Rusaknya ekosistem di kawasan pantai Teluk Lampung

Pe nd a hulua n STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006 15 Gambar 4. Degradasi lahan Kota Bandarlampung dilaksanakan atas izin atau kebijaksanaan Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang sudah dimulai dilakukan sejak tahun 1980. Padahal diketahui bahwa kesinambungan perkembangan dan kelestarian kawasan pantai sangat penting untuk menghindari terjadinya bencana alam seperti badaitsunami lebih-lebih Lampung merupakan daerah patahan bumi seharusnya batas garis sempadan pantai ditaati. Bila mengikuti standar internasional sejauh 2 mil3,4 km dari garis pantai terluar atau titik surut terjauh hingga kearah daratan atau standar nasional adalah 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat, dan di daerah areal tersebut tidak boleh dilakukan kegiatan pembangunan struktur bangunan gedung. Penimbunan wilayah pesisir selain memiliki dampak terhadap pencemaran laut dan merusak biota laut serta terumbu karang terutama karena sedimentasi, tentunya berdampak bagi kehidupan nelayan yang menggantungkan hidupnya kepada laut.

f. Degradasi Lahan

Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi menyebabkan tingginya kebutuhan penduduk terhadap sumberdaya lahan untuk areal pemukiman, budidaya pertanian, dan penggunaan lain. Kondisi ini menyebabkan penggunaan lahan menunjukan gejala pergeseran, terutama disebabkan oleh adanya ekstensifikasi dan introduksi akibat adanya penambahan aeral budidaya. Peningkatan kebutuhan lahan di daerah hulu Pe nd a hulua n STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006 16 berimplikasi pada degradasi lingkungan berupa meningkatnya erosi dan lahan kritis. Menurut catatan terakhir, kerusakan hutan mencapai lebih dari 80 untuk Kawasan Hutan Lindung, lebih dari 67,5 untuk Kawasan Hutan Produksi Terbatas, dan lebih dari 76 untuk Kawasan Hutan Produksi Tetap. Di sisi lain, peningkatan kebutuhan lahan di wilayah hilir dan pesisir untuk budidaya tambak dan sawah telah meningkatkan abrasi pantai. Percepatan abrasi pantai meningkat secara signifikan akibat dari pembukaan lahan tidak berwawasan lingkungan yang merusak hutan mangrove sebagai jalur hijau green belt, seperti yang terjadi di Pantai Timur Lampung utamanya di Kuala Penet dan Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Mariggai. Luas hutan mangrove di Pantai Timur hanya tinggal sekitar 2.000 ha, dari luas semula sekitar 20.000 ha. Selain konversi lahan mangrove menjadi tambak, penyebab utama degradasi sumberdaya pesisir dan laut adalah penangkapan ikan menggunakan racun dan bahan peledak illegal fishing, yang terjadi di Teluk Lampung, Teluk Semangka dan Pantai Barat. Tindakan seperti ini sangat merusak ekosisitem terumbu karang dan mengancam kelestarian stock ikan. Degradasi sumberdaya hutan telah terjadi dengan sangat nyata di Provinsi Lampung. Kerusakan kawasan hutan untuk semua jenis fungsi hutan kawasan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi telah meningkat menjadi hampir 60, akibat aktivitas pencurian kayu illegal logging dan perambahan hutan. Kerusakan kawasan hutan bahkan telah terjadi pada kawasan konservasi Taman Nasional dan Taman Hutan Raya dengan angka yang telah melampaui 40.

g. Potensi Pencemaran Udara

Pencemaran lingkungan secara potensial dapat bersumber dari emisi gas dan debu pada industri pengolahan, dan limbah padat sampah domestik. Walaupun emisi gas pada beberapa industri pengolahan masih berada di bawah ambang batas, namun peningkatan jumlah industri utamanya di sekitar kawasan perkotaan, menunjukkan potensi besar untuk menjadi sumber bahan pencemar. Di sisi lain, produksi limbah