60
Teknik Elektronika Telekomunikasi
P S
P 1
H
R R
C 1
1 W
Z
8.24
Short Circuit Time Constant, dengan mengasumsikan bahwa kapasitor C
S
merupakan rangkaian hubung singkat, kapasitor C
P
rangkaian terbuka dan sumber tegangan indepeden V
IN
terhubung singkat 0Volt. Dengan demikian konstanta waktu yang dibentuk oleh rangkaian tersebut adalah:
W
2
= C
S
.R
S
+ R
P
8.25 dan besarnya frekuensi batas dibawah 3dB adalah:
R R
C 1
1
P S
S 2
L
W Z
8.26 Metode ini adalah suatu model pendekatan, sehingga ketepatan metode seperti
ini masih kalah bila dibandingkan dengan metode analisis pole numerator dan zero denumerator.
Bila suatu rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.13, dan secara teoritis bahwa frekuensi batas bawah lower cut-off untuk suatu jaringan yang
terdiri n kapasitor, yaitu dua kapasitor kopling dan satu kapasitor bypass dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan berikut:
¦
Z
n 1
i S
Ci .
Ri 1
L 8.27
di mana Ri
S
merupakan jumlah nilai tahanan pada jaringan terminal ke i dan kapasitor Ci merupakan jumlah semua kapasitor pada jaringan tersebut yang
dapat digantikan dengan cara menghubung singkat semua kapasitor yang terdapat pada rangkaian. Dengan demikian produk dari perkalian antara tahanan
Ri
S
dengan kapasitor Ci menunjukan nilai short circuit time constant SCTC pada jaringan tersebut.
8.6. Batas frekuensi Rendah Rangkaian Emitor Bersama
Menentukan
L
Z
antara Basis-Emitor
Dengan menggunakan metode pendekatan, maka estimasi
L
Z
untuk rangkaian Gambar 2.157, maka batas frekuensi bawah f
L
dapat ditentukan seperti berikut:
61
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 8.13 Rangkaian pengganti SCTC basis-emitor Untuk menentukan konstanta waktu
W
1
yang dibentuk oleh tahanan R
1S
dengan kapasitor penggandeng C
B
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat kapasitor bypass C
E
dan kapasitor penggandeng keluaran C
C
. Dengan demikian didapatkan persamaan:
R
1S
= R
S
+ R
1
R
2
rBE 8.28
W1 = R
1S
.C
B
8.29
Menentukan
L
Z
antara Kolektor-Emitor
Gambar 8.14 Rangkaian pengganti SCTC kolektor-emitor Untuk menentukan konstanta waktu
W
2
yang dibentuk oleh tahanan R
2S
dengan kapasitor penggandeng C
C
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat kapasitor penggandeng C
B
dan kapasitor bypass C
E
. Dengan demikian didapatkan persamaan:
R
2S
= R
L
+ R
C
r
CE
8.30 W2 = R
2S
.C
C
8.30
62
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 8.15 Rangkaian Pengganti SCTC Emitor-Basis Dan untuk menentukan konstanta waktu
W
3
yang dibentuk oleh tahanan R
3S
dengan kapasitor bypass C
E
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat kapasitor penggandeng C
B
dan kapasitor penggandeng C
C
. Dengan demikian didapatkan persamaan:
Tahanan pengganti R
TH
= R
1
R
2
R
S
1 R
r R
R
T H BE
E 3S
E
8.31 W3 = R
3S
.C
E
8.32
E 3S
C 2S
B 1S
3 1
1 i
is L
.C R
1 .C
R 1
.C R
1 .C
R 1
Z
¦
3 2
1 L
1 1
1 W
W W
Z
8.33 sehingga tanggapan frekuensi batas bawah f
L
dapat dicari dengan persamaan berikut:
S Z
2 f
L L
8.34 Pada umumnya pengaruh frekuensi batas bawah f
L
pada penguat emitor bersama common emitter yang sangat dominan adalah nilai kapasitor bypass
C
E
, karena untuk menentukan nilai W3 = R
3S
.C
E
, dimana besarnya tahanan pada emitor
1 R
r R
R
T H BE
E 3S
E
ditentukan dari rangkaian kolektor bersama common collector.
