50
antar anggota keluarga dengan tidak bersikeras terhadap pandangan pribadi.
c. Kurangnya konflik
Kurang adanya konflik merupakan salah satu faktor penting untuk mempertahanan keluarga yang harmonis.
d. Waktu keluarga
Waktu berkumpul bersama keluarga menjadi penting dalam menciptakan keluarga yang harmonis
Berdasarkan uraian di atas, penulis memakai aspek-aspek keharmonisan keluarga DeFrain dan Stinnett 2002, dalam Coombs, 2005
meliputi adanya apresiasi dan kasih sayang appreciation and affection, komitmen commitment, adanya komunikasi yang positif positive
communication, mempunyai waktu bersama keluarga enjoyable time together, kesejahteraan spiritual dalam keluarga spiritual well-being,
dan adanya kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis succesful management of strees and crisis. Pemilihan aspek ini dengan asumsi
bahwa keenam aspek ini telah mencakup keseluruhan fungsi di dalam keluarga.
2.3.3 Kaitan Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan
Kenakalan remaja
Keharmonisan keluarga merupakan suatu situasi lingkungan diantara anggotanya didasari pada cinta kasih sehingga tercipta kehidupan
yang seimbang fisik, mental, emosional dan spiritual yang memungkinkan seluruh anggota keluarga menjalankan perannya dan anak
dapat untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Gunarsa
51
1995 keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan
menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya eksistensi, aktualisasi diri yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial.
Fungsi keluarga tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, juga merupakan sumber pendidikan utama. Selain itu juga merupakan
produsen dan konsumen dalam mempersiapkan, menyediakan segala kebutuhan dan seluruh anggota keluarga saling membutuhkan satu sama lain
Gunarsa, 2003. Menurut Dodson 1990, dalam Maria, 2007 keluarga yang sehat
adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap individu menghargai perubahan yang terjadi akibat perkembangan kedewasaan dan
mengajarkan kemampuan berinteraksi kepada anggota keluarga terutama remaja. Dalam keluarga harmonis, seluruh anggota keluarga merasa
dicintai, dan mencintai, merasa terpenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya, saling menghargai dan mengembangkan sistem interaksi
yang memungkinkan setiap anggota menggunakan seluruh potensinya. Dalam kaitan dengan kenakalan remaja, penelitian di Indonesia
membuktikan bahwa kenakalan remaja sangat terkait dengan hubungan yang tidak baik antara orang tua dan anak atau apa yang dilihatnya di
rumah, sekolah dan di kalangan teman Retnowati, 1983; Sarifuddin, 1982 dalam Sarwono, 1999.
Dalam suatu penelitian Maria, 2007 keluarga mempunyai peran dalam membentuk kepribadian seorang remaja. Dalam keluarga yang
sehat dan harmonis, anak akan mendapatkan latihan-latihan dasar dalam mengembangkan sikap sosial yang baik dan perilaku yang terkontrol.
Selain itu anak juga memperoleh pengertian tentang hak, kewajiban,
52
tanggung jawab serta belajar bekerja sama dan berbagi dengan orang lain. Dengan kata lain seorang anak dalam keluarga yang diwarnai dengan
kehangatan dan keakraban keluarga harmonis akan terbentuk asas hidup kelompok yang baik sebagai landasan hidupnya di masyarakat nantinya.
Lingkungan keluarga yang kurang harmonis sering kali dianggap memberikan kontribusi terhadap munculnya kecenderungan kenakalan
pada remaja, karena remaja yang dibesarkan oleh keluarga yang tidak harmonis akan mempersepsi rumahnya sebagai tempat yang tidak
menyenangkan. Dengan menghadirkan enam aspek keharmonisan keluarga
DeFrain dan Stinnett, 2002 dalam Coombs, 2005 yakni adanya apresiasi dan kasih sayang, komunikasi yang positif, waktu bersama keluarga,
kesejahteraan spiritual dan kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis dalam keluarga memungkinkan remaja bertumbuh secara optimal ke arah
positif dalam segala aspek sehingga akan menekan munculnya kecenderungan kenakalan.
53
2.4 PENELITIAN SEBELUMNYA