telah diberlakukan di Pengadilan Agama dengan menetapkan hukum-hukum yang disepakati oleh umat Islam di Indonesia. 112 kemudian dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam. 113 Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang merupakan kategori Pengadilan Agama kelas II-A. Mahkamah ini terletak di Jalan Nyak Adam Kamil Desa Simpang Empat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Wilayah hukum Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe meliputi 4 empat Kecamatan di dalam wilayah dengan jumlah 68 enam puluh delapan desa 112 Hukum Materiil yang selama ini berlaku di lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Islam yang pada garis besarnya meliputi bidang-bidang hukum Perkawinan, hukum Kewarisan dan Hukum Perwakafan. Berdasarkan Surat Edaran Biro Peradilan Agama tanggal 18 Februari 1958 Nomor BI735. Hukum Materiil yang dijadikan pedoman dalam bidang-bidang hukum tersebut diatas adalah bersumber pada 12 kitab yang kesemuanya madzhab Syafi’i yaitu Al-Nadjuri, Fathu al Muin, Syarqwi ala al Thahrir, Qulyubi Mahali, Tuhfah, Targibu Al Mustaq, Qawaniinu Al Syar’iyyah Said Usman Ibn Yahya, Qawaniinu Al Syar’iyyah said Sadaqah Dahlan, Syamsuri li Al faraaid, Bagyatu Al Mursidin, Mugni Al Muhtadz. Lih. Dalam Surat Edaran Biro Peradilan Agama tanggal 18 Februari 1958 Nomor BI735. 113 Inpres No. 1 tahun 1991 dengan dilatarbelakangi adanya pertemuan para yuris Islam se- Indonesia dengan melakukan konsensus bersama menetapkan kompilasi Hukum Islam sebagai pedoman bagi umat Islam Indonesia. 70 Universitas Sumatera Utara 71 serta terdiri dari 179.807 jiwa jumlah penduduk dan luas Kota Lhokseumawe 181.06 km2. 114 Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe merupakan suatu lembaga penyelesaian sengketa perdata diantara umat Islam, dan termasuk peradilan yang aktif dalam menyelesaikan kasus yang masuk setiap bulannya, dimana masyarakat pada umumnya menyelesaikan kasus-kasus mereka. ini menandakan bahwa masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sudah menghayati betapa pentingnya menyelesaikan perkara di Pengadilan. Sebagaimana diketahui bunyi Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bahwa Pengadilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang diatur dalam undang-undang ini. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama seperti yang di sebutkan dalam pasal 5 undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya meliputi perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, waqaf dan sadakah. penyelesaian Kekuasaan Kehakiman sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilakukan 114 Data pada Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, Lhokseumawe dalam Angka 2013, 6 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara 72 oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 115 Dengan memperhatikan kepada masalah penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti yang terdapat di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe atau dalam masyarakat dimana masalah tersebut termasuk masalah baru dan sering terjadi perbedaan pendapat dikalangan masyarakat yang berkaitan dengan ahli waris penggantipenggantian tempat ahli waris tersebut dan dasar diberlakukannya Kompilasi Hukum Islam di Indonesia sebagai pedoman hukum bagi umat Islam. Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dalam menerapkan sistem ahli waris penggantipenggantian tempat ahli waris selama ini sudah diberlakukan Kompilasi Hukum Islam tetap berpedoman pada pasal 185 Kompilasi Hukum Islam. Walaupun dalam pemeriksaan ada pertimbangan lain sebagai pertimbangan tambahan tetapi tidak menjadi suatu pedoman pokok. Dasar Pertimbangan Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe adalah sebagaimana bunyi pasal 185 Kompilasi Hukum Islam : “Ayat 1 Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut 115 Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata, Wewenang Peradilan Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 219 Universitas Sumatera Utara 73 dalam Pasal 173; Ayat 2 Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.” Ahli waris yang meninggal lebih dahulu secara harfiah bersifat umum, sehingga dapat ditafsirkan secara luas meliputi anak, saudara, paman, saudara sepupu dan sebagainya. Masalah ahli waris yang meninggal lebih dahulu yang kemudian lebih dikenal sebagai “ahli waris pengganti” seharusnya ruang lingkup penafsirannya dipersempit tidak dibiarkan meluas. Seharusnya harus kembali kepada historis yang melatar belakangi lahirnya Pasal 185 KHI ini, yang tidak lain adalah adanya pemikiran, pembelaan dan perhatian yang ditujukan kepada “cucu” kalau keberadaannya bersama dengan anak laki-laki, sebab menurut fikih mazhab sunni cucu dalam posisi yang demikian terhijab. 