8.7. Rangkaian Frekuensi Tinggi
Gambar 2.160 memperlihatkan rangkaian pengganti frekuensi tinggi, dimana nampak pada transistor muncul dua buah kapasitor parasitik. C
BC
kapasitor parasit antara basis dan kolektor, C
BE
kapasitor parasit basis-emitor. Kapasitor C
B
bukan digolongkan kapasitor parasitik tapi dinamakan kapasitor penggandeng atau
kopling dengan sumber sinyal masukan V
S
.
63
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 8.16 Rangkaian pengganti frekuensi tinggi Kapasitor parasit dipengaruhi material, konstruksi dan teknologi proses
pembuatan transistor. Gambar 8.16 memperlihatkan hubungan kapasitor parasitik C
C
, C
e
terhadap perubahan tegangan bias transistor. Semakin tinggi tegangan bias semakin mengecil nilai kapasitor parasitnya. Kedua kapasitor parasit ini
mempengaruhi lebar pita pada daerah batas frekuensi tinggi f
H
.
Analisa Tanggapan Frekuensi Penguat Emitor Bersama
Gambar 8.17 Rangkaian Emitor Bersama Perhitungan Penguatan Tegangan
L C
BE TH
S BE
TH S
OUT V
R R
gm -
r R
R r
R V
V A
¸¸ ¹
· ¨¨
© §
1 -
T C
0,039 25,9mV
1mA V
I gm
:
: E
2,56k gm
r
BE
: :
: 2,67k
4k 8k
R R
R
2 1
TH
64
Teknik Elektronika Telekomunikasi
: :
: 1,31k
2,56k 2,67k
r R
r
BE TH
IN
: :
: ¸
¹ ·
¨ ©
§ :
: :
: :
4k 6k
0,039 -
2,56k 2,67k
4k 2,56k
2,67k V
V A
1 -
S OUT
V
kali 23.1
- 2,4k
0,039 -
0,247 A
-1 V
: :
Bila transistor mempunyai tahanan r
BE
seri r
X
=50 :
dan r
CE
=100k :
: :
: :
1,32k 2,56k
50 2,67k
r r
R r
BE X
TH IN
S OUT
V
V V
A
CE L
C BE
X BE
BE X
TH S
BE X
TH
r R
R gm
- r
r r
r r
R R
r r
R ¸¸
¹ ·
¨¨ ©
§ ¸¸
¹ ·
¨¨ ©
§
: :
: :
¸ ¹
· ¨
© §
: :
: ¸
¹ ·
¨ ©
§ :
: :
100k 4k
6k 0,039
- 2,56k
50 2,56k
,32k 1
4k 1,32k
1 -
kali 22,2
- 2,34k
0,039 -
0,981 0,248
A
-1 V
: :
Rangkaian frekuensi rendah
Gambar 8.18 Rangkaian Pengganti Emitor Bersama Bila C
C
= C
B
= 1 PF dan C
E
= 10 PF
E 3S
C 2S
B 1S
L
.C R
1 .C
R 1
.C R
1 Z
dimana
: :
: :
: 5,32k
2,56k 50
2,67k 4k
r r
R R
R
BE X
TH S
1S
: :
: :
9,66k 100k
6k 4k
r R
R R
CE C
L 2S
» ¼
º «
¬ ª
E 1
R R
r r
R R
S TH
BE X
E 3S
65
Teknik Elektronika Telekomunikasi
: »
¼ º
« ¬
ª E
: :
: :
: 41,2
1 4k
2,67k 2,56k
50 3,3k
R
3S
E 3S
C 2S
B 1S
L
.C R
1 .C
R 1
.C R
1 Z
F 10
x 1
9,96k 1
F 10
x 10
41,2 1
F 10
x 1
5,32k 1
6 -
6 -
6 -
L
: :
: Z
Radian 2715,55
100,40 2427,18
187,97
L
Z
432,41Hz 2.
2715,55 f
L
S
Pengaruh frekuensi batas bawah f
L
pada penguat emitor bersama common emitter yang sangat dominan adalah nilai dari konstanta waktu kapasitor bypass
C
E
dan tahanan R
3S
, karena untuk menentukan nilai W3 = R
3S
.C
E
, dimana besarnya tahanan pada emitor
1 R
r R
R
T H BE
E 3S
E
ditentukan dari rangkaian kolektor bersama common collector.
