Pengertian Keharmonisan Keluarga KEHARMONISAN KELUARGA

44

2.3 KEHARMONISAN KELUARGA

2.3.1 Pengertian Keharmonisan Keluarga

Penelitian tentang keluarga telah dimulai sejak lama. DeFrain dan Asay 2007 menguraikan bahwa sejak dulu penelitian tentang keluarga focus terutama hanya pada masalah kelemahan dari keluarga atau individu dalam keluarga. Penelitian awal pada kekuatan keluarga dimulai pada tahun 1930-an pada 250 keluarga. Pada tahun 1960-an diikuti oleh Otto pada keluarga dan kekuatan keluarga. Sekitar awal 1970-an penelitian tentang keluarga mendapatkan momentum ketika Nick Stinnet memulai karyanya di Oklahoma State University tahun 1974 dan di University of Nebraska pada tahun 1977. Stinnett, DeFrain dan banyak rekan yang lain kemudian menerbitkan serangkaian artikel dan buku tentang keluarga. Konferensi keluarga kemudian dimulai tahun 1978 dan terbukti menjadi katalis untuk penelitian selanjutnya tentang kekuatan keluarga. Selama tiga dekade terakhir para peneliti di University of Nebraska-Lincoln dipimpin oleh John DeFrain, University of Alabama- Tuscaloosa dipimpin oleh Nick Stinnett, University of Mirinesota-St. Paulus dipimpin oleh David H. Olson, ditambah afiliasi lembaga di Amerika Serikat dan di seluruh dunia telah mempelajari keluarga dari perspektif kekuatan dasar families from a strengths-based perspective. Kesamaan yang ditemukan di antara penelitian keluarga secara global yang menunjukkan kualitas yang menggambarkan karakteristik dari keluarga yang kuat. Bagian pertama fokus pada tiga wilayah di dunia dan masing- masing negara diwakili dalam masing-masing daerah: Afrika Afrika Selatan, Botswana, Kenya, Somalia; Timur Tengah Israel, Oman.; dan 45 Asia China, India, Korea. Bagian kedua akan fokus pada keluarga dari Oceania Australia Selandia Baru Amerika Utara Kanada, Amerika Serikat: Amerika Latin Meksiko, Brasil dan Eropa Rusia, Yunani, Rumania. Hasilnya kekuatan keluarga dari budaya ke budaya sangat mirip. Kekuatan keluarga itu kadang-kadang disajikan dalam cara yang kreatif yang dijiwai dalam budaya. Sebagai contoh, karena popularitas olahraga di Selandia Baru, maka metafora olahraga menggambarkan sikap keluarga Selandia Baru yang bersolidaritas dan memiliki ketahanan yang cukup baik. Dalam sebuah studi pendahuluan, kekuatan keluarga Selandia Baru menemukan bahwa rasa menjadi tim terinspirasi pada tanggapan positif terhadap tekanan. Keluarga secara konsisten berbicara sebagai sebuah tim, yang bersama-sama, satu orang dengan kekuatan dan kelemahan dan masing-masing memiliki bagian untuk bermain. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga adalah lingkungan sosial yang paling intim dan merupakan tempat memulai proses penting bagi anak-anak. Menurut Mace 1985, dalam Defrain Stinnet, 2003 keluarga harmonis adalah kualitas- kualitas hubungan yang berkontribusi terhadap kesehatan emosional dan kesejahteraan keluarga. Keluarga yang mendefinisikan diri mereka sebagai 46 keluarga harmonis umumnya mengatakan bahwa mereka saling mencintai, menemukan kehidupan bersama memuaskan, dan hidup dalam kebahagiaan dan keharmonisan satu sama lain. Keluarga yang sehat, harmonis dapat menjadi sumber daya berharga untuk bertahan dalam kesulitan hidup. Di sisi lain, hubungan yang tidak sehat atau disfungsional dapat menciptakan masalah serius yang dapat bertahan dari satu generasi ke generasi berikutnya DeFrain Asay, 2007. Menurut Defrain dan Stinnet 2003 dalam Coombs, 2005 keharmonisan keluarga didasari oleh hubungan emosional yang positif antara anggota keluarga, sehingga tercipta rasa nyaman antara satu dengan yang lainnya dan terjaminnya kesejahteraan tiap anggota keluarga. Diantara anggota keluarga tercipta apresiasi dan kasih sayang, komitmen, komunikasi yang positif, mempunyai waktu bersama dalam keluarga, tercipta kesejahteraan spiritual dan memiliki kemampuan untuk mengatasi krisis di dalam keluarga. Manurut Lam, Fielding, Mcdowell, Johston, Chan, Leung dan Lam 2012 keharmonisan keluarga merupakan situasi di mana antar anggota keluarga hidup bahagia adanya sikap saling peduli, menghormati, saling mendukung dan kurangnya konflik yang terjadi. Menurut Gunarsa 1995 keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan dirinya eksistensi, aktualisasi diri yang meliputi aspek fisik, mental dan sosial. Fungsi keluarga tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, selain itu juga merupakan produsen dan konsumen dalam mempersiapkan, menyediakan segala 47 kebutuhan dan seluruh anggota keluarga saling membutuhkan satu sama lain Gunarsa, 2003. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan keharmonisan keluarga adalah suatu lingkungan yang diantara anggotanya tercipta apresiasi dan kasih sayang, komitmen, komunikasi yang positif, mempunyai waktu bersama dalam keluarga, tercipta kesejahteraan spiritual dan memiliki kemampuan untuk mengatasi krisis di dalam keluarga sehingga tercipta kehidupan yang memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara seimbang. 