116 Kenyataan itu dapat di lihat cucu yang ditinggalkan oleh orangtuanya patut diberi perhatian serius melalui sistem penggantian tempat untuk membela hak-hak anak yatim atau cucu. Negara Mesir misalnya dalam membela masalah cucu memilih jalan dengan memberi porsi dari tirkah melalui lembaga “wasiat wajibah”. Pakistan juga dalam membela hak-hak cucu memberi porsi kepada cucu dengan jalan “Penggantian Tempat.” Berkenaan dengan Sumber hukum terkait tentang ahli waris terdapat dalam Surah An-Nisa’ ayat 7, 8, 9, 10, 11 dan 12. Disini didasarkan pada dua ayat saja dari Surah An-Nisa’ sebagai berikut : 1. Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan karib kerabat; dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu- 116 Mimbar Hukum, No. 54, Jakarta : Yayasan Al-Hikmah, 2001, hal. 26. Universitas Sumatera Utara 74 bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.“QS. An-Nisa’ayat 7 2. Allah SWT mensyari’atkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak- ankmu, yaitu; bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta, dan untuk dua orang ibu- bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak, jika yang meninggal itu tidak mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-pembagian tersebut di atas sduah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sudah dibayar utangnya. Tentang orang-orang tuamu dan anak- anakmu, kamu tidak menge-tahui siapa diantara mereka yang lebih dekat banyak manfaat bagimu ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. “QS. An-Nisa’ ayat 11. Selanjutnya hadist yang berasal dari Ibn Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Berikanlah faraidh bagian-bagian yang telah di tentukan kepada orang yang berhak dan selebihnya berikanlah untuk laki-laki dari keturunan laki-laki yang terdekat. “HR. Al-Bukhari. 117 Abu Bakar Ubit menjelaskan bahwa dasar hukum dibentuknya pasal 185 KHI adalah: a. Karena pemerintah terinspirasi melalui wasiat wajibah seperti diberlakukan di Mesir, dimana kepada cucu harus diberi hak warisan walaupun neneknya ada meninggalkan anak lain selain yang telah meninggal dunia. b. Pasal 185 KHI adalah perpaduan pikiran Hazairin dengan hukum Mesir mengenai wasiat wajibah setelah diadakan perbandingan antara hukum warisan Indonesia dengan hukum warisan di Mesir, dimana hukum warisan Indonesia sebelum ada KHI terhadap cucu yang lebih duluan meninggal orang tuannya 117 Shahih Bukhari, Juz IV, Da ar wa Mathbaah Al-Syakbi, Kairo, hal. 181. Universitas Sumatera Utara 75 dengan pewaris tidak mendapat harta warisan. Atas pertimbangan rasa keadilan, maka diberi hak kepada cucu tersebut. c. Di kalangan ulama pesantren mereka tidak mau menerima lembaga waris pengganti tersebut karena meraka fanatik kepada mazhab Syafi’i. Mereka berpendapat bahwa perpaduan KHI dengan pemikiran Hazairin kalau di perluas dapat mengganggu posisi ahli waris yang lain dalam menerima warisan. d. Sistem penggantian kedudukan plaatsvervulling dapat diperluas apabila tidak melanggar asas kewarisan. e. Kompilasi Hukum Islam merupakan perpaduan antara beberapa buah kitab fikih yang dinamakan fikih Indonesia, pertimbangannya adalah meghindari nasib anak-anak yatim yang ditinggalkan oleh orangtuanya dalam keadaaan menderita. f. Hibah diberikan karena dikhawatirkan cucu tidak mendapat apa-apa setelah meninggalnya si pewaris. Dapat diberi hibah akan tetapi pada saat pembagian warisan perlu ditinjau kembali terhadap pemberian, kadangkala tidak sesuai lagi nilai pemberian tersebut dengan kenyataan. 118 Berkenaan dengan garis pokok keutamaan dan garis pokok penggantian menurut hukum adat di Indonesia, garis pokok penggantian ialah suatu cara untuk menentukan: a. Siapa sesungguhnya ahli waris diantara orang-orang yang sekelompok keutamaan dalam lingkungan keluarga si pewaris. 118 Abu Bakar Ubit, Hakim pada Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 10 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara 76 b. Berapa bagian masing-masing ahli waris, jika hukum kewarisannya mengizinkan pembagian. Garis pokok penggantian itu baru dapat dipergunakan setelah diketahui kelompok keutamaan untuk melakukan penjaringan kelompok keutamaan dimana akan dilakukan panjaringan ahli waris itu sebab mesti ada suatu prinsip mengenai kelompok keutamaan itu yang di sebut garis pokok keutamaan. 119 Menurut garis pokok penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti seperti yang berlaku di Indonesia, maka ahli waris ialah setiap orang dalam kelompok keutamaan dengan syarat, bahwa antara dia dengan si pewaris tidak ada penghubung atau tidak ada lagi penghubung yang masih hidup, seperti antara si pewaris dengan anaknya. Atau antara si pewaris dengan ayah atau ibunya. 