20
lingkungan keluarga, masyarakat dan keadaan pribadi seseorang memberi pengaruh pada terjadinya perilaku nakal. Remaja dapat belajar nilai-nilai
menyimpang dari orang tua, saudara, bahkan teman-teman. Dari
lingkungan dan keadaan pribadi seseorang sangat memungkinkan remaja untuk cenderung melakukan kenakalan yang dapat menimbulkan korban
fisik, materi, kenakalan sosial maupun kenakalan yang melawan status sebagai remaja.
Bandura mengungkapkan bahwa perilaku seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri dan lingkungan sehingga dapat disimpulkan
kecenderungan berperilaku nakal merupakan hasil interaksi dari faktor dalam diri kecerdasan emosional dan lingkungan keluarga.
2.1.3 Bentuk Kenakalan Remaja
Pada umumnya remaja bersifat pendek pikir, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis dan cendrung menceburkan
diri dalam perbuatan yang beresiko. Pembagian bentuk kenakalan remaja ini berdasarkan ciri kepribadian Kartono, 2012, sebagai berikut:
1. Kenakalan Terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen dan merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka
tidak mengalami gangguan psikologis. Perbuatan kejahatan yang dilakukan disebabkan atau didorong oleh faktor-faktor berikut: 1
Keinginan meniru, ingin konform dengan norma gangnya. 2 Mereka kebanyakan berasal dari daerah yang transisional sifatnya yang memiliki
subkultural kriminal. Sejak kecil melihat adanya gang-gang kriminal
21
sampai pada suatu saat menjadi anggota salah satu gang kelompok tersebut dan merasa diterima, mendapat kedudukan, pengakuan, status
sosial dan prestise tertentu. 3 Berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. 4 Mereka
mengadopsi etik dan kebiasaan gang yang dipakai sebagai saran untuk meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya adalah penting, cukup “menonjol”
dan berarti 5 Mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervise dan latihan disiplin yang teratur. Sehingga anak
tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, kenakalan terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan
dari lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekularitas dari dan di dalam kelompok gangnya. Namun, pada usia dewasa, mayoritas remaja
tipe ini meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Sekitar 60 menghentikan perbuatan mereka pada usia 21-23 tahun.
2. Kenakalan Neurotik
Pada umumnya anak-anak di tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak
aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa dan lain-lain. Ciri tingkah laku mereka antara lain: 1 Tingkah
laku kenakalannya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam. 2 Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik
batin yang belum terselesaikan. Sehingga tindak kejahatan mereka merupakan alat-pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan
batinnya yang jelas tidak terpikulkan oleh egonya.3 Biasanya, anak remaja tipe ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempraktekkan
jenis kejahatan. 4 Anak dengan kenakalan neurotik banyak yang berasal
22
dari kelas ekonomi menengah. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalamu banyak ketegangan emosional yang parah dan orang tuanya
biasanya juga neurotik atau psikotik. 5 Anak memiliki ego yang lemah dan ada kecendrungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa
atau remaja lainnya. 6 Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. Misalnya para penyundut api pyromania, suka membakar didorong oleh
nafsu ekshibisionistis, anak-anak yang suka membokar melakukan pembokaran didorong oleh keinginan melepaskan nafsu seks dan lain-lain.
7 Perilaku yang memperlihatkan kualitas komplusif. Anak-anak dan orang muda yang tukang bakar, para peledak dinamit dan bom waktu,
penjahat seks dan pecandu narkotik ada dalam tipe neurotic ini. Mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan
umur tua. 3.
Kenakalan Psikopatik
Kenakalan psikopatik ini sedikit jumlahnya tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan mereka merupakan oknum
kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah 1 Hampir seluruhnya berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang ekstrim, brutal diliputi banyak pertikaian keluarga, disiplin keras namun tidak konsisten dan selalu menyianyiakan anak-anaknya. Tidak
sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim-piatu. Dalam lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang dan
relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi. Mereka tidak mampu
menjalin relasi emosional yang akrab atau baik dengan orang lain. 2 Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, ketika melakukan
pelanggaran. 3 Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana
23
hatinya yang tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsive. Biasanya mereka berulang kali masuk penjara. 4
Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma- norma sosial yang umumnya berlaku. Juga tidak peduli norma subkultur
gangnya sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri-ciri:
tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral; dia selalu berkonflik dengan norma
sosial dan hukum. Selalu anti sosial, eksentrik kegila-gilaan dan tidak memiliki kesadaran sosial dan intelegensi sosial. Mereka sangat egoistis,
fanatik, dan selalu menentang apa dan siapapun juga juga. Sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas, buas terhadap siapapun tanpa sebab.
Kata-katanya menyakiti hati orang lain, perbuatannya sering ganas dan sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa motif apapun.
4. Kenakalan Defek Moral