2.3.2 Aspek-aspek Keharmonisan Keluarga Enam aspek keharmonisan keluarga DeFrain Stinnett, 2002 dalam Coombs, 2005: a. Adanya apresiasi dan kasih sayang Appreciation and affection Keluarga yang harmonis memiliki rasa peduli satu sama lain, dan terbuka dengan membiarkan anggota keluarga yang lain mengetahui perasaan mereka. Mereka tidak ragu-ragu untuk mengekspresikan rasa cinta atau kasih mereka kepada anggota keluarga lainnya baik secara verbal maupun non verbal. b. Komitmen Commitment Keluarga yang harmonis umumnya berkomitmen bahwa keluarga adalah yang utama. Pekerjaan maupun unsur-unsur lain dari kehidupan tidak akan mengambil waktu terlalu banyak. Anggota keluarga berdedikasirela berkorban satu sama lainnya, memberikan waktu dan energi dalam kegiatan keluarga. 48 c. Komunikasi yang positif Positive communication Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik, mereka dapat mengidentifikasi kesulitan, dan menemukan solusi yang efektif untuk semua anggota keluarga. Keluarga yang harmonis biasanya menghabiskan waktu untuk berbicara dan saling mendengarkan satu sama lain. d. Mempunyai waktu bersama keluarga Enjoyable time together Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan liburan keluarga, mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya. e. Kesejahteraan spiritual Spiritual well-being Orang-orang dalam keluarga harmonis menggambarkan spiritualitas dalam berbagai cara, beberapa berbicara tentang keimanan terhadap Tuhan, harapan atau rasa optimisme dalam hidup, beberapa yang lain mengungkapkan spiritualitas dalam hal nilai-nilai etis dan komitmen. Keluarga yang harmonis juga ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Landasan utama dalam kehidupan keluarga berdasarkan ajaran agama adalah kasih sayang, cinta-mencintai dan kasih-mengasihi. f. Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis Succesful management of strees and crisis Sebagian besar masalah di dunia ini dimulai atau berakhir di keluarga. Kadang-kadang keluarga atau anggota keluarga secara tidak sengaja 49 menciptakan masalah dalam keluarga, dan kadang-kadang dunia menciptakan masalah bagi keluarga, dan hampir selalu keluarga akan terjebak dengan masalah tidak peduli apa penyebabnya. Dalam keluarga yang harmonis, anggota keluarga memiliki kemampuan untuk mengelola dengan baik stres yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kesulitan atau krisis yang terjadi dalam kehidupan secara kreatif dan efektif. Mereka tahu bagaimana mencegah masalah sebelum terjadi, dan bagaimana bekerja sama untuk menghadapi tantangan dalam hidup. Lam et al., 2012 mengkatagorikan keharmonisan keluarga dalam empat aspek: a. Komunikasi Adanya kesempatan dan keinginan untuk berhubungan atau berkomunikasi antar anggota keluarga dan bersikap secara proaktif dalam berkomunikasi satu sama lain. Adanya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Juga adanya keinginan untuk saling mengerti, memahami meski terdapat perbedaan generasi antar anak dan orang tua, orang tua berusaha mengerti situsi anak begitu juga sebaliknya yang harus dilakukan oleh anak. b. Sikap saling menghormati Sikap saling menghormati dianggap sebagai salah sau faktor paling penting untuk terwujudnya keluarga yang harmonis. Hal ini tercipta oleh adanya sikap saling menghormati dengan nilai-nilai atau ketetapan yang di sepakati bersama. Mampu menyelesaikan perselisihan atau konflik yang terjadi sampai situasi tenang atau kembali seperti semula juga diperlukan dalam terwujudnya keluarga yang harmonis. Dalam keluarga yang harmonis, adanya tenggang rasa 50 antar anggota keluarga dengan tidak bersikeras terhadap pandangan pribadi. c. Kurangnya konflik Kurang adanya konflik merupakan salah satu faktor penting untuk mempertahanan keluarga yang harmonis. d. Waktu keluarga Waktu berkumpul bersama keluarga menjadi penting dalam menciptakan keluarga yang harmonis Berdasarkan uraian di atas, penulis memakai aspek-aspek keharmonisan keluarga DeFrain dan Stinnett 2002, dalam Coombs, 2005 meliputi adanya apresiasi dan kasih sayang appreciation and affection, komitmen commitment, adanya komunikasi yang positif positive communication, mempunyai waktu bersama keluarga enjoyable time together, kesejahteraan spiritual dalam keluarga spiritual well-being, dan adanya kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis succesful management of strees and crisis. Pemilihan aspek ini dengan asumsi bahwa keenam aspek ini telah mencakup keseluruhan fungsi di dalam keluarga.

2.3.3 Kaitan Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Siswa SMP Negeri 13 Ambon T2 832013009 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Siswa SMP Negeri 13 Ambon T2 832013009 BAB IV

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Siswa SMP Negeri 13 Ambon T2 832013009 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Siswa SMP Negeri 13 Ambon

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Keharmonisan Keluarga terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Siswa SMP Negeri 13 Ambon

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Geyer Kabupaten Grobogan

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Geyer Kabupaten Grobogan T1 132007701 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Geyer Kabupaten Grobogan T1 132007701 BAB II

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Geyer Kabupaten Grobogan

0 0 50

PERAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DAN KONSEP DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

0 0 103