Contoh perancangan sistem penguat tunggal emitor bersama Rencanakan sebuah penguat emitor bersama dengan data spesifikasi sebagai
berikut:
¾
Tegangan keluaran V
OUT
=50mVolt
¾
Tegangan masukan V
IN
=1mVolt
¾
Hamabatan seri masukan R
S
=1k :
¾
Penguatan tegangan A
V
=50kali 33,98dB
¾
Batas frekuensi bawah f
L
=100Hz
¾
Sumber tegangan DC V
CC
=20Volt
¾
Beban yang digunakan R
L
=3,3k :
¾
Tipe transistor yang digunakan =BC107B
66
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 8.19 Rangkaian Emitor Bersama Penentuan penguatan tegangan A
V
Spesifikasi yang diminta
kali 50
V V
A
IN OUT
V
Penentuan Arus Kolektor I
CQ
Untuk menentukan titik kerja statis arus kolektor I
CQ
, terlebih dahulu harus diketahui kebutuhan arus bolak-balik yang ditransformasikan pada beban R
L
.
mak _rms
OUT
70,71mV 0mV
5 V
0,071mA 1k
mV 70,71
R V
I
mak L
mak _
OUT L
: Karena arus beban I
L
= 0,071mA, untuk itu I
CQ
dipilih 2mA I
CQ
I
L
. Agar diperoleh titik kerja DC yang stabil dan untuk menghitung tahanan bias Thevenin R
1
, R
2
, R
E
, dan R
C
, maka diperlukan data transistor BC107B. Semua data dibawah diambil pada I
CQ
= 2mA pada temperatur kamar T= 25
O
C.
Menentukan Nilai Parameter Transistor BC107 dengan Datasheet.
Beberapa kurva berikut memperlihatkan karakteristik dari transistor BC107 yang dikeluarkan oleh Philips Firma. Dengan menggunakan datasheet, maka
perhitungan dan pendekatan perancangan sistem diharapkan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Karakteristik dinamik transistor BC107 Philips Firma Tabel 2.3 ....nama tabel....
67
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 2.164 Perubahan arus kolektor I
C
= fV
CE
, V
BE
Akibat perubahan temperatur mengakibatkan nilai tegangan basis emitor V
BE
bergeser dari nilai tipikal ke minimal dan nilai maksimal. Pada arus kolektor 2mA nilai tipikal V
BE
adalah 0,62V, turun ke nilai minimal sekitar 0,55V dan naik sebesar 0,7V
68
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 2.165 Kurva Penguatan arus DC h
FE
terhadap arus kolektor I
C
Gambar 8.20 Kurva penguatan arus AC h
fe
terhadap arus kolektor I
C
Gambar 8.21 Kurva resistansi masukan h
ie
, r
BE
terhadap arus kolektor I
C
.
69
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Gambar 8.22 Kurva resistansi keluaran kolektor-emitor V
CE
= 1hoe
Gambar 8.23 Kurva kapasitansi parasit kolektor-basis Cc dan emitor-basis Ce Tuntutan spesifikasi yang diinginkan
o
Hamabatan masukan basis-emitor r
BE
= hie = h
11
=3,2k : min
=4,5k : nom
=8,5k : mak
o
Tahanan keluaran kolektor-emitor
22 oe
CE
1 1h
r h
=16,7k : min
=33,3k : mak
o
Penguatan arus statis DC E
DC
= h
FE
=200 min =290 nom
=450 mak
70
Teknik Elektronika Telekomunikasi
o
Penguatan arus dinamis E = h
fe
= h
21
=240 min =330 nom
=500 mak
o
Tegangan basis-emitor V
BE
pada arus 2mA =0,62Volt
Catatan: Sesuai dengan acuan perhitungan dan tuntutan dari spesifikasi, maka semua nilai
diatas dipilih pada arus kolektor 2mA.
Menentukan tahanan bias R
E
.
Perubahan tegangan basis-emitor akibat kenaikan temperatur V
BE
d 1Volt. Dan agar supaya titik kerja tidak tergantung oleh perubahan tegangan V
BE
, Untuk itu diperlukan tegangan tahanan emitor yang cukup kira-kira berkisar antara V
RE
= 1V sampai 2V dan dipilih V
RE
= 2V.
