17
delinquency 1988 merumuskan perbuatan yang dilakukan oleh orang muda laki-laki atau perempuan dan mereka diberikan perlakuan khusus
sesuai hukum yang berlaku. Menurut Santrock 2007 kenakalan remaja merujuk pada berbagai
perilaku, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti berbuat onar di sekolah, pelanggaran status melarikan diri dari
rumah, hingga tindakan kriminal seperti pencurian, dan lain-lain. Menurut Jensen 1985, dalam Sarwono 2007, kenakalan remaja merujuk
pada perilaku melakukan yang dapat menimbulkan korban fisik, materi, kenakalan sosial maupun kenakalan yang melawan status sebagai remaja.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah dorongan atau keinginan untuk
berperilaku melanggar aturan baik di sekolah maupun aturan dalam masyarakat yang tidak dapat diterima secara sosial berupa pelanggaran
status yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
2.1.2 Teori Kenakalan Remaja
Menurut teori psikodinamika yang berasal dari Sigmund Freud 1985-1939 kepribadian manusia dikendalikan oleh proses mental bawah
sadar yang dikembangkan pada awal masa kanak-kanak. Perkembangan kepribadian sadar pada masa awal kanak-kanak ini memengaruhi perilaku
selama sisa hidup seseorang. Ketika tiga komponen utama kepribadian yakni id, ego dan superego seimbang, individu dapat menjalani hidup
normal. Jika tidak maka individu akan menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang abnormal. Kenakalan maupun pelanggaran hukum merupakan hasil
dari kepribadian abnormal yang terbentuk pada awal kehidupan. Ketidakseimbangan dalam ciri-ciri kepribadian yang disebabkan oleh
18
trauma awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan kesulitan psikologis jangka panjang. Sehingga dapat disimpulkan mereka yang berperilaku
nakal, jahat menurut teori ini pada dasarnya memiliki ego yang lemah dan kepribadian yang rusak
Siegel Brandon, 2011. Menurut psikolog perilaku, kepribadian dipelajari sepanjang hidup
dan selama berinteraksi dengan orang lain. Berdasar pada karya Watson 1878-1958 dan dipopulerkan oleh Skinner 1904-1990 perilaku
merupakan hasil belajar dengan mengamati bagaimana orang bereaksi terhadap perilaku mereka. Perilaku dipicu awal oleh stimulus, ketika
perilaku tertentu diperkuat oleh reaksi positif maka perilaku itu akan berkelanjutan karena terus dipelajari. Selanjutnya beberapa psikolog
perilaku berpendapat bahwa pembelajaran sosial terjadi melalui pengalaman, ditambah dengan nilai-nilai, dan harapan menentukan
perilaku. Menurut Bandura 1977 orang belajar dari yang orang lain, melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Perilaku manusia merupakan
hasil interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Bandura 1963, dalam Siegel
Brandon, 2011 berpendapat bahwa anak-anak akan mencontohi perilaku dan reaksi yang mereka terima dari orang lain; misalnya orang dewasa,
terutama orang tua, dan perilaku yang mereka melihat di televisi dan film. Jika anak-anak mengamati kenakalan dan melihat bahwa itu disetujui atau
dihargai, mereka mungkin akan bereaksi yang sama saat kejadian serupa. Pembelajaran sosial menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di
rumah di mana kekerasan merupakan sebuah cara hidup membuat mereka dapat belajar untuk percaya bahwa perilaku seperti dapat diterima. Bahkan
jika orang tua menghukum dengan kekerasan maka anak-anak akan mencontoh perilaku kekerasan. Jadi, anak-anak lebih cenderung
19
memperhatikan apa yang orang tua lakukan daripada apa yang mereka katakan Siegel Brandon, 2011.
Dalam perspektif teori kognitif pola perilaku kenakalan, kejahatan berubah dari waktu ke waktu tergantung kekuatan penalaran mereka.
Kenakalan berkaitan dengan penalaran individu sebagai proses memengaruhi perilaku. Menurut Kohlberg 1969, dalam Siegel Brandon,
2011 dalam kaitan dengan persoalan kenakalan, pelaku yang cenderung nakal memiliki orientasi moral yang berbeda dari mereka yang mematuhi
aturan yang berlaku. Mayoritas pelaku kenakalan terungkap mereka memiliki penghormatan yang rendah terhadap hukum serta mementingkan
diri sendiri. Penelitiannya telah menemukan bahwa sejumlah besar remaja, pemuda yang berperilaku nakal memiliki penalaran moral yang rendah
dan sebaliknya, yang berdampak dengan munculnya lebih banyak bentuk kenakalan dalam lingkaran yang tidak pernah berakhir
Siegel Brandon, 2011.
Dalam tulisan ini penulis berlandas pada perspektif pembelajaran sosial
yang melihat
kecenderungan kenakalan
sebagai bentuk
pembelajaran melalui hubungan dekat dengan orang lain. Menurut Bandura 1963, dalam Siegel Brandon, 2011 kenakalan sebagai hasil
interaksi faktor dalam diri kognitif dan lingkungan, juga merupakan hasil dari hubungan yang terganggu dengan orang tua. Dengan tidak adanya
kontrol maka anak mungkin mengungkapkan dengan perilaku yang tidak dapat diterima, seperti perilaku nakal.
Sejalan teori di atas, Jensen 1985, dalam Sarwono, 2007 menguraikan kenakalan remaja berkaitan dengan keadaan lingkungan baik
keluarga dan masyarakat juga oleh keadaan pribadi dari seseorang. Faktor
20
lingkungan keluarga, masyarakat dan keadaan pribadi seseorang memberi pengaruh pada terjadinya perilaku nakal. Remaja dapat belajar nilai-nilai
menyimpang dari orang tua, saudara, bahkan teman-teman. Dari
lingkungan dan keadaan pribadi seseorang sangat memungkinkan remaja untuk cenderung melakukan kenakalan yang dapat menimbulkan korban
fisik, materi, kenakalan sosial maupun kenakalan yang melawan status sebagai remaja.
Bandura mengungkapkan bahwa perilaku seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri dan lingkungan sehingga dapat disimpulkan
kecenderungan berperilaku nakal merupakan hasil interaksi dari faktor dalam diri kecerdasan emosional dan lingkungan keluarga.
2.1.3 Bentuk Kenakalan Remaja