26 A Mahasiswi : Maaf, aku pinjam pekerjaan rumahnya. Aku tidak bisa mengerjakan tugas ini sendiri
B Mahasiswa : Tolol.... Ini, cepat kembalikan Rahardi, 2005: 63
Penutur yang mengejek dengan sebutan “tolol” tersebut dikatakan tidak sopan. Dikatakan demikian karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak
menghargai orang lain. Karena merupakan perbuatan tidak baik, perbuatan itu harus dihindari dalam kegiatan berbahasa.
Rahardi 2005: 62-63 menyebutkan maksim pujian dengan nama maksim penghargaan. Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan
dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, para peserta diharapkan agar pertuturan
tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.
d. Maksim Kerendahhatian
Maksim kerendahhatian diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Maksim kerendahhatian menuntut setiap penutur untuk
memperbesar ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memperkecil rasa hormat pada diri sendiri Wijana, 2010: 58.
Maksim kerendahan harti mempunyai dua segi, yaitu segi negatif pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan segi positif kecamlah diri sendiri sebanyak
mungkin. Maksim pujian berpusat pada orang lain, sedangkan maksim kerendahhatian berpusat pada diri sendiri Leech, terjemahan Oka, 1993:207.
Wijana 2002: 101-102 menyatakan bahwa untuk menjaga atau mempertahankan hubungan baik dengan lawan tuturnya, penutur selayaknya
pandai menempatkan diri baik dalam perilaku maupun tutur katanya. Seorang
yang tahu sopan santun biasanya tidak mengagungkan kemampuan yang dimilikinya. Mengagung-agungkan atau menonjolkan kemampuan, prestasi, atau
harta milik, dsb., bila tidak dianggap perlu di depan lawan tutur identik dengan kesombongan yang tentu saja bertentangan dengan prinsip kesantunan yang harus
ditaati.
Pada maksim kerendahhatian, penutur diharapkan untuk mengurangi pujian kepada diri sendiri dan bersikap merendah. Sebagaimana maksim maksim
sopan santun lainnya, Leech Terjemahan Oka, 1993: 214 memberikan contoh maksim kerendahhatian dalam bentuk bentuk berikut.
27 A: Mereka baik sekali terhadap kita. B: Ya, betul.
28 A: Anda baik sekali B: Ya, betul.
29 Bodoh sekali saya 29a Pandai sekali saya
30 Bodoh sekali anda 30a Pandai sekali anda 31 Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami
32 Terimalah hadiah yang besar ini sebagai tanda penghargaan kami.
Leech, terjemahan Oka, 1993: 214 Kalimat 27 menunjukkan bahwa memang sopan jika penutur sependapat
dengan pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditunjukkan kepada diri sendiri. Begitu juga kalimat 29 menunjukkan bahwa mengecam diri sendiri dianggap
baik karena kecaman itu dilebih-lebihkan untuk tujuan melucu. Pada kalimat 31, mengecilkan arti kemurahan hati diri sendiri dianggap normal dan konvensional,
namun tidak demikian bila kemurahan hati ini dibesar-besarkan. Dapat dilihat pada 28 dan 32 bahwa melanggar submaksim pertama maksim kerendahhatian
berarti membual dan ini merupakan suatu pelanggaran sosial Leech, terjemahan Oka, 1993: 214-215. Perhatikan contoh lain berikut ini.
33 A: Betapa cantiknya orang itu B: Ya, dia sangat cantik
34 A: Kamu sangat cantik B: Ya, memang aku sangat cantik.
Kalimat B dalam34 dalam maksim kerendahhatian dianggap melanggar karena memperbesar pujian terhadap diri sendiri. Agar jawaban dalam 34
menjadi lebih sopan, B dalam 34 dapat menjawab seperti di bawah ini. 35 A: Kamu sangat cantik
B: Tidak, biasa saja. Ini menunjukkan bahwa dalam maksim kerendahhatian mengecam diri
sendiri dianggap baik. Kalimat 35 merupakan contoh kecil dari penerapan maksim kerendahhatian.
e. Maksim Kesepakatan