Maksim Kesimpatian Prinsip Kesantunan Berbahasa

36 A: Pamerannya menarik, bukan? B: Tidak, pamerannya sangat tidak menarik. 37 A: Sebuah referendum akan memuaskan semua orang B: Ya, pasti 38 A: Bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari B: Betul, tetapi tata bahasanya cukup mudah 39 A: Buku ini ditulis dengan sangat baik B: Ya, secara keseluruhan memang baik, tetapi saya rasa ada beberapa bagian yang membosankan. Leech, terjemahan Oka, 1993: 217-218 Tuturan 38 dan 39 memperlihatkan bahwa ketaksepakatan sebagian sering lebih disukai daripada ketaksepakatan sepenuhnya. Pelaku yang menaati maksim kesepakatan akan dianggap seorang yang santun dan selalu memperhatikan terhadap topik yang dibicarakan. Perhatikan contoh lain berikut ini. 40 A: Baju itu bagus, ya? B: Iya, bagus 41 A: Baju itu bagus, ya? B: Tidak, biasa saja Aturan dalam maksim kesepakatan sebaiknya B dalam 41 tidak menjawab demikian karena hal ini berarti ia memperbesar ketidaksetujuan pendapatnya dengan lawan tutur, yakni A. Seharusnya B menjawab dengan “Ya, bagus”, atau ‟Ya, tetapi warnanya terlalu mencolok‟, misalnya. Dengan demikian, ia sudah memperkecil ketidaksetujuan antara dirinya dengan lawan tutur.

f. Maksim Kesimpatian

Wijana 2002: 106-107 menyatakan bahwa memberi ucapan selamat kepada seseorang yang sedang atau baru saja mendapatkan kebahagiaan dan memberi ucapan belasungkawa atau rasa simpati kepada seseorang yang ditimpa musibah juga merupakan cara penutur memelihara hubungan dengan lawan tuturnya. Bila terjadi hal sebaliknya yakni pemaksimalan perasaan antipati dan peminimalan perasaan simpati akan terjadi ketidakharmonisan sehingga menyimpangkan maksim kesimpatian ini. Maksim kesimpatian mempunyai dua segi, yaitu segi positif mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memperbesar rasa simpati dan segi negatif memperkecil rasa antipati kepada lawan tuturnya Leech, Terjemahan Oka, 1993: 207. Maksim kesimpatian mengharapkan agar peserta tutur dapat memperbesar sikap simpati antara pihak yang satu dengan yang lainnya, sikap antipati terhadap salah seorang lawan tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sinis, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat Rahardi, 2005: 65 Maksim kesimpatian diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif Wijana, 1996: 60. Menurut Leech Terjemahan Oka, 1993: 327, tuturan ekspresif mempunyai fungsi untuk mengungkapkan sikap psikologis sang penutur menuju suatu pernyataan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya, minta maaf, merasa ikut bersimpati, mengucapkan selamat, memaafkan, dan mengucapkan terimakasih. Adapun tuturan asertif terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, membual, mengeluh, mengeluarkan pendapat dan melaporkan. Perhatikan contoh tuturan berikut. 42 Saya sangat menyesal mendengar bahwa kucingmu mati. Ucapan ini sopan bila dibandingkan dengan “saya sangat gembira mendengar bahwa kucingmu mati”, namun tetap terasa lebih menyenangkan didengar tuturan yang tidak menyebut proposional X dalam ucapan belasungkawa seperti berikut ini. 43 Saya sangat menyesal mendengar tentang kucingmu Dapat dilihat bahwa kekuasaan maksim kesimpatian sangat besar karena tanpa informasi lebih lanjut penutur dapat menafsirkan bahwa 43 adalah suatu ucapan belasungkawa ucapan yang mengungkapkan rasa simpati penutur atas suatu kemalangan dan 44 adalah ucapan selamat Leech, terjemahan Oka, 1993: 219. 44 Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu. Artinya, penutur berasumsi bahwa kejadian yang disinggung dalam 43 adalah sebuah kemalangan misalnya, kematian, sedangkan yang disinggungdalam 44 adalah suatu yang menyenangkan misalnya, mendapatkan hadiah berupa kucing Leech, terjemahan Oka, 1993: 219. Maksim kesimpatian mengharuskan penutur untuk memperbesar rasa simpati terhadap lawan tutur dan sebaliknya memperkecil antipati terhadap lawan tutur. Misalnya, penutur tentu tidak akan berkata kepada lawan tutur „Aku senang kamu tidak lulus ujian‟, tetapi penutur akan berkata „Aku ikut prihatin mendengar kamu tidak dapat mengambil pelajaran berikutnya‟. Jawaban ini lebih santun karena penutur merasa prihatin akan kerugian lawan tutur. Dari apa yang terurai di atas dapat diketahui bahwa maksim kearifan, maksim penerimaan, maksim kemurahan dan maksim kerendahhatian adalah maksim yang berskala dua kutub bipolar scale maxim karena berhubungan dengan keuntungan atau kerugian diri sendiri dan orang lain. Sementara itu, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian bersakala satu kutub unipolar scale maxim karena berhubungan dengan penilaian buruk baik penutur terhadap dirinya sendiri atau orang lain Wijana, 2010: 58

2. Skala Kesantunan Leech