Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana

2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan penegakan hukum, sehingga dapat dijadikan masukan kepada aparatur pelaksana penegakan hukum dalam rangka melaksanakan tugasnya memperjuangkan keadilan yang sebenarnya serta mewujudkan tujuan hukum yang di cita-citakan.

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi mengenai Analisis Juridis Penerapan Pidana Bersyarat Dalam Tindak Pidana Perpajakan Studi Putusan Mahkamah Agung No: 2239 KPid.Sus2012 berdasarkan pemeriksaan arsip hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara USU belum pernah dilakukan. Penulisan Skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, dan pemikiran penulis secara pribadi tanpa ada penipuan, penjiplakan, atau dengan cara lain yang dapat merugikan pihak tertentu. Oleh karena itu skripsi ini adalah hasil dari karya penulis sendiri yang disusun dengan cara mempelajari, membaca, mengutip data- data yang ada pada buku-buku, literatur-literatur, dan peraturan perundang- undangan dan pihak lain yang berkaitan dengan judul skripsi penulis. Dengan demikian, penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana

Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu “Strafbaar feit”. Para ahli hukum mengemukakan istilah yang berbeda-beda dalam upayanya memberikan arti dari Strafbaar feit. Universitas Sumatera Utara Tidak ditemukannya penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan Strafbaar feit di dalam KUHP maupun di luar KUHP, oleh karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu, yang sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat 13 . Pengertian tindak pidana penting dipahami untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Unsur-unsur tindak pidana ini dapat menjadi patokan dalam upaya menentukan apakah perbuatan seseorang tersebut merupakan tindak pidana atau tidak. 14 Barda Nawawi Arief menyebutkan, 15 bahwa di dalam KUHP WvS hanya ada asas legalitas Pasal 1 KUHP yang merupakan “landasan yuridis” untuk menyatakan suatu perbuatan feit sebagai perbuatan yang dapat dipidana strafbaar feit. Namun apa yang dimaksud dengan “starfbaar feit” tidak dijelaskan. Jadi tidak ada pengertian maupun batasan yuridis tentang tindak pidana. Pengertian tindak pidana strafbaar feit hanya ada dalam teori atau pendapat para sarjana. Tindak pidana tidak hanya terjadi karena telah dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, namun adakalanya pidana ini juga terjadi karena tidak berbuatnya seseorang. Menurut W.P.J. Pompe, suatu strafbaar feit defenisi menurut hukum positif itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu “tindakan yang menurut sesuatu rumusan Undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. Pompe mengatakan, bahwa menurut teori defenisi menurut teori strafbaar feit 13 C.S.T. Kansil, Engelien R. Palandeng, dan Altje Agustin Musa, Tindak Pidana Dalam Undang-undang Nasional, Jakarta, Jala Permata Aksara. 2009 hal. 1 14 Mohammad Eka Putra, Dasar-dasar Hukum Pidana, Medan, USU Press. 2010 hal. 73-74 15 Ibid, hal. 75 Universitas Sumatera Utara itu adalah perbuatan, yang bersifat melaean hukum wederrechtelijkheid dan kesalahan schuld bukanlah sifat mutlak untuk adanya tindak pidana strafbaar feit. Untuk penjatuhan pidana tidak cukup, dengan adanya tindak pidana, akan tetapi selain itu harus ada orang yang dapat dipidana. 16 Pembentuk Undang-undang menggunakan kata “strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai tindak pidana, di dalam KUHP tanpa memberikan suatu penjelasan tentang “strafbaar feit”. Oleh karena itu muncul di dalam doktrin berbagai pendapat tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan “strafbaar feit”. 17 Untuk dapat menghukum seseorang sekaligus memenuhi tuntutan keadilan dan kemanusiaan, harus ada suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya. Tambahan pada syarat-syarat ini adalah bahwa pelaku yang bersangkutan harus merupakan seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban toerekeningwatbaar atau schuldfahig. Penjelasan Pasal 37 Konsep KUHP Baru menyebutkan bahwa dalam pengertian tindak pidana tidak termasuk pertanggungjawaban pidana. 18 Tindak pidana hanya menunjuk pada dilarangnya perbuatan sebagaimana ditetapkan dalam suatu peraturan perundangan saja. Apakah pembuat tindak pidana yang telah melakukan perbuatan yang dilarang dan kemudian dijatuhi pidana, sangat tergantung pada persoalan apakah dalam melakukan perbuatan tersebut pembuat tindak pidana dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, apakah pembuat 16 Ibid, hal. 81 17 Ibid, hal. 78 18 Ibid, hal. 83 Universitas Sumatera Utara tindak pidana mempunyai kesalahan. Kesalahan terdiri dari kemampuan bertanggungjawab, kesengajaan, kealpaan, dan tidak ada alas an pemaaf. Menurut Konsep KUHP Baru, tindak pidana pada hakikatnya adalah perbuatan yang melawan hukum, baik secara formal maupun secara materil. Pasal 11 Konsep KUHP Baru menyebutkan : 1. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana. 2. Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. 3. Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar. Penjelasan Pasal 11 Konsep KUHP Baru menyebutkan bahwa hukum pidana Indonesia didasarkan pada perbuatan dan pembuat tindak pidananya daad-dader- strafrecht dan atas dasar inilah dibangun asas legalitas dan asas kesalahan. Dengan demikian maka tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana memperoleh kontur yang jelas. Ketentuan dalam pasal ini dimaksudkan sebagai ukuran untuk menentukan suatu perbuatan yang disebut tindak pidana. Perbuatan yang dimaksudkan meliputi baik perbuatan melakukan aktif maupun tidak melakukan pasif yang dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang oleh ketentuan perundang-undangan dan diancam pidana. Pencegahan akibat dari Universitas Sumatera Utara tindak pidana pada dasarnya merupakan kewajiban menurut hukum, kecuali terdapat alasan yang meyakinkan dan diterima berdasarkan pertimbangan akal yang wajar. Suatu peraturan hukum yang lebih banyak memenuhi tuntutan kepastian hukum, maka seemakin besar pula kemungkinan aspek keadilan terdesak. Ketidaksempurnaan peraturan hukum ini dalam praktek dapat diatasi dengan memberikan penafsiran atas peraturan hukum tersebut dalam penerapannya pada kejadian-kejadian kongkrit. Apabila dalam penerapan dalam kejadian kongkrit, keadilan dan kepastian hukum saling mendesak, maka hakim sejauh mungkin mengutamakan keadilan mengutamakan keadilan diatas kepastian hukum. 19

2. Tindak Pidana Perpajakan

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K/Pid/2012)

4 78 145

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K/Pid.Sus/2012)

1 23 119

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 9

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 1

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 17

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 54

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Penerapan Pidana Bersyarat dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan MA No. 2239 K/PID.SUS/2012)

0 0 28