1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, proses pembelajaran merupakan hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Pendidikan IPA
adalah salah satu program pendidikan yang ada di sekolah menengah atas. Salah satu ilmu yang termasuk ke dalam pendidikan IPA adalah pelajaran kimia.
Mempelajari kimia tidak hanya dengan mengingat konsep dan fakta-fakta, tetapi siswa hendaknya turut aktif dalam proses menemukan konsep dan fakta yang
diperolehnya. Keaktifan dalam proses penemuan konsep dan fakta dapat dilakukan dengan pembelajaran konstruktivis.
Hal ini berarti pembelajaran di
kelas tidak cukup bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya, tetapi lebih bersifat membangun pengetahuan melalui pengalaman yang bersentuhan
dengan objek belajar. Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan konsep-konsep dan
membangun pengetahuan dalam pelajaran kimia. Pembelajaran sains di Indonesia cenderung menekankan pada aspek produk atau hasil. Sehingga aspek proses
kurang mendapatkan porsi yang cukup. Aspek proses tersebut salah satunya adalah keterampilan proses sains. Kurangnya waktu dan alat laboratorium adalah
alasan yang sering dikemukakan oleh guru. Sehingga untuk mengembangkan
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran masih sulit Rohmatika et al.,2012.
Selain dari aspek proses, seringkali masalah yang muncul adalah penilaian afektif siswa. Penilaian afektif penting dilakukan karena keberhasilan
pembelajaran kimia juga dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Oleh karena itu untuk mengopimalkan keberhasilan pembelajaran dan proses pembelajaran bagi
siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa salah satunya adalah sikap siswa sesuai PP No. 19 tahun 2005 pasal 64.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan terbiasa
memecahkan masalah
dengan langkah-langkah
ilmiah dan
dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa, yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri. Model Inkuiri menemukan memiliki keunggulan yang membuat siswa
selalu bersemangat dalam menjalani kegiatan belajar mengajar karena siswa akan lebih mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi untuk memperoleh pengetahuan
dengan melakukan penelitian secara berkala dan berkelanjutan Agustanti, 2012. Seperti yang dikemukakan oleh Ambarsari et al. 2013 siswa harus mampu
berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dipahami. Inkuiri mempunyai efektifitas tinggi sebagai model pembelajaran yang
membantu siswa dalam menemukan konsep dan menggunakan keterampilan proses sains Yager Akcay, 2008.
Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan siswa untuk berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh siswa Zulfiani et al., 2009. Inkuiri
merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang mencanangkan bahwa pembelajaran disajikan secara kontekstual dan
mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran kimia tidak cukup hanya dengan pengetahuan konsep, namun harus ditekankan pada
penerapan konsep tersebut.Salah satunya dengan kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains. Nopitasari
et al. 2012 menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk mengembangkan keterampilan proses sains karena kemampuan proses sains dapat meningkatkan
kemampuan berpikirnya, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat serta membantu siswa dalam
mempelajari konsep sains. Hal tersebut didukung oleh Osman dan Vebrianto 2013 bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan observasi dan
praktikum dapat meningkatkan keingintahuan siswa, menguatkan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Tujuan pembelajaran kimia, khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah,
adalah untuk: 1 memupuk sikap ilmiah, yang mencakup: sikap jujur dan obyektif terhadap data; sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang
lain serta mau mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak
mudah percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris; dan dapat bekerjasama dengan orang lain; serta 2 memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode
ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil
eksperimen secara lisan dan tertulis Depdiknas, 2003b. Tujuan ini sesuai dengan indikator Keterampilan Proses Sains, yaitu mengamati, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan, menafsirkan,
meramalkan, mengajukan
pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil Adiprasetyo, 2012. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka keterampilan
proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih
menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan Rustaman, 2005. Pembelajaran juga memerlukan media pembelajaran karena fungsi media
pembelajaran adalah untuk mempermudah dalam menyamakan persepsi siswa Haryanto, 2011.
Media pembelajaran dapat digunakan untuk menjadikan suasana belajar lebih efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mempermudah dan
menyamakan persepsi siswa, dalam penelitian ini menggunakan media flow card. Flow card merupakan modifikasi dari diagram alir flow diagram yaitu suatu
rangkaian yang menggambarkan proses atau prosedur kerja dalam kegiatan praktikum Davidowitz dan Rollnick, 2001. Media flow card merupakan bentuk
perantara untuk memperluas gagasan siswa. Melalui media kartu alir flow card siswa akan lebih aktif dalam melasanakan praktikum, motivasi siswa juga akan
meningkat karena langkah-langkah praktikum sudah tervisualisasi dengan jelas,
sehingga akan lebih mendorong keterampilan proses sains siswa dalam praktikum Wasilah, 2012.
Observasi yang dilakukan di lima sekolah diketahui bahwa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan belum diadakan praktikum dengan alasan
keterbatasan bahan dan waktu pelaksanaan. Hal tersebut membuat siswa kesulitan dalam memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, karena tidak dapat
membentuk pemahamanya secara langsung. Atas dasar itulah, dalam materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan harus dapat ditegaskan dengan melakukan
pembuktian dalam percobaan praktikum. Kegiatan praktikum media yang digunakan hanyalah buku petunjuk
praktikum yang sudah terdapat pada bahan ajar seperti buku dan lembar kerja siswa. Hal tersebut yang dialami oleh siswa SMA Negeri 4 Pekalongan,
khususnya kelas XI IPA. Menurut penuturan guru pengampu mata pelajaran Kimia, terdapat masalah yang dihadapi oleh siswa kelas XI IPA salah satunya
adalah siswa kesulitan untuk mengembangkan keterampilan proses sains dalam praktikum maupun dalam penilaian kognitif terutama pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan, terlihat dari nilai praktikum dan nilai kognitif yang rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XI IPA tahun ajaran 20132014 bahwa
nilai rata-rata siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih cukup rendah yaitu 60,87. Nilai tersebut masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan
maksimal yaitu 75. Padahal pembelajaran kimia yang dilakukan sudah menggunakan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi, tetapi
keterampilan proses sains siswa belum terlihat. Untuk meningkatkan keterampilan
proses sains, maka siswa memerlukan media yang lebih menyenangkan dan praktis sehingga mendukung proses belajar salah satunya menggunakan media
kartu alir flow card. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4
Pekalongan.
1.2 Rumusan Masalah