120 Dengan memperhatikan kepada dalil-dalil tersebut jelaslah bahwa Al-Quran dan hadist Rasul telah mengatur tentang pembagian warisan bagi ahli waris keutamaan saja, sedangkan sumber hukum mengenai waris pengganti dapat digali melalui ijtihad yang menganut prinsip keadilan berimbang. Keberadaannya sesuai dengan perkembangan zaman atau banyaknya masalah baru yang muncul ditengah-tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan sifat hukum Islam, dinamis dan elastis dengan berbagai perubahannya setiap saat membutuhkan kepada daya nalar yang tinggi dari ahli hukum Islam. Penggolongan pewaris keutamaan dan penggantian merupakan hal yang sangat 119 Hazairin, Op. Cit .hal.18. 120 Ibid, hal. 19. Universitas Sumatera Utara 77 penting diperhatikan dalam pembagian warisan untuk tercapainya rasa keadilan berimbang. Sampai saat ini kasus ahli waris pengganti yang masuk ke Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sebanyak 6 enam kasus dan yang sudah diputuskan sesuai dengan KHI sebanyak 3 tiga kasus. Hasanuddin Jumadil, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe, mengatakan bahwa penerapan hukum terhadap sistem ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris memang sudah selayaknya diterapkan saat sekarang, untuk menggali hukum-hukum yang hidup dalam masyarakat kita harus menggunakan ijtihad, karena ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris itu merupakan masalah baru dan dapat dirasakan keadilannya oleh publik. 121 Ibnul Al Khairy, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe mengatakan bahwa penerapan sistem ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris memang sudah saatnya di zaman global ini, untuk menjawab tantangan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Walaupun ada perbedaan pemahaman terhadap kata walad antara alam pikiran pesantren dengan para ahli hukum Islam kontemporer, namun itu merupakan perbedaan dalam sisi penafsiran sumber hukum yang qath’i yaitu Al-Quran. 121 Hasanuddin Jumadil, Hakim Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 11 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara 78 Akan tetapi yang sangat penting adalah keadilan hukum harus dapat dirasakan oleh masyarakat. 122 Muchlis Bin Usman, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris mengatakan, bahwa harta-harta yang kami gugat itu sudah lama sekali dikuasai oleh paman, yaitu dalam kurun waktu lima belas tahun yang lalu, tidak diberikan dimana orang tua kami telah lebih dahulu meninggal dari pada nenek. Dan setelah menggugat ke Mahkamah Syar’iyah dikabulkan gugatan, Padahal sewaktu ayah meninggal dunia, nenek telah berwasiat sebahagian harta untuk diberikan kepada cucu serta dibuatnya surat sebagai alat bukti, tetapi paman mengambil kembali secara paksa dan setelah itu kami pun mencari keadilan hukum. 123 Jumadil, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris cucu bersaudara 9 orang menjelaskan, bahwa mereka tidak menerima apa-apa dari orang tuannya, semua harta telah dirampas oleh pamannya. Ini merupakan suatu kesedihan karena paman masih menganggap ada patah titi dalam adat Aceh. Lalu kami mencari keadilan ke Mahkamah Syar’iyah Lhokseumawe dan dikabulkan gugatan kami sehingga kami sama-sama menerima satu bahagian saja dari porsi orang tua kami. 124 122 Ibnul Al Khairy, Hakim Anggota Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 12 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe. 123 Muchlis Usman, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 4 Maret 2014 di Desa Teumpok Teungoh, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 124 Jumadil, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 5 Maret 2014 di Desa Kuta Blang, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara 79 Akbarullah, salah seorang ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris yang bertempat tinggal di Desa Teumpok Teungoh, 2 dua besaudara, ibu telah terlebih dahulu meninggal dunia dari kakek, waktu itu saya berumur 2 dua tahun dan adik saya berumur 1 satu tahun. Kami dibesarkan oleh nenek dan kakek, setelah nenek dan kakek kami meninggal dunia, harta kami dikuasai oleh adik ibu saya. Karena saya memerlukan biaya untuk melanjutkan kuliah akhirnya saya mengajukan gugatan ke Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan akhirnya gugatan kami dikabulkan oleh para Hakim. 125 Apabila diperhatikan seluruh ketentuan mengenai kewarisan yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam tersebut dapat ditemukan pula bahwa semua asas kewarisan Islam seperti diuraikan di atas, terdapat pula di dalamnya. Bahkan pengenaan ahli waris pengganti penggantian tempat ahli waris merupakan salah bentuk penjabaran dari asas keadilan berimbang. 126 Dalam Pasal 185 KHI tersebut jika disimak secara kontekstual tergambar ide atau pesan-pesan: a. Kapan terjadinya penggantian waris. b. Sifat pergantian waris c. Kelompok ahli waris pengganti d. Tata cara pembagiannya 125 Akbarrullah, ahli waris pengganti, wawancara tanggal 13 Maret 2014 di Desa Teumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 126 Abu Bakar Ubit, Hakim pada Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe, wawancara tanggal 10 Maret 2014 di Kota Lhokseumawe Universitas Sumatera Utara 80 Mengenai waktu terjadinya pergantian waris adalah terjadi pada saat meninggalnya pewaris yang seharusnya meninggalkan ahli waris, tetapi telah meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris. Sedangkan sifat pergantiannya adalah tentatif artinya dapat digantikan, tidak bersifat imperatif, karena dilihat kepada kasus yang tersendiri. 127 Adapun kelompok ahli waris pengganti hanya terbatas pada ahli waris menurut hubungan darah yang berasal dari keturunan yang seharusnya menjadi ahli waris, tetapi telah meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris, yang mencakup anak laki-laki dan anak perempuan. Tata cara pembagiannya sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 185 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari ahli waris yang sederajat dengan yang diganti. Yang dapat menjadi ahli waris pengganti adalah anak dari ahli waris yang lebih dahulu meninggal dunia dari pewaris dengan syarat: a. Tidak termasuk kelompok yang terhalang menjadi ahli waris seperti yang tersebut dalam Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam; seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dihukum: 1 Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganianya berat pewaris. 127 Roihan A. Rasyid, Pengganti Ahli Waris dan Wasiat Wajibah, Majalah Mimbar Hukum, No. 23, Jakarta, Yayasan Al-Hikmah, 1995, hal. 58. Universitas Sumatera Utara 81 2 Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 5 tahun penjara atau hukuman lebih berat. Abdul Manan mengatakan : secara garis besar antara ahli waris penggantipenggantian tempat ahli waris dengan wasiat wajibah adalah sama. Perbedaannya, jika dalam wasiat wajibah dibatasi oleh penerimaannya, di dalam garis pengganti adalah menggantikan hak sesuai dengan hak yang diterima orang yang digantikan itu. Jadi wasiat wajibah ini dapat berfungsi sebagai alat pengalihan hak secara waris kepada orang yang tidak ditentukan sama sekali bagian pihak yang menerima waris itu, dapat pula berfungsi sebagai waris pengganti dalam kapasitasnya menggantikan kedudukan orang yang berhak menerima waris. Karena wasiat wajibah ini mempunyai titik singgung secara langsung dengan hukum kewarisan Islam, maka pelaksanaannya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim. 128 Berdasarkan uraian diatas, Para Hakim di Mahkamah Syar’iyah Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe sangat berperan dalam memutuskan perkara penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan putusan tersebut bersifat imperatif setelah pemberlakuan Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam. Ini menunjukkan bahwa para Hakim di Mahkamah Syar’iyah Kota Lhokseumawe telah berani berijitihad dalam rangka mencapai nila-nilai keadilan dalam 128 Abdul Manan, Op. Cit, hal. 169 Universitas Sumatera Utara 82 memutuskan perkara, disamping itu menjadikan Mashlahat Mursalah sebagai dasar hukum dalam memutuskan perkara. bahwa penggantian tempat ahli waris ahli waris pengganti pada Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam untuk kemaslahatan berupa perlindungan terhadap mereka yang termarjinal hanya oleh penafsiran klasik.

2. Penerapan KHI secara Musyawarah Keluarga di Masyarakat Kecamatan

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

3 81 109

Analisis Yuridis Penerapan Khi Dalam Penggantian Tempat Ahli Waris/Ahli Waris Pengganti Pada Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

0 70 127

Kinerja Kantor Kecamatan Banda Sakti Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe

0 51 128

Strategi Pemberdayaan Ekonomi Sosial Masyarakat Nelayan Berbasis Komunitas Ibu Rumah Tangga Di Desa Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

8 96 108

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

Analisa Yuridis Penetapan Ahli Waris Berdasarkan Hukum Waris BW (Putusan Pengadilan Negeri Jember No. 67/Pdt.G/2011/PN.Jr)

5 33 10

Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Anak di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

0 0 9

BAB II KONSEP PENGGANTIAN TEMPAT AHLI WARIS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Tinjauan Umum tentang Hukum Kewarisan Islam - Analisis Yuridis Penerapan Khi Dalam Penggantian Tempat Ahli Waris/Ahli Waris Pengganti Pada Masyarakat Kecamatan

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penerapan Khi Dalam Penggantian Tempat Ahli Waris/Ahli Waris Pengganti Pada Masyarakat Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe

0 0 33