Klasifikasi Biaya ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI BISNIS BUTIK

77

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI BISNIS BUTIK

Tidak semua orangpelaku usaha mudah mendapatkan ide usaha. Tidak semua pula ide yang dipunyai mempunyai kelayakan untuk dijadikan suatu usaha. Analisis ekonomi membantu kita untuk dapat memetakan apakah suatu ide layak untuk dijalankan, apakah usaha yang telah dijalankan mengalami peningkatan keuntungan ataukah tidak. Pada bab ini kita akan membahas analisis yang dapat menguji apakah suatu ide usaha itu layak dilaksanakan atau tidak berdasar kriteria ekonomi.

A. Klasifikasi Biaya

Biaya dalam istilah keuangan mempunyai pengertian pengorbanan sumber- sumber daya yang diadakan untuk mendapatkan keuntungan atau mencapai tujuan di masa datang Arman Hakim, 2006: 172. Secara umum istilah biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Berhubungan dengan tujuan biaya; a. Biaya langsung direct cost b. Biaya tidak langsung indirect cost 2. Berhubungan dengan erubahan volume kegiatan; a. Biaya tetap fixed cost b. Biaya variabel variable cost 3. Berhubungan dengan keputusan manajemen; a. Biaya marjinal marginal cost b. Biaya inkremental incremental cost c. Biaya kesempatan opportunity cost d. Biaya terbenam sunk cost 78 Biaya langsung merupakan biaya-biaya yang dapat diidentifikasikan secara langsung pada suatu proses tertentu atau output tertentu. Dalam kalimat lain, biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasiproduksi. Biaya langsung ini terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sebagai contoh dalam bisnis butik, maka biaya bahan baku langsung adalah biaya pengadaan kain, dan biaya tenaga kerja langsung adalah biaya untuk pengupahan tenaga kerja di sektor produksi seperti tenaga pembuat pola pattern maker, pemotongan cutting, dan penjahitan sewing. Biaya tidak langsung merupakan biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung pada suatu proses tertentu atau output tertentu. Dalam kalimat lain, biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasiproduksi. Biaya langsung ini terdiri dari biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sebagai contoh dalam bisnis butik, maka biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya pengadaan plastik pengemas, swing tag, dan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah upah tenaga kerja non sektor produksi seperti tenaga cleaning service, satpam, maintenance. Biaya tetap merupakan biaya-biaya operasi suatu fasilitas yang bersifat tetap meskipun volume produksi tersebut berubah-ubah. Contohnya gaji pegawai, abonemen telepon, listrik, dan PDAM bulanan. Biaya variabel merupakan biaya-biaya operasi suatu fasilitas yang berubah secara linier sesuai dengan volume produksi tersebut. Contohnya biaya bahan baku. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat digunakan untuk analisis titik impas Break Even Point. Biaya inkremental merupakan tambahan biaya yang akan terjadi apabila suatu alternatif yang dipilih berubah volume kegiatannya. Sebagai contoh, apabila suatu bisnis butik ingin meningkatkan kapasitasnya dari 1.000 pcs per bulan dengan total biaya Rp 2.000.000,00 menjadi 1.500 pcs per bulan dengan total biaya Rp 2.400.000,00 maka tambahan biaya biaya inkremental dari alternatif adalah 0,4 79 juta. Analisis biaya inkremental banyak digunakan untuk menentukan kebijakasanaan perubahan volume operasi dalam gabungannya dengan keuntungan perusahaan. Apabila biaya inkremental dihitung untuk perubahan output per unit barang yang diproduksi maka disebut dengan analisis marjinal. Analisis ini melibatkan biaya marjinal dan pendapatan marjinal. Biaya marjinal berhubungan dengan tambahan biaya bila terjadi satu perubahan output, sedangkan pendapatan marjinal merupakan tambahan pendapatan yang diperoleh bila terjadi satu perubahan output. Biaya kesempatan merupakan pendapatan penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat pemilihan alternatif tertentu. Sebagai contoh, apabila suatu bisnis butik memproduksi kemeja maka akan mendapat keuntungan Rp 15.000,00 per pcs, sedangkan bila butik itu memproduksi t-shirt maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 10.000,00 per pcs. Apabila bisnis butik tersebut memilih untuk memproduksi kemeja maka biaya kesempatan yang dikorbankan adalah sebesar Rp 10.000,00. Biaya terbenam terjadi bila terdapat perbedaan antara nilai buku dari suatu aset misalnya mesin-mesin, bangunan dengan nilai sebenarnya ketika aset tersebut dijual. Perbedaan dimana nilai jual aset sebenarnya lebih rendah dari nilai buku disebut dengan biaya terbenam. Contoh, pada tahun kelima penggunaan suatu mesin jahit mempunyai nilai buku secara akuntansi Rp 3 juta, namun nilai jual sebenarnya ternyata hanya Rp 2 juta. Perbedaan sebesar Rp 1 juta tersebut adalah biaya terbenam.

B. Harga Pokok Produksi