Australia, misalnya, Program televisi Australia didefinisikan sebagai sebuah program yang diproduksi di bawah kontrol kreatif Australia.
2.3 Regulasi Penyiaran
Ada 3 hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent. Pertama, dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari penyusunan
regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicaran freedom of speech,
yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi dari pemerintah.
Keterbatasan frekuensi, merupakan salah satu hal yang mengindikasikan urgensi pengaturan penyiaran. Tanpa regulasi, maka interferensi signal nicaya terjadi.
Dan, ketika itu aspek dasar komunikasi tidak tercapai. Sebagai ilustrasi sederhana dapat digambarkan bahwa jika pada saat yang bersamaan terdapat dua
orang atau lebih berbicara, maka proses komunikasi pasti mengalami kegagalan. Regulasi akan menentukan siapa yang berhak “menyiarkan” dan siapa yang
tidak. Dalam konteks demikian regulasi berperan sebagai mekanisme kontrol control mechanism
dalam Mufid 2005: 68.
2.3.1 Model Regulasi Penyiaran
Dalam hubungannya dengan model kepemerintahan suatu negara, Leen d‟Haenens 2000 dalam Mufid,2005:70-73, membagi model regulasi penyiaran
menjadi 5, yaitu:
1. Model Otoriter
Tujuan dalam model ini lebih sebagai upaya menjadikan penyiaran sebagai alat negara. Televisi sedemikian rupa diarahkan untuk mendukung
kebijakan pemerintah dan melestarikan kekuasaan. Ciri khas dalam model ini adalah kuatnya lembaga sensor terutama yang menyangkut perbedaan.
Hal ini sebagai konsekuensi keberbedaan yang dipandang sebagai sesuatu yang tak berguna wasteful dan cenderung tidak bertanggungjawab karena
kadang kala bersifat subversif. Sebaliknya, konsensus dan standardisasi
Universitas Sumatera Utara
dilihat sebagai tujuan dari komunikasi massa. Dunia penyiaran selama orde baru praktis berada pada kondisi seperti ini.
2. Model Komunis
Walau merupakan subkategori dari model otoriter, namun dalam model komunis, penyiaran memiliki semacam tritunggal fungsi, yaitu propaganda,
agitasi, dan organisasi. Aspek lain yang membedakan model ini dari model otoriter adalah dilarangnya kepemilikan swasta, karena media dalam model
ini dilihat sebagai milik kelas pekerja biasanya terlembagakan dalam partai komunis, dan media merupakan sarana sosialisasi, edukasi, informasi,
motivasi dan mobilisasi.
3. Model Barat-Paternalistik
Sistem penyiaran ini banyak diterapkan oleh negara-negara Eropa Barat semisal inggris. Disebut “Paternalistik”, karena sifatnya yang top-down,
dimana kebijakan media bukan apa yang audien inginkan tapi lebih sebagai keyakinan penguasa bahwa kebijakan yang dibuat memang dibutuhkan dan
diinginkan oleh rakyat. Dalam model ini, penyiaran juga memiliki “tugas” untuk melekatkan fungsi-fungsi sosial individu atas lingkungan sosialnya.
4. Model Barat-Liberal
Secara umum sama dengan model Barat-paternalistik, hanya berbeda dalam fungsi media komersialnya. Disamping sebagai penyedia informasi dan
hiburan, media juga memiliki fungsi “mengembangkan hubungan yang penting dengan aspek-aspek lain yang mendukung indepedensi ekonomi dan
keua ngan”.
5. Demokratis-Participan Model