: |
1k 2mA
2Volt I
I V
R
C E
RE E
Dikarenakan persyaratan untuk mendapatkan stabiltas titik kerja statis DC ditetapkan R
1
R
2
+ E
DCnom
+ 1 R
E,
untuk itu nilai tahanan R
TH
dapat ditentukan:
R
TH
Emin.R
E
R
TH
= 0,1. Emin.R
E
= 0,1·200·1k
: = 20k:
E E
TH nom
DC C
BE E
E TH
B BE
TH
·R I
·R β
I V
·R I
·R I
V V
2,76V 2V
·20k 290
2mA V
62 ,
V
TH
:
Menentukan tahanan R
1
dan R
2
.
: :
144,93k 2,76V
20V 20k
V V
R R
TH CC
TH 1
71
Teknik Elektronika Telekomunikasi
: :
: 23,20k
0,862 20k
20V 2,76V
- 1
20k V
V -
1 R
R
CC TH
TH 2
Tahanan masukan penguat r
IN
r
IN
= R
1
R
2
r
BE
= R
TH
r
BE
: :
: :
: 2,76k
3,2k .
20k 3,2k
· 20k
INmin
r
minimum
: :
: :
: 5,96k
8,5k .
20k 8,5k
· 20k
INmak
r
maksimum Permasalahan
Dilihat dari analisa DC persyaratan kestabilan titik kerja statis rangkaian dapat terpenuhi, karena untuk mendapatkan tingkat kestabilan yang baik ditetapkan
besarnya tahanan R
TH
= R
1
R
2
E
min
+ 1R
E
. Akan tetapi untuk kebutuhan sinyal bolak-balik tahanan R
1
R
2
yang kecil akan membebani rangkaian. Dan agar keduanya dapat optimal, maka dari itu tuntutan
“perancangan sistem” yang baik tahanan bias Thevenin R
TH
sebaiknya dipilih diantara
E mi n
T H BE
1.R R
r
E
. Perbaikan transformasi sinyal bolak-balik; agar supaya sinyal dapat
ditrasformasikan secara maksimal ke transistor, maka bias pembagi tegangan R1, R2 dibuat sebesar mungkin, itu konsekuensi tingkat kestabilan titik kerja DC-nya
menjadi menurun. Untuk meningkatkan efisiensi transformasi sinyal bolak-balik yaitu dapat dengan cara menaikan nilai tahanan R
TH
r
BEmak
, untuk itu dipilih R
TH
= 10.8,5k
: =85k:.
E E
TH nom
DC C
BE E
E TH
B BE
TH
.R .R
β V
.R .R
V V
I I
I I
3,21V 2V
.85k 290
2mA V
62 ,
V
TH
:
72
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Menentukan tahanan R
1
dan R
2
.
: |
: :
560k 529,59k
3,21V 20V
85k V
V R
R
TH CC
TH 1
: |
: :
:
100k 101,25k
0,8395 85k
20V 3,21V
- 1
85k V
V -
1 R
R
CC TH
TH 2
Tahanan masukan penguat r
IN
r
IN
= R
1
R
2
r
BE
= R
TH
r
BE
: :
: :
: 3,08k
3,2k .
85k 3,2k
.x 85k
r
INmin
minimum
: :
: :
: 7,73k
8,5k .
85k 8,5k
.x 85k
r
INmak
maksimum Dengan menaikan nilai R
TH
85k : menjadi menjadi 10 kali lebih besar, nampak
sekali perubahan tahanan masukan r
IN
relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan R
TH
20k :. Artinya adanya perbaikan transformasi sinyal bolak balik dari
masukan generator ke basis transistor. Perhitungan tegangan masukan pada basis transistor V
IN
0,88V 7,73k
1k 7,73k
1mV r
R r
1mV V
BE S
BE INrms
: :
:
Perhitungan tahanan R
C
Bila dikenhendaki penguatan tegangan A
V
= 50 kali
kali 56,82
0,88mV 50mV
V V
A
IN OUT
V
Besarnya penguatan tegangan A
V
=56,82kali ditentukan oleh persamaan berikut:
73
Teknik Elektronika Telekomunikasi
IN L
OUT L
OUT V
r 1
R r
R r
A
E
Tahanan keluaran rout =R
C
r
CE
: :
: :
: E
2,23k 84,04
187,51k 56,82
- 7,73k
3,3k 330
56,82 .
