Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa manajemen teknik belum berfungsi secara maksimal. Mengingat minimnya jumlah
SDM dan teknologi yang digunakan pada bagian teknik ini. Hal ini akan sangat merpengaruhi kualitas sebuah tayangan, baik dari segi
pengambilan gambar, pencahayaan, kualitas gambar dan suara yang dihasilkan. Semua ini tentu saja berkaitan dengan minimnya anggaran
yang tersedia sebagai televisi lokal seperti PadangTV dalam melakukan siaran layaknya televisi lainnya di Indonesia. Pada akhirnya, kesan jadul,
tua dan tidak menarik sering melekat pada televisi lokal yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, PadangTV tetap berusaha keluar dari
semua kesan-kesan tersebut, dengan masyarakat yang membutuhkan tontonan budaya-budaya lokal yang memang perlu dikonsumsi
masyarakat Sumatara Barat.
5.1.6 Kebijakan Institusi PadangTV
Melihat pentingnya kebijakan media stasiun penyiaran televisi lokal, maka hak-hak warga atas media sangat bergantung pada sifat
media tersebut. Walaupun begitu, ranah publik sebenarnya terbuka untuk keterlibatan publik yang aktif dalam menentukan informasi tanpa
dipengaruhi oleh kepemilikan media yang menentukan informasi untuk masyarakat. Karena hak-hak masyarakat lokal atas media penyiaran
televisi lokal bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan, namun justru diperjuangkan karena media ini sudah menjadi pilar ke 4 bagi
masyarakat yang memegang peranan penting atau vital dalam upaya mematangkan
masyarakat ditengah
sistem demokrasi.
Carlyle,1840:392; schultz,1998:49
dalam http:studycommunication.wordpress.com20121013dasarproduksi
programming tv.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, kebijakan dari institusi media harus selalu berkenaan dengan kepentingan orang banyak dan kebaikan bersama,
yang selalu berada diranah publik. Dengan cara ini, peran kebijakan yang baik adalah untuk menjaga kepentingan publik. Kebijakan media perlu
meletakkan dan memperlakukan industri media dalam sektor khusus dengan pertimbangan bahwa industri ini mempergunakan sumber daya
milik publik sehingga tidak seharusnya diberi kebebasan untuk memanfaatkan demi kepentingan pribadi. Meskipun UU Penyiaran
No.32 tahun 2002 telah memuat sejumlah batasan pada pasal 18 dan melarang kepemilikan silang, namun peraturan pemerintah No.50 tahun
2005 gagal mendukung kebijakan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, ketika pertama
kali masuk ke Gedung Graha Pena di Padang yang merupakan kantor dari stasiun PadangTV. Lantai satu, merupakan ruang kantor dari surat
kabar Padang Ekspress, pada lantai 2 merupakan ruang kantor dari stasiun PadangTV dan lantai 3 merupakan ruang kantor dari surat kabar
PosMetro Padang sedangkan Lantai 4 adalah gudang. Peneliti mewawancarai informan yaitu Bang Dasrul yang mengatakan bahwa
stasiun Padang TV bekerjasama dengan PosMetro Padang dan Padang Ekspress dalam program acara di stasiun PadangTV yaitu pada program
acara “Koran Esok” yang mengupas materi pemberitaan yang akan ditampilkan pada dua media lokal yang ada di Padang. Dua surat kabar
tersebut merupakan kepemilikan dari Bapak Dahlan Iskan dan ini merupakan adanya kepemilikan silang dari dua instansi media tersebut.
Karena bisa saja, berita yang akan ditampilkan disurat kabar sangat mempengaruhi isi dari siaran program di televisi lokal ini.
Mengenai kebijakan media belum banyak dipelajari. Hal ini mungkin karena kebijakan media bersifat tidak tetap dan terus
Universitas Sumatera Utara
mengalami perubahan, baik dalam level empiris ataupun teoritis. Lebih lanjut, karena kebijakan media berperan penting dalam menjamin
karakter publik dari media, maka kebijakan media ini harus terbuka terhadap pengawasan publik. Berkenaan dengan organisasi entitas media,
termasuk pendanannya. Saat ini mempertahankan entitas media agar sepenuhnya diorganisir dan berada dibawah pembiayaan publik
nampaknya mustahil. Media swasta telah menjadi pemain utama, meski demikian menyerahkan media hanya kepada sektor privat yang
merupakan sesuatu yang naif. Disinilah kebijakan media harus dibentuk, demi menjamin bahwa media publik masih tetap ada sebagai pemelihara
publik dan menyuarakan kepentingan publik. Kebijakan juga seharusnya mencakup tata peraturan atas kepemilikan media dan pada gilirannya
meliputi kontrol dan pengaturan lisensi. Dalam prakteknya, kepemilikan media selalu berarti kontrol terhadap konten yang didistribusikan kepada
publik dan infrastruktur dimana konten itu dapat diakses masyarakat. Konten media penyiaran tersebut akan selalu terbuka untuk diawasi oleh
publik, dan aksebilitas publik terhadap infrastruktur media dibuat seterbuka
mungkin. http:kolomkata.orgebookindonesian
cipg- kebijakan-media.pdf
Universitas Sumatera Utara
5.2 MANAJEMEN PADANGTV DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA DENGAN TELEVISI LOKAL LAIN