A NA LISIS ISU LING KUNG A N DA N EV A LUA SI KEBIJA KA N
STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006
105
Provinsi Lampung mulai memasuki kategori menengah atas. Gambaran IPM di Provinsi Lampung terlihat pada Tabel 3.3.
Berdasarkan angka IPM, secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung tahun masih rendah, yang dinyatakan
dengan status “menengah ke bawah”. Kesejahteraan yang tertinggi hanya terdapat di wilayah Kota Bandar Lampung yang memiliki status “menengah ke atas”. Bila
dicermati, terlihat bahwa faktor penyebab rendahnya kesejahteraan masyarakat lebih disebabkan oleh indeks daya beli yang rendah.
Tabel 3-3. Indeks Komponen IPM per Wilayah KabupatenKota di Provinsi Lampung Tahun 2003
Rendahnya tingkat daya beli masyarakat, diduga akibat dari krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan yang juga melanda Provinsi Lampung. Akibat krisis tersebut,
terjadi peningkatan pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja PHK, dan stagnasinya pertumbuhan investasi yang seharusnya dapat menampung angkatan
kerja baru. Oleh karena itu, peningkatan kesejahteraan masyarakat harus ditempuh dengan melakukan kebijakan yang bertujuan meningkatkan kesempatan kerja. Dalam
jangka pendek, program pembangunan padat karya merupakan kebijakan yang harus ditempuh. Dan dalam jangka panjang pengembangan sektor perekonomian yang
bersifat padat karya seperti pertanian dan agroindustri harus diberikan prioritas yang lebih tinggi.
KEBIJA KA N PEM BA NG UNA N DA ERA H BERKELA NJUTA N
BAB IV REKOMENDASI
Berdasarkan hasil evaluasi keterkaitan antara kebijaksanaan implementasi kegiatan dan fakta lingkungan hidup hingga tahun 2006 maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut: 1. Strategi mitigasi bencana banjir dilakukan melalui upaya mitigasi non struktural,
struktural serta peningkatan peran serta masyarakat.
a. Upaya Mitigasi Nonstruktural
− Pembentukan Kelompok Kerja POKJA yang beranggotakan dinas instansi terkait di tingkat kabupatenkota sebagai bagian dari Satlak PB untuk
melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya- upaya non fisik penanganan mitigasi bencana banjir.
− Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir sehingga dapat berfungsi sebagaimana yang
direncanakan. − Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan
dan informasi lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi terkena banjir daerah yang rawan banjir.
− Menyiapkan peta daerah rawan bencana banjir. − Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan
REKO M ENDA SI
STA TUS LING KUNG A N HIDUP DA ERA H SLHD PRO V INSI LA M PUNG T.A . 2006
107
− Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang diperlukan untuk kegiatanupaya tanggap darurat.
− Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat, Satlak dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian
sementara beserta perlengkapannya.
b. Upaya Mitigasi Struktural
− Pengerukan sungai, pembuatan sodetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya
banjir. Untuk pembuatan sodetan guna mengurangi kemungkinan bencana banjir telah direncanakan di aliran Way Abung yang melintasi Kota Bumi
Kabupaten Lampung Utara.
c. Peran serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : − Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat ber pengaruh atas
faktor-faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi secara signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir.
− Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana banjir yang akan diderita oleh
masyarakat sendiri, Strategi mitigasi dan upaya pengurangan Bencana Longsor dilakukan
dengan cara : − Identifikasi, pengenalan dan pemetaan daerah rawan longsor, serta
memasukan resiko bencana dalam penataan ruang dan kawasan