terhadap pelaksanaan pelatihan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi peningkatan perilaku, pembelaran dan hasil. Fasilitas dan
instruktur dengan tingkat kepentingan yang tinggi namun jawaban responden masih ada yang kurang puas terhadap fasilitas dan instruktur,
sehingga peningkatan terhadap perilaku, pembelajaran dan hasil tidak terlalu signifikan. Jika dilihat dari hasil uji peringkat Spearman bahwa jika
indikator fasilitas, instruktur, materi, dan metode ditingkatkan maka akan meningkatkan respon peserta yang dapat menyebabkan peningkatan yang
signifikan terhadap perilaku, pembelajaran dan hasil. Hasil uji peringkat Spearman
ini sejalan dengan hasil pada penelitian Aristyanti 2005 pada pelatihan forklitf reach hand truck yang dilaksanakan PT ICI Paints
Indonesia, dimana nilai koefisien korelasi terbesar dengan reaksi adalah terhadap fasilitas 0,890, kedua terhadap instruktur 0,859, lalu terhadap
materi 0,850 dan terakhir terhadap metode 0,838. Tabel 7. Hasil Uji Peringkat Spearman Reaksi Pelatihan
no Indikator Koefisien korelasi peringkat Spearman terhadap reaksi
Probabilitas 1 Fasilitas 0,894
0,00 2 Instruktur 0,851
0,00 3 Materi
0,734 0,00
4 Metode 0,679 0,00
4.4. Prestasi Kerja Karyawan
Persepsi responden terhadap prestasi kerja sebelum dan sesudah pelatihan ada sedikit peningkatan Tabel 8. Sebagian besar responden
berpendapat bahwa ada peningkatan seperti kemampuan responden merasa sangat setuju ada peningkatan yaitu dari 28,1 yang sebelumnya jawaban
sangat setuju hanya 9,8. Peningkatan kemampuan ini, sejalan dengan peningkatan indikator pembelajaran. Namun ada responden yang msih
menjawab tidak setuju dapat dikarenakan responden merasa waktu pelatihan terlalu singkat untuk mempelajari segala jenis mesin. Responden merasa
tidak menguasai secara mendalam teknik kerja mesin-mesin. Karyawan merasa ada peningkatan dalam menjalin hubungan dengan rekan
kerjaatasan setelah mengikuti pelatihan. Hal ini dikarenakan karyawan yang mengikuti pelatihan mempelajari manajemen, yang didalamnya mempelajari
cara menjalin hubungan dalam bekerja. Namun masih ada responden yang menjawab tidak setuju dari beberapa pertanyaan, hal ini dapat dikarenakan
sifat dari karyawan bersangkutan, atau dapat juga dikarenakan pada suatu pekerjaan tidak menuntut adanya hubungan karyawan yang baik karena
terlalu bersifat teknis contohnya pada bagian laboratorium jarang berinteraksi antar karyawan. Indikator tanggung jawab juga mengalami
peningkatan setelah pelatihan. Karyawan merasa lebih bertanggung jawab setelah pelatihan, hal ini dikarenakan pada saat pelatihan diterapkan budaya
kerja ala Jepang yang dapat dibilang ketat sehingga terbawa dalam bekerja di PT Unitex, Tbk. Namun beberapa responden ada yang tidak setuju dengan
peningkatan tanggung jawab setelah pelatihan hal ini dapat dikarenakan dengan bekerja sesuai budaya Jepang beberapa karyawan merasa tertekan
dan menjadi beban, sehingga setelah pelatihan karyawan tersebut merasa lebih bebas. Seperti halnya indikator tanggung jawab, indikator disiplin juga
tidak berbeda dengan tanggung jawab. Indikator kreativitas juga mengalami peningkatan setelah pelatihan. Karyawan merasa lebih kreatif setelah
pelatihan dalam hal ini dapat berupa kreatif dalam mengatasi permasalahan kerja, kreatif dalam pendokumentasian catatan kerja, atau kreatif dalam
pemeliharan dan menjaga situasi kerja yang nyaman. Peningkatan angka-angka ini berarti karyawan merasa bahwa ada efek
pelaksanaan pelatihan terhadap indikator prestasi kerja. Efek ini antara lain terhadap moral maupun teknik kerja. Tujuan dari perusahaan sendiri
mengadakan pelatihan adalah salah satunya untuk peningkatan prestasi kerja. Hal itu sudah tercapai namun masih keahlian karyawan kurang
tereksploitasi dengan optimal. Terbukti dengan masih ada jawaban karyawan yang berada pada rentang sangat tidak setuju-tidak setuju.
Perusahaan sebaiknya menindaklanjuti pasca pelatihan terhadap karyawan yang tidak mengalami peningkatan prestasi kerja salah satunya dapat dengan
konseling kerja atau pemberian sanksi.
