Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian Kebijakan Fiskal, Utang Luar Negeri dan Model Solow

Akumulasi utang yang besar akan menimbulkan kewajiban pembayaran yang besar pula. Hal ini dapat memaksa pemerintah untuk menaikkan tingkat pajak, sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang efektif. Pajak yang tinggi tentunya akan menurunkan gairah investasi di dalam negeri dan menurunkan usaha produktif. Sebagai akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi utang juga akan semakin rendah. Di titik D menunjukkan reduksi utang akan meningkatkan kemampuan membayar utang dimana debitur dan kreditur akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapatkan kreditur adalah pelunasan pokok dan bunga utang sementara keuntungan debitur adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi reduksi utang biasanya hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat utangnya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar heavily indebted countries. Kurva Laffer menunjukkan bahwa pada bagian kiri dari kurva adalah ”good side” dari kurva yakni meningkatkan nilai pembayaran utang luar negeri. Sementara jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak memiliki kemampuan untuk membayar utang secara penuh dan pembayaran aktual tergantung dari pelaksanaan kebijakan ekonomi. Hal ini menunjukkan bagian ”wrong side” dari kurva Laffer.

2.1.4. Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian

Defisit anggaran yang dialami pemerintah akan menimbulkan kewajiban bagi pemerintah untuk mencari sumber dana untuk mengatasi masalah defisit anggaran tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerapkan kebijakan utang loan policy. Defisit anggaran mengharuskan pemerintah untuk menutupinya melalui pinjaman. Hal ini menunjukkan pengeluaran pemerintah G yang lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan output yang berarti akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kenaikan dalam Pembelian Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian Sumber: Mankiw, 2000, hal 245-247. Pada Gambar 3, ketika pembelian pemerintah meningkat, hal ini menye- babkan peningkatan dalam AE Agregat Expenditure. Hal ini sesuai teori bahwa M X G I C Y AE − + + + = = , sehingga ketika G meningkat, AE juga akan meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva AE dari AE 1 ke AE 2 karena adanya peningkatan G sebesar G Δ . Hal ini menyebabkan adanya peningkatan pendapatan atau output dari Y 1 ke Y 2 . Berdasarkan teori, ketika pendapatan meningkat, menurut fungsi konsumsi, C=CY-T, yang berarti bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi. Konsumsi yang lebih tinggi selanjutnya akan menyebabkan AE atau pendapatan atau output yang lebih tinggi lagi. Dalam kasus ini akan ditemukan adanya efek berantai multiplied effect terhadap pendapatan Mankiw, 2000.

2.1.5. Kebijakan Fiskal, Utang Luar Negeri dan Model Solow

Kebijakan utang luar negeri dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk menstimulus perekonomian nasional. Ketika terjadi defisit anggaran, pemerintah berusaha untuk menutupinya dengan melakukan loan policy. Defisit anggaran terjadi ketika pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan tabungan yang dimilikinya. Modal yang diperoleh dari luar negeri akan digunakan untuk menambah modal yang ada di dalam negeri. Peningkatan modal ini digunakan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan output nasional dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Daryanto, 2004. Pada Gambar 4, ketika ada modal masuk yang diperoleh dari utang luar negeri maka akan membuat peningkatan pada modal dalam negeri dari k 1 ke k 2 . Peningkatan modal ini akan dapat meningkatkan tabungan pemerintah yang berarti meningkatkan persediaan modal dalam negeri yang tentunya akan membantu dalam pelaksanaan pembangunan. Peningkatan modal dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi tentunya akan meningkatkan output nasional dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Mankiw, 2000. Gambar 4. Model Solow Sumber: Mankiw, 2000, hal 81. Pada Gambar 4, perekonomian diasumsikan dimulai dari tingkat modal mapan dengan tingkat bunga dan persediaan modal k 1 . Ketika tabungan meningkat dari s 1 ke s 2 , kurva sfk bergeser ke atas. Pada tingkat bunga awal s 1 dan persediaan modal awal k 1 , jumlah investasi menghapus jumlah penyusutan. Setelah tingkat tabungan meningkat, secara otomatis investasi menjadi lebih tinggi, tetapi persediaan modal dan penyusutan tidak berubah. Karena itu investasi melebihi penyusutan. Persediaan modal akan berangsur-angsur naik sampai perekonomian mencapai tingkat modal mapan yang baru k 2 , yang memiliki persediaan modal dan tingkat output yang lebih tinggi dibanding tingkat modal sebelumnya.

2.1.6. Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar Negeri bagi Pembangunan Ekonomi