Maksim Pujian Prinsip Kesantunan Berbahasa

sebagai penderma dihilangkan: “apakah masih ada X?”. Meskipun demikian, maksim kedermawanan tetap dihipotesiskan bahwa tidak sekuat maksim kearifan. Hal ini ditunjang oleh pengamatan bahwa ilokusi impositif dapat diperlembut dengan dibuat lebih sopan dengan menghilangkan acuan pada kerugian lawan tutur.

c. Maksim Pujian

Gagasan dasar maksim pujian berupa kecamlah orang lain sedikit mungkin dan pujilah orang lain sebanyak mungkin. Kedua poin ini disebut segi positif dan negatif. Segi positif yaitu pujilah orang lain sebanyak mungkin. Segi yang kedua, segi negatif yaitu kecamlah orang lain sedikit mungkin, Pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu, jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama mengenai lawan tutur. Leech Terjemahan Oka, 1993: 207 Maksim pujian memang mengharuskan penutur untuk mengurangi celaan terhadap lawan tutur dan sebaliknya memperbanyak pujian terhadapnya. Maksim ini mempunyai nama lain yang kurang baik, yakni, ”maksim rayuan”. Namun, istilah ”rayuan” biasanya hanya digunakan untuk sebuah pujian yang tidak tulus. Menurut maksim pujian, sebuah pujian seperti what a marvellous meal you cooked ‟Enak sekali masakanmu‟ sangat dihargai, sedangkan ucapan seperti What an awful meal you cooked ‟Tidak enak sekali masakanmu‟ tidak akan dihargai. Oleh karena itu, ujaran yang mengandung celaan bertentangan dengan maksim ini. Perhatikan contoh berikut ini. 26 A Mahasiswi : Maaf, aku pinjam pekerjaan rumahnya. Aku tidak bisa mengerjakan tugas ini sendiri B Mahasiswa : Tolol.... Ini, cepat kembalikan Rahardi, 2005: 63 Penutur yang mengejek dengan sebutan “tolol” tersebut dikatakan tidak sopan. Dikatakan demikian karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Karena merupakan perbuatan tidak baik, perbuatan itu harus dihindari dalam kegiatan berbahasa. Rahardi 2005: 62-63 menyebutkan maksim pujian dengan nama maksim penghargaan. Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, para peserta diharapkan agar pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.

d. Maksim Kerendahhatian