Kasus Flu Burung di Provinsi Lampung

Pe nd a hulua n STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006 13 2. Pada sektor ini pelaksanaan biosekuriti tidak dilakukan oleh peternak sehingga merupakan sumber penularan penyakit, demikian pula vaksinasi sulit dilakukan dalam prosentase yang mampu melindungi populasi. 3. Faktor penular yang berasal dari burung liar dimungkinkan sebagai sumber penularan yang sulit diketahui. 4. Otoritas kesehatan hewan veteriner di KabupatenKota banyak yang berada dalam organisasi gabungan sehingga prosedur operasional kurang efektif. 5. Tenaga penyuluh sudah sangat berkurang karena penyuluh yang ada sudah lanjut usiapensiun, dan banyak beralih pada jabatan struktural. Disamping tidak tersedianya biaya yang memadai untuk operasional penyuluhan 6. SDM Dokter Hewan medik veteriner dan tenaga teknis menengah paramedik veteriner dirasakan masih sangat kurang. 7. Fasilitas kendaraan roda dua dan fasilitas kesehatan hewan yang kurang memadai. 8. Tidak tersedianya biaya ganti rugi untuk depopulasi.

d. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran Hutan dan lahan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang menyebabkan kurang berfungsinya hutan atau lahan dalam menunjang kehidupan yang berkelanjutan sebagai akibat dari penggunaan api yang tidak terkendali maupun faktor alam yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan. Faktor-faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan, antara lain : 1 Aktivitas manusia yang menggunakan api di kawasan hutan dan atau lahan, sehingga menyebabkan bencana kebakaran. 2 Faktor alam Pe nd a hulua n STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006 14 Gambar 3. Reklamasi Pantai Kota Bandar Lampung 3 Angin yang cukup besar dapat memicu dan mempercepat menjalarnya api 4 Topografi yang terjal semakin mempercepat merembetnya api dari bawah ke atas

e. Rusaknya ekosistem di kawasan pantai Teluk Lampung

Kawasan permukiman yang terletak di pesisir atau tepi pantai dimana pada umumnya merupakan bangunan ilegal, karena bardirinya bangunan berada diatas lahan milik negaralainnya yang ditempati karena kedekatan dengan sumber mata pencaharian yakni pelayan. Karakteristik kawasan ini sebagian besar rumahnya berbentuk panggung, sering banjirtergenang, tata letak bangunan yang kurang teratur, serta lingkungan dan sanitasi yang kurang sehat. Pencemaran laut sudah sering terjadi di Teluk Lampung. Sumber pencemar di Teluk Lampung dapat berasal dari berbagai aktivitas di pelabuhan Panjang, limbah kapal nelayan, limbah domestik, perhotelan, pasar, serta limbah cair dan padat berbagai industri di Bandar Lampung. Limbah domestik umumnya berupa limbah padat, seperti plastik, kardus, kertas, potongan kayu, dan limbah organik lainnya. Limbah domestik ini masuk ke Teluk Lampung melalui sungai terutama pada musim hujan, yaitu Way Galih, Way Ambon, Way Pidada, Way Lunik, Way Kuala, Way Kunyit, Way Kupang, dan Way Belau. Limbah padat yang terbawa sungai-sungai tersebut setelah masuk ke Teluk Lampung, sebagian menjadi tumpukan sampah di sepanjang pantai. Hal ini dapat dilihat sepanjang pantai mulai dari Kelurahan Way Lunik sampai Kotakarang, Telukbetung. Merupakan suatu fakta, pembangunan gedung, industri di wilayah pesisir Teluk Lampung di daerah Sukaraja dan Kota karang sudah tidak mentaati garis sempadan pantai yang diawali dengan melakukan penimbunan pantai dengan tanah yang diambil dari bukit atau gunung yang ada di daerah Kota Bandarlampung yang