Sanksi Pidana Bersyarat Tinjauan Kepustakaan

Dengan demikian, ketentuan perumusan dan sanksi tentang percobaan poging Pasal 53-54 KUHP turut serta melakukan perbuatan yang dapat dihukum medeplichtig, deelneming, Pasal 55-62 KUHP, tentang gabungan perbuatan yang dapat dihukum samenloop starfbare feiten Pasal 63 KUHP dan seterusnya., berlaku juga untuk tindak pidana yang diatur dalam undang-undang perpajakan. 24

3. Sanksi Pidana Bersyarat

Muladi mengemukakan bahwa pidana bersyarat adalah suatu pidana, dimana terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut, kecuali bilamana selama masa percobaan terpidana telah melanggar syarat-syarat umum atau khusus yang telah ditentukan oleh pengadilan. Dalam hal ini pengadilan yang mengadili perkara tersebut mempunyai wewenang untuk mengadakan perubahan syarat- syarat yang telah ditentukan atau memerintahkan agar pidana dijalani apabila terpidana melanggar syarat-syarat tersebut. Pidana bersyarat merupakan penundaan terhadap pelaksanaan pidana. 25 Sanksi pidana bersyarat dan bentuk-bentuk pemidanaan lain yang bersifat non-institusional merupakan hasil perkembangan yang sangat menonjol di dalam administrasi peradilan pidana. Perkembangan ini seharusnya mendapatkan tanggapan yang responsif dari perundang-undangan, dalam bentuk pelembagaan sanksi pidana bersyarat dalam peraturan-peraturan tentang standar pelaksanaan pidana bersyarat, sesuai dengan kondisi perkembangan zaman, berdasarkan pendekatan teoritis dan praktis. Hal ini berarti bahwa harus selalu dihindari semaksimal mungkin pidana perampasan kemerdekaan yang secara tidak alamiah 24 T.N. Syamsah, Opcit, hal. 27-30 25 Marlina, Hukum Penitensir Bandung, PT. Reflika Aditama. 2011 hal. 135 Universitas Sumatera Utara mengisolasi narapidana dari masyarakat yang terbukti akan berakibat fatal, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. 26 Pengaruh pidana bersyarat terhadap tujuan pemidanaan berupa perlindungan masyarakat terlihat pada tujuan negatif pidana bersyarat, yakni untuk menyelamatkan terpidana dari penderitaan pidana pencabutan kemerdekaan khususnya yang berjangka pendek dengan segala akibatnya. Alasan ini sangat penting bilamana benar-benar tidak perlu dikhawatirkan bahwa yang bersalah akan mengulangi suatu tindak pidana yang agak berat. Dengan menghindarkan terpidana dari pengaruh buruk pidana pencabutan kemerdekaan, maka masyarakat akan terlindungi dari kemungkinan timbulnya penjahat yang lebih berat, dengan memberikan kesempatan bagi terpidana untuk memperbaiki dirinya di masyarakat, yang secara fakultatif dapat dbantu oleh lembaga kemasyarakatan. 27 Pidana bersyarat dalam hukum pidana Indonesia merupakan salah satu alternatif yang sangat penting dari pidana perampasan kemerdekaan, karena penerapan pidana bersyarat mengandung beberapa keutungan, yakni : a. Memberikan kesempatan bagi terpidana untuk memperbaiki dirinya di dalam masyarakat. b. Memungkinkan terpidana untuk melanjutkan kebiasaan sehari-hari sebagai manusia, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. c. Mencegah terjadinya stigma. d. Memberikan kesempatan bagi terpidana untuk berpartisipasi dalam pekerjaan- pekerjaan, yang secara ekonomis menguntungkan masyarakat dan keluarganya. 26 Muladi, Opcit.hal. 191 27 Ibid, hal. 230 Universitas Sumatera Utara e. Biaya efektif lebih murah dibandingkan dengan pidana perampasan kemerdekaan. f. Dengan pembinaan diluar lembaga, maka para petugas Pembina dapat menggunakan segala fasilitas yang ada dimasyarakat untuk mengadakan rehabilitasi terpidana. 28 Fungsi-fungsi pemidanaan berupa pencegahan umum dan pengimbalan hanya dapat terpenuhi, apabila tindak pidana terasa begitu berat, sehingga pidana dapat ditentukan sebagian bersyarat dan tidak bersyarat. 29 Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana kurungan, dengan ketentuan tidak termasuk pidana kurungan pengganti denda, mengenai pidana kurungan ini tidak diadakan pembatasan, sebab dalam Pasal 18 ayat 1 KUHP menayatakan, bahwa pidana kurungan dapat dijatuhkan kepada terdakwa paling lama satu tahun dan paling cepat satu hari, alasan pidana kurungan tidak dapat dikenakan pidana bersyarat, karena pidana kurungan itu sendiri sudah menjadi syarat apabila terpidana tidak dapat membayar denda, sehingga tidak mungkin dibebankan pidana bersyarat terhadap sesuatu yang sudah menjadi syarat dari pidana pokok yang dijatuhkan. Dalam menyangkut pidana denda, maka pidana bersyarat dapat dijatuhkan, dengan batasan bahwa hakim harus yakin bahwa pembayaran denda betul-betul akan dirasakan berat oleh terpidana. 30 Syarat umum daripada pidana bersyarat yakni, terpidana bersyarat tidak boleh melakukan pelanggaran hukum selama masa percobaan. Disamping itu pengadilan dapat membebankan syarat-syarat khusus yang berkaitan dengan keadaan masing- 28 Ibid, hal. 236 29 Ibid, hal. 238 30 Marlina, Opcit, hal. 142 Universitas Sumatera Utara masing perkara. Adapun syarat-syarat khusus ini adalah bahwa terpidana dalam waktu yang lebih pendek daripada masa percobaannya harus mengganti segala atau sebagian kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya. Disamping itu juga dapat pula ditetapkan syarat khusus lainnya mengenai tingkah laku terpidana yang harus dipenuhi selama masa percobaannya. Adapun syarat yang dijatuhkan oleh pengadilan tersebut diarahkan untuk membantu terpidana bersyarat menaati hukum, dalam kerangka rehabilitasi dan tidak terlalu membatasi kemerdekaannya aatau bertentangan dengan kebebasannya beragama dan berpolitik, dan juga persyaratan tersebut tidak boleh terlalu samar-amar sehingga tidak jelas. 31 Pidana bersyarat secara otomatis berhenti dengan berhasilnya terpidana bersyarat melampaui jangka waktu percobaan yang telah ditentukan oleh pengadilan dengan mengeluarkan surat keterangan tentang penghentian tersebut, dan sebuah turunan surat keterangan tersebut harus diberikan kepada berkas terpidana bersyarat. Pengadilan yang menjatuhkan pidana bersyarat memiliki wewenang untuk menghentikan pidana bersyarat setiap saat, wewenang yang dilakukan mendahului jangka waktu berakhirnya pidana bersyarat, sebagaimana yang telah ditentukan dalam keputusan pengadilan ini harus didasarkan atas kenyataan bahwa terpidana bersyarat telah dapat melakukan penyesuaian dengan baik dan bahwa pengawasan serta pengenaan syarat-syarat lain tidak lagi diperlukan. 32 31 Muladi, Opcit, hal. 249-250 32 Ibid, hal. 251 Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penulisan

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K/Pid.Sus/2012)

1 23 119

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 9

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 1

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 17

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 54

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Penerapan Pidana Bersyarat dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan MA No. 2239 K/PID.SUS/2012)

0 0 28