3,3k A
- r
R A
R r
V IN
L nom
V L
OUT
: |
: :
: :
: :
:
3,3k 3,21k
13,77k 7,24k
3 2,23k
16,7k 2,23k
. 16,7k
r r
r r
R
2 OUT
CEmak OUT
CEmin C
Bila beban R
L
dikecilkan untuk penguatan tegangan A
V
konstan = 56,82:
A -
r R
A R
r
V IN
L nom
V L
OUT
E
56,82 -
7,73k 1,8k
330 56,82
1,8k :
:
:
: :
5,11k 20,02
102,276k
: |
: :
: :
: :
:
6,8k 7,36k
11,59k 5,337k
8 5,11k
16,7k 5,11k
. 16,7k
r r
r r
R
2 OUT
CEmak OUT
CEmin C
Untuk mengetahui apakah titik kerja DC sudah bekerja pada daerah aktif, untuk itu perlu dihitung nilai dari tegangan V
CE
.
Untuk beban R
L
= 3,3k :
dengan R
C
= 6,8k
:
,4V 4
2V -
6,8k 2mA
- 20V
R R
- V
V
E E
C C
CC CE
:
I I
Untuk beban R
L
= 1,8k :
dengan R
C
= 3,3k :
74
Teknik Elektronika Telekomunikasi
,4V 1
1 2V
- 2mA
- 20V
R R
- V
V
E E
C C
CC CE
3,3k
Ω
I I
Menentukan batas frekuensi rendah f
L
Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan konstanta waktu antara kapasitor penggandeng masukan C
B
, penggandeng keluaran C
C
, dan kapasitor bypass C
E
. Karena aliran utama dari sinyal bolak-balik disalurkan pertama kali melalui kapasitor penggandeng C
B
dan kemudian kapasitor penggandeng keluaran C
C
. Untuk itu didalam pendimensian nilai konstanta waktu W
1
= r
IN
.C
B
harus paling cepat bila dibandingkan dengan kedua kapasitor C
C
dan C
E
. Kapasitor C
E
pada umumnya didisain dengan konstanta waktu paling lambat karena fungsinya hanya sebagai baypass untuk menaikkan fungsi penguiatan.
radian 628,32
100Hz 2
f 2
L L
S
S
Z
: :
: :
¸ ¹
· ¨
© §
: :
:
: :
8,73k 93,5k
722,5k 1k
8,5k 85k
8,5k 85k
1k r
R R
R
2 BE
TH S
1S
B B
1S 1
C 8,73k
C R
:
W
: :
: :
6,05k 16,7k
3,3k 3,3k
r R
R R
CE C
L 2S
C C
2S 2
C .
6,05k C
R :
W
1 β
R R
r R
R
S TH
BE E
3S
» ¼
º «
¬ ª
58 ,
31 1
290 1k
85k 8,5k
1k :
»¼ º
«¬ ª
: :
: :
E E
3S 3
C .
31,58 C
R :
W
Dimensi disain W
1
W
2
, dimana W
1
, W
2
W
3
.
L3 L2
L1 L
Z Z
Z Z
radian 628,32
00 5
00 1
8,32 2
L
Z
Dengan Z
L1
= 50 radian, maka kapasitor penggandeng C
B
datap dicari:
B 1S
L1
C R
1
Z
75
Teknik Elektronika Telekomunikasi
F 2,2
C F
2,37 421833,6
1 C
C 8730
1 8,32
4
B B
B
P |
P
Dengan Z
L2
= 50,32 radian, maka kapasitor penggandeng C
C
datap dicari:
C 2S
L2
C R
1
Z
F 2,2
C F
2,07 484000
1 C
C 6050
1 8
C C
C
P |
P
Dengan Z
L2
= 50 radian, maka kapasitor bypass C
E
datap dicari:
E 3S
L3
C R
1
Z
F 68
C F
63,33 15790
1 C
C 31,58
1 500
E E
E
P |
P
Hasil spesifikasi disain:
6 -
6 -
6 -
E 3S
C 2S
B 1S
L
10 68
31,58 1
10 2,2
6050 1
10 2,2
8730 1
C R
1 C
R 1
C R
1
Z
465,67 75,13
52,07 2147,44
10 13310
10 19206
10 C
R 1
C R
1 C
R 1
6 6
6 E
3S C
2S B
1S L
Z
radian 592,87
L
Z
Hz 94,41
6,28 592,87
2 f
L L
S
Z
f
L
hasil disain
spesifikasi diminta f
L
= 100Hz 8.16. Batas Frekuensi Rendah Rangkaian Basis Bersama Common-Base
76
Teknik Elektronika Telekomunikasi
Menentukan
L
Z
antara Emitor-Basis
Dengan menggunakan metode pendekatan, maka estimasi
L
Z
untuk rangkaian Gambar 8.24, maka batas frekuensi bawah f
L
dapat ditentukan seperti berikut:
Gambar 8.24. Rangkaian pengganti SCTC emitor-basis Untuk menentukan konstanta waktu
W
1
yang dibentuk oleh tahanan R
1S
dengan kapasitor penggandeng C
E
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat kapasitor bypass C
B
dan kapasitor penggandeng keluaran C
C
, sedangkan kapasitor C
E
dalam kondisi terbuka. Dengan demikian didapatkan persamaan: R
1S
= R
S
+ R
E
R
IN =
R
S
+ R
E
gm 1
8.35
Dimana:
gm C
25,6mV V
V I
gm
DC BE
o T
T CQ
r
E
temperatur
tegangan
Dengan demikian konstanta waktu time constant antara emitor-basis adalah: W
1
= R
1S
·C
B
8.36 Menentukan
L
Z
antara Kolektor-Basis
Gambar 8.25. Rangkaian pengganti SCTC kolektor-basis Untuk menentukan konstanta waktu
W
2
yang dibentuk oleh tahanan R
2S
dengan kapasitor penggandeng C
C
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat
77
Teknik Elektronika Telekomunikasi
kapasitor bypass C
B
dan kapasitor penggandeng keluaran C
E
, sedangkan kapasitor C
C
dalam kondisi terbuka. Dengan demikian didapatkan persamaan: R
2S
= R
L
+ R
C
R
OUT |
R
L
+ R
C
8.37 Karena:
r R
CB OUT
|
Îbesar sekali dan dapat diabaikan Dengan demikian konstanta waktu time constant di emitor-basis adalah:
W
2
= R
2S
.C
C
8.38 Menentukan
L
Z
antara Basis-Emitor
Gambar 8.26. Rangkaian pengganti SCTC basis-emitor Untuk menentukan konstanta waktu
W
3
yang dibentuk oleh tahanan R
3S
dengan kapasitor bypass C
B
, yaitu dapat dengan cara menghubung singkat kapasitor penggandeng C
E
dan kapasitor penggandeng keluaran C
C
, sedangkan kapasitor C
B
dalam kondisi terbuka. Dengan demikian didapatkan persamaan:
R 1
R R
R
E BE
2 1
3S
r
E
8.39 Dengan demikian konstanta waktu time constant di emitor-basis adalah:
W
3
= R
3S
·C
B
8.40
3 2
1 B
3S C
2S E
1S 3
1 1
L
1 1
1 ·C
R 1
·C R
1 ·C
R 1
Ris·Ci 1
W W
W Z
¦
8.41
sehingga tanggapan frekuensi batas bawah f
L
dapat dicari dengan persamaan berikut:
S Z
2 f
L L
8.42 Pada umumnya pengaruh frekuensi batas bawah f
L
pada penguat basis bersama common base yang sangat dominan adalah nilai kapasitor bypass C
B
, karena untuk menentukan nilai
W3 = R
3S
·C
B
, dimana besarnya tahanan pada emitor
78
Teknik Elektronika Telekomunikasi
R 1
r R
R R
E BE
2 1
3S
E
ditentukan dari rangkaian emitor bersama common emitter.
8.17. Batas Frekuensi Rendah Rangkaian Kolektor Bersama Common- Collector