Tabel 8. Persepsi Responden Terhadap Indikator Prestasi Kerja
Sebelum Pelatihan Indikator
Setelah Pelatihan Sangat
Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju Sangat setuju
Sangat tidak
setuju Tidak
setuju Setuju Sangat
setuju Kemampuan
1,2 9 66
6,2 N 2,4
64,6 3,7
2,5 7,4 85,2
4,9 O 2,4
75,6 19,5
1,2 12,3 76,5
9,9 P 2,4
2,4 62,2
3,7 2,3 10,4
77,5 9,8
Total 2,5 0,9
68,5 28,1
Hubungan Manusia
1,2 4,9 86,4
7,4 Q 2,4
2,4 61
32,9 0 6,2
81,5 12,3 R 1,2
2,4 63,4
31,7 0 4,9
87,7 7,4
S 2,4
74,4 22
0 11,1 84
4,9 T 1,2
2,4 75,6
19,5 0,3 6,8
84,9 8
Total 1,9 1,9
69,4 26,8
Tanggung jawab
0 3,7 84
12,3 U 1,2 1,2
65,9 30,5
1,2 4,9 80,2
13,6 V 2,4
75,6 20,7
1,2 4,9 80,2
13,6 W
2,4 1,2
65,9 29,3
1,1 6 75,4
17,5 Total 2,8 1,1
60 36,1
Disiplin 0 4,9
82,7 12,3 X 1,2
2,4 63,4
31,7 1,2 14,8
69,1 14,8
Y 2,4 4,9
68,3 23,2
1,2 3,7 80,2
14,8 Z 1,2
1,2 65,9
30,5 1,2 4,9
79 14,8
AA 1,2 1,2
63,4 32,9
0,9 7,1 77,8
14,2 Total 1,5 2,5
66 30
Kreativitas 4,9 7,3
80,5 6,1
AB 2,4 2,4
73,2 20,7
N = Saya mengerti dalam mengerjakan pekerjaan sesuai standar kerjastandar mutu O = Saya rapi dan teliti dalam bekerja dengan sistem 5W-1H
P = Saya selalu memakai alat keselamatan kerjaAPD secara konsisten Q = Saya dapat bekerja dengan baik sesama rekan kerja
R = Saya terbuka menerima saran dari atasan S = Saya perhatian terhadap lingkungan perusahaan
T = Saya selalu berdiskusi dengan atasan rekan kerja bawahan U = saya serius dalam menyelesaikan pekerjaan
V = Saya selalu tepat waktu dalam bekerja dan rapat-rapat W = Saya melaksanakan perbaikan untuk kemajuan pekerjaan
X = saya tidak pernah mendapat peringatan lisan atau tulisan Y = Saya selalu mematuhi target 7 jam kerja
Z = Saya memenuhi aturan perusahaan AA = Saya meminta ijin bila meinggalkan tempat kerja
AB = Saya menemukan ide-ide baru dalam memperlancar pekerjaan
Hubungan reaksi terhadap prestasi kerja dapat dijelaskan dengan uji peringkat Spearman. Hasil dari uji peringkat Spearman reaksi terhadap
prestasi kerja Tabel 9 menunjukkan bahwa delapan variabel indikator yang memiliki korelasi dengan reaksi. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari
nilai alpha 0,10. Koefisien korelasi peringkat Spearman seluruhnya bertanda positif yang memiliki arti bahwa ada hubungan positif antara prestasi kerja
dengan reaksi pelatihan. Jika reaksi pelatihan besar maka prestasi kerja pun meningkat. Dilihat dari nilai koefisien korelasi peringkat Spearman sesuai
bahwa indikator hasil, perilaku, disiplin, pembelajaran, dan hubungan manusia memiliki tingkat hubungan yang rendah terhadap reaksi pelatihan.
Indikator tanggung jawab, kreativitas, dan kemampuan memiliki tingkat hubungan sangat rendah terhadap reaksi. Tingkat hubungan yang rendah dan
sangat rendah ini memiliki arti jika terjadi peningkatan yang tinggi terhadap reaksi hal ini tidak akan meningkatkan kedelapan indikator secara tinggi
pula. Manajemen perusahaan perlu meningkatan pemahaman antara pengaruh reaksi terhadap peningkatan prestasi kerja. Sehingga pelaksanaan
pelatihan dapat lebih mempengaruhi karyawan dari segi prestasi kerja. Tabel 9 . Hasil Uji Peringkat Spearman Prestasi Kerja Terhadap Reaksi
Indikator Koefisien Korelasi peringkat spearman
terhadap reaksi Probabilitas
1 Hasil 0,380
0,000 2 Perilaku
0,347 0,020
3 Disiplin
0,227 0,041
4 Pembelajaran 0,223
0,046 5 Hubungan
Manusia 0,211 0,059
6 Tanggung Jawab 0,197
0,077 7 Kreativitas
0,188 0,094
8 Kemampuan 0,071
0,526
4.5. Pengaruh Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja