PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA FLOW CARD TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PEKALONGAN
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Devi Dwi Ariani
4301411053
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
(2)
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Janganlah larut dalam satu kesedihan karena masih ada hari esok yang
menyongsong dengan sejuta kebahagiaan”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat untuk maju.
2. Teman suka duka saya Hari Suka yang telah dengan penuh keikhlasan mengulurkan tenaga dan kasih selama ini.
3. Teman-teman seperjuangan kuliah Pendidikan Kimia 2011 .
(5)
v
PRAKATA
Saya haturkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kaya karena berkat nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga terselesaikanlah skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow card Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
2. Ketua jurusan kimia Universitas Negeri Semarang yaang telah memberikan ijin penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Murbangun Nuswowati M.Si, dosen pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Sri wardani, M.Si, dosen penguji yang memberikan saran dan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Harsiwi, guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA N 4 Pekalongan yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam skripsi ini diuraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian di SMA Negeri 4 pekalongan, yakni sebuah penelitian dalam bidang pendidikan dengan berfokus kepada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan proses sains siswa.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya dan bagi perkembangan pendidikan pada umumnya.
Semarang, Agustus 2015 Penulis
(6)
vi
ABSTRAK
Ariani, Devi Dwi. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Terhadap Ketarampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, dan Pembimbing Pendamping Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si
Kata kunci: Model Inkuiri; Keterampilan Proses Sains; Media Flow Card.
Penelitan eksperimen ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siwa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang diterapkan di SMA Negeri 4 Pekalongan pada tanggal 20 April-14 Mei 2015. Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest and posttest control group design. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, dengan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Analisis data menggunakan uji perbedaan rata-rata pihak kanan, analisis pengaruh antar variabel, dan penentuan koefisien determinasi. Aspek afektif dan keterampilan proses sains, dianalisis secara deskriptif. Hasil uji perbedaan rata-rata pihak kanan memperlihatkan thitung keterampilan proses sains sebesar 2,91 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi 5% yaitu 1,99. Analisis pengaruh antar variabel menghasilkan nilai koefisien korelasi biserial (rb) hasil keterampilan proses sains sebesar 0,411, sedangkan perhitungan koefisien determinasi menunjukkan penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card sebesar 16,89% terhadap keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.
(7)
vii
ABSTRACT
Ariani, Devi Dwi. 2015. The Effect of Implementation A Inquary Learning Model Assisted Flow Card Media To The Science Process Skills for XI Grade of Senior High School 4 of Pekalongan. Skripsi, Chemistry Departement of Mathematics and Natural Science Faculty of Semarang State University. Main Lecturer Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, and Second Lecturer Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si
Keywords:Flow Card Media; Inquiry Model; Science Process Skills
This experimental research aim to determine the effect of implementation a inquary learning model assisted flow card media to the science process skills on the solution and constanta solubility product that is applied to the teaching process of senior high school 4 of pekalongan on April 20th until May 14th, 2015.. This research designs modified pretest and posttest control group design. sample was choose by cluster random sampling technique, the experimental class using inquary learning models assisted flow card media while the control class using speech method. The technique of analysis data are the mean difference test, analysis of the influence among variables, and coefficient of determination. The affective aspect and science process skills were analyzed descriptively. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while
ttabel value at 5% is 1,99. The influence among variables analysis showed that the
biserial coefficient value is 0,411. Calculation of the coefficient of determination showed the application of inquiry learning models aided flow card media was affect 16,89 % to the science process skills. Based on the mean difference test showed tcalculated of science process skills was 2,91 while ttabel value at 5% is 1,99.
The influence among variables analysis showed that the biserial coefficient value is 0,411. Calculation of the coefficient of determination showed the application of inquiry learning models aided flow card media was affect 16,89 % to the science process skills. So, it can be concluded that the implementation of inquiry learning models assisted flow card media was affected to the science process skills of students.
(8)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 7
1.5Pembatasan Masalah ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.2 Penelitian terkait... 22
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian... 23
2.4 Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
3.3 Variabel Penelitian ... 26
3.4 Desain Penelitian ... 26
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 28
(9)
ix
3.7 Analisis Instrumen Penelitian ... 32
3.8 Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains... 35
3.9 Analisis Lembar Angket ... 36
3.10 Teknik Analisis Data... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.2 Pembahasan ... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1 Simpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri... 10
3.1 Rincian Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan... 25
3.2 Desain Penelitian... 27
3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal... 33
3.4 Kriteria Reliabilitas... 36
3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal... 37
3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi... 38
3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur... 40
3.8 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Biserial (rb)... 45
4.1 Data Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 47
4.2 Hasil Uji Normalitas... 48
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians... 49
4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Keterampilan Proses Sains... 50
4.5 Koefisien Determinasi... 52
4.6 Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan observasi... 53
4.7 Rata-rata Nilai Aspek Afektif Siswa... 56
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ... 24 4.1 Hasil Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
kontrol... 48 4.2 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Observasi
... 54 4.3 Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Tes... 55 4.4 Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 57 4.5 Hasil Analisis Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran... 59
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Data Nilai UAS Kelas XI IPA ... 75
Lampiran 2 Daftar Nama Siswa kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77
Lampiran 3 Uji Normalitas Populasi ... 79
Lampiran 4 Uji Homogenitas Populasi ... 91
Lampiran 5 Uji Kesamaan Rata-rata Populasi ... 92
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal ... 97
Lampiran 7 Soal Kelarutan Pretest dan Posttest... 98
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 101
Lampiran 9 Reliabilitas Soal Uraian ... 110
Lampiran 10 Hasil Pretest dan Posttest Soal Uraian ... 112
Lampiran 11 Uji Normalitas Hasil Pretest... 114
Lampiran 12 Uji Normalitas Hasil Posttest ... 120
Lampiran 13 Uji Kesamaan Dua Variant Nilai Posttest ... 126
Lampiran 14 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Posttest ... 128
Lampiran 15 Analisis Pengaruh Antar Variabel ... 130
Lampiran 16 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 131
Lampiran 17 Analisis Keterampilam Proses Sains Observasi ... 132
Lampiran 18 Rata-rata Hasil KPS Berdasarkan Tes Kognitif ... 141
Lampiran 19 Analisis Aspek Afektif ... 145
Lampiran 20 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 154
Lampiran 21Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 157
Lampiran 22 RPP Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 161
Lampiran 23 Lembar Penilaian Afektif ... 204
Lampiran 24 Rubrik Penilaian Afektif ... 205
Lampiran 25 Lembar penilaian Keterampilan Proses Sains ... 207
Lampiran 26 Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 209
Lampiran 27 Lembar Diskusi Siswa ... 213
Lampiran 28 Bahan Ajar Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 227
Lampiran 29 Media Flow Card... 242
Lampiran 30 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Tes KPS ... 243
Lampiran 31 Lembar Validasi Silabus Oleh Dosen ... 244
Lampiran 32 Lembar Validasi RPP Oleh Dosen ... 246
Lampiran 33 Lembar Validasi Penilaian Aspek Afektif Oleh Dosen ... 248
Lampiran 34 Lembar validasi Penilaian KPS Oleh Dosen ... 250
Lampiran 35 Lembar Validasi Angket Tanggapan Siswa Oleh Dosen ... 252
Lampiran 36 Surat Keterangan Penelitian ... 253
(13)
xiii
Lampiran 38 Hasil Diskusi Siswa ... 259
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, proses pembelajaran merupakan hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Pendidikan IPA adalah salah satu program pendidikan yang ada di sekolah menengah atas. Salah satu ilmu yang termasuk ke dalam pendidikan IPA adalah pelajaran kimia. Mempelajari kimia tidak hanya dengan mengingat konsep dan fakta-fakta, tetapi siswa hendaknya turut aktif dalam proses menemukan konsep dan fakta yang diperolehnya. Keaktifan dalam proses penemuan konsep dan fakta dapat dilakukan dengan pembelajaran konstruktivis. Hal ini berarti pembelajaran di kelas tidak cukup bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya, tetapi lebih bersifat membangun pengetahuan melalui pengalaman yang bersentuhan dengan objek belajar.
Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan konsep-konsep dan membangun pengetahuan dalam pelajaran kimia. Pembelajaran sains di Indonesia cenderung menekankan pada aspek produk atau hasil. Sehingga aspek proses kurang mendapatkan porsi yang cukup. Aspek proses tersebut salah satunya adalah keterampilan proses sains. Kurangnya waktu dan alat laboratorium adalah alasan yang sering dikemukakan oleh guru. Sehingga untuk mengembangkan
(15)
keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran masih sulit (Rohmatika et al.,2012).
Selain dari aspek proses, seringkali masalah yang muncul adalah penilaian afektif siswa. Penilaian afektif penting dilakukan karena keberhasilan pembelajaran kimia juga dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Oleh karena itu untuk mengopimalkan keberhasilan pembelajaran dan proses pembelajaran bagi siswa, guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa salah satunya adalah sikap siswa (sesuai PP No. 19 tahun 2005 pasal 64). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan terbiasa memecahkan masalah dengan langkah-langkah ilmiah dan dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
Model Inkuiri (menemukan) memiliki keunggulan yang membuat siswa selalu bersemangat dalam menjalani kegiatan belajar mengajar karena siswa akan lebih mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi untuk memperoleh pengetahuan dengan melakukan penelitian secara berkala dan berkelanjutan (Agustanti, 2012). Seperti yang dikemukakan oleh Ambarsari et al. (2013) siswa harus mampu berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dipahami. Inkuiri mempunyai efektifitas tinggi sebagai model pembelajaran yang membantu siswa dalam menemukan konsep dan menggunakan keterampilan proses sains (Yager & Akcay, 2008).
Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan siswa untuk berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh siswa (Zulfiani et al., 2009). Inkuiri
(16)
merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mencanangkan bahwa pembelajaran disajikan secara kontekstual dan mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Pembelajaran kimia tidak cukup hanya dengan pengetahuan konsep, namun harus ditekankan pada penerapan konsep tersebut.Salah satunya dengan kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains. Nopitasari et al. (2012) menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk mengembangkan keterampilan proses sains karena kemampuan proses sains dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya, dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, meningkatkan daya ingat serta membantu siswa dalam mempelajari konsep sains. Hal tersebut didukung oleh Osman dan Vebrianto (2013) bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan observasi dan praktikum dapat meningkatkan keingintahuan siswa, menguatkan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tujuan pembelajaran kimia, khususnya pada bahan kajian Kerja Ilmiah, adalah untuk: (1) memupuk sikap ilmiah, yang mencakup: sikap jujur dan obyektif terhadap data; sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa dukungan hasil observasi empiris; dan dapat bekerjasama dengan orang lain; serta (2) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian
(17)
hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2003b). Tujuan ini sesuai dengan indikator Keterampilan Proses Sains, yaitu mengamati, mengelompokkan atau mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil (Adiprasetyo, 2012).
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan (Rustaman, 2005). Pembelajaran juga memerlukan media pembelajaran karena fungsi media pembelajaran adalah untuk mempermudah dalam menyamakan persepsi siswa (Haryanto, 2011).
Media pembelajaran dapat digunakan untuk menjadikan suasana belajar lebih efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mempermudah dan menyamakan persepsi siswa, dalam penelitian ini menggunakan media flow card. Flow card merupakan modifikasi dari diagram alir (flow diagram) yaitu suatu rangkaian yang menggambarkan proses atau prosedur kerja dalam kegiatan praktikum (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Media flow card merupakan bentuk perantara untuk memperluas gagasan siswa. Melalui media kartu alir (flow card) siswa akan lebih aktif dalam melasanakan praktikum, motivasi siswa juga akan meningkat karena langkah-langkah praktikum sudah tervisualisasi dengan jelas,
(18)
sehingga akan lebih mendorong keterampilan proses sains siswa dalam praktikum (Wasilah, 2012).
Observasi yang dilakukan di lima sekolah diketahui bahwa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan belum diadakan praktikum dengan alasan keterbatasan bahan dan waktu pelaksanaan. Hal tersebut membuat siswa kesulitan dalam memahami materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, karena tidak dapat membentuk pemahamanya secara langsung. Atas dasar itulah, dalam materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan harus dapat ditegaskan dengan melakukan pembuktian dalam percobaan praktikum.
Kegiatan praktikum media yang digunakan hanyalah buku petunjuk praktikum yang sudah terdapat pada bahan ajar seperti buku dan lembar kerja siswa. Hal tersebut yang dialami oleh siswa SMA Negeri 4 Pekalongan, khususnya kelas XI IPA. Menurut penuturan guru pengampu mata pelajaran Kimia, terdapat masalah yang dihadapi oleh siswa kelas XI IPA salah satunya adalah siswa kesulitan untuk mengembangkan keterampilan proses sains dalam praktikum maupun dalam penilaian kognitif terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, terlihat dari nilai praktikum dan nilai kognitif yang rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2013/2014 bahwa nilai rata-rata siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih cukup rendah yaitu 60,87. Nilai tersebut masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan maksimal yaitu 75. Padahal pembelajaran kimia yang dilakukan sudah menggunakan berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi, tetapi keterampilan proses sains siswa belum terlihat. Untuk meningkatkan keterampilan
(19)
proses sains, maka siswa memerlukan media yang lebih menyenangkan dan praktis sehingga mendukung proses belajar salah satunya menggunakan media kartu alir (flow card).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan?
2. Berapa besar pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow cardterhadap keterampilan proses sains pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan. 2. Mengetahui beasarnya pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri
(20)
materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik hasil penelitian ini memiliki manfaat memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan praktikum sehingga dapat memperoleh fakta dan konsep-konsep dalam pelajaran kimia.
2) Bagi Guru
Memberikan alternatif model pembelajaran dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa untuk menemukan konsep sendiri.
3) Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas mutu pendidikan yang lebih efektif.
(21)
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan mediaflow cardterhadap keterampilan proses sains.
1.5
Pembatasan Masalah
Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas dengan materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutanuntuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains.
(22)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Model Inkuiri
Proses pembelajaran sebaiknya menuntut siswa aktif dan berpusat pada pendekatan sains yang meliputiinkuiri. Inkuiri merupakan suatu proses pemecahan suatu masalah dengan kritis, analitis ilmiah menggunakan langkah tertentu untuk menarik kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data (Suhardiman dan Hamdi, 2012). Model inkuiri adalah suatu model yang melibatkan siswa aktif dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau informasi sendiri. Model Inkuiri mempunyai keunggulan yaitu dengan cara memberi kesempatan siswa untuk bertanya, menyelidiki dan akhirnya mengambil kesimpulan (Agustin et al., 2011).
Beberapa prinsip utama dalam strategi pembelajaran inkuiri yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik, yaitu (1) berorientasi pada pengembangan intelektual, yaitu mengukur siswa dari sejauh mana menguasai dan memahami materi, melainkan bagaimana siswa mencari dan menemukan suatu makna melalui proses berpikir. (2) Prinsip bertanya, yaitu kemampuan guru dalam bertanya sangat diperlukan dalam proses pembelajaran inkuiri, selain itu siswa mampu mengembangkan sikap berpikir kritis dengan selalu aktif menanyakan fenomena yang sedang dipelajarinya. (3) Prinsip interaksi, yaitu untuk menumbuhkan proses interaksi, guru mempunyai peran penting agar siswa
(23)
mampu terangsang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dan mengatur interaksi agar berjalan dinamis. (4) Belajar untuk berpikir, yaitu belajar itu tidak hanya mengingat dan menghafal. Ada proses mental yang membuat siswa berpikir dan menggunakan segala kemampuannya serta melibatkan semua potensi diri siswa (Hartono, 2014).
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2006) terdapat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Langkah- langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Langkah Pembelajaran Keterangan
Orientasi Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Merumuskan masalah Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Mengajukan hipotesis Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Mengumpulkan data Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
(24)
pengumpulan data. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Suparno (2006) mengemukakan bahwa meski para ahli menjelaskan model inkuiri secara berbeda-beda, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses: 1) identifikasi persoalan, 2) membuat hipotesis, 3) pengumpulkan data, 4) menganalisis data, dan 5) mengambil kesimpulan.
Pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang;
2) Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi;; 3) Siswa mengerti konsep dasar dan ide-ide secara baik;
4) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri sesuai gaya belajar mereka; 5) Memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Pembelajarn inkuiri juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) Guru harus pandai merumuskan teka-teki atau pertanyaan kepada siswa
dengan baik;
2) Memerlukan waktu panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikan waktu yang ditentukan;
3) Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan model ini sukar untuk dikembangkan dengan baik.
(25)
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi, maka pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh guru. (Sanjaya,2006).
Berdasarkan uaraian langkah-langkah model inkuiri dari para ahli di atas memiliki beberapa kesamaan yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji data, dan menarik kesimpulan. Pelaksanaan dimulai dengan mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah secara berkelompok. Siswa menyelesaikan permasalahan dengan praktikum atau demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model inkuiri menurut Sanjaya (2006). Langkah inkuiri menurut Suparno (2006) tidak ada langkah orientasi kepada siswa. Langkah orientasi merupakan langkah penting. Pada langkah ini pendidik mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ini bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan tidak mungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka langkah inkuiri yang diterapkan di SMA Negeri 4 Pekalongan adalah:
1. Orientasi;
2. Merumuskan masalah; 3. Mengajukan hipotesis; 4. Mengumpulkan data;
(26)
5. Menguji hipotesis;
6. Merumuskan kesimpulan.
2.1.2 Media dan Media Pembelajaran
Media merupakan alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam menyampaikan informasi. Suatu proses pembelajaran pasti ada tujuan yang akan dicapai, untuk itu dalam menyampaikan informasi, guru memerlukan alat bantu untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas yang disebut dengan media pembelajaran (Setyono et al., 2013). Sedangkan menurut Nurseto (2011) media pembelajaran merupakan sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat sehingga dapat menyamakan persepsi siswa (Haryanto, 2011). Pemilihan media pembelajaran tidak harus menggunakan media yang berbasis teknologi, tetapi dapat menggunakan media sederhana sehingga memudahkan dalam proses pembuatannya. Media diagram alir adalah salah satu media visual sederhana yang dapat dijadikan media pembelajaran karena dengan media diagram alir siswa akan lebih mudah untuk memvisualisasikan konsep yang diterimanya.
2.1.3 Diagram / Bagan
Diagram termasuk dalam media visual. Fungsinya adalah menyajikan konsep-konsep atau ide-ide yang sulit apabila hanya disampaikan melalui lisan
(27)
atau tulisan. Diagram juga mampu memberikan informasi yang lebih ringkas dengan menampilkan hal-hal yang penting dari suatu presentasi (Sadiman et al., 2012). Sebagai media yang baik diagram / bagan harus dapat dimengerti siswa, sederhana dan lugas dan tidak rumit. Diagram / bagan harus berkaitan dengan materi yang akan disampaikan di kelas, jangan sampai terjadi miss concept data,atau informasi ( Daryanto, 2010).
2.1.4 Diagram Alir
Digram alir menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu organisasi. Tanda panah sering kali untuk mengambarkan arah arus tersebut (Sadiman et al., 2012). Diagram alir adalah suatu rangkaian yang memperlihatkan aliran urutan suatu proses atau hubungan beberapa prosedur yang menggambarkan tahapan dari prosedur kerja (Davidowitz dan Rollnick, 2001). Diagram alir dapat digunakan untuk media dalam pelaksanaan praktikum yaitu untuk menggambarkan cara kerja dalam praktikum tersebut.
2.1.5 Kartu Alir (Flow Card)
Kartu alir (flow card) merupakan modifikasi dari diagram alir yang dibuat dengan media kartu, di dalamnya terdapat simbol-simbol sederhana yang menggambarkan langkah kerja di laboratorium, dan dibuat urutan sehingga menunjukkan suatu aliran tahap-tahap prosedur yang mencerminkan pemahaman awal siswa dalam memahami langkah kerja suatu praktikum (Jelita, 2013). Media flow card ini dibuat lebih menarik dengan menyajikan gambar langkah-langkah dalam praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga kepahaman siswa
(28)
menggunakan alat dan bahan praktikum menjadi lebih baik.Penyajian gambar dapat membantu siswa memperoleh dan menyimpan kesan-kesan visual.
Media flow card yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu yang berisi langkah-langkah praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk praktikum. Media flow card ini berbentuk kartu yang saling terangkai menjadi satu dan dapat dibuka sesuai dengan urutan langkah praktikum. Penggunaan media flow card ini dapat menambah minat dan daya tarik siswa pada saat melakukan praktikum karena langkah-langkahnya sudah tervisualisasi dengan jelas. Media flow card ini juga mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menampilkan obyek yang terlalu kompleks serta ukurannya terlalu kecil untuk ditampilkan secara klasikal (Umamah, 2010).
2.1.6 Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (science process skill) merupakan keterampilan yang berorientasi pada proses IPA, dapat disebut juga sebagai keterampilan inkuiri. Keterampilan proses sains bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya (Rustaman, 2005). Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemempuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan inilah yang kemudian menjadi satu keterampilan individu (Holil, 2008).
Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain: (1) Mengamati, (2) Menggolongkan (mengklasifikasikan), (3) Manafsirkan
(29)
(menginterpretasikan), (4) Meramalkan, (5) Menerapkan, (6) Merencanakan penelitian, (7) Mengkomunikasikan (Ango, 2002). Sedangkan menurut Rustaman (2005) indikator keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
(1) Mengamati (observasi); (2) Mengelompokkan (klasifikasi); (3) Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi); (4) Meramalkan (Prediksi); (5) Mengajukan Pertanyaan; (6) Merumuskan Hipotesis; (7) Merencanakan Percobaan; (8) Menerapkan Konsep; (9) Berkomunikasi; (10) Menggunakan Alat dan Bahan. Pengajaran ilmu sains dalam hal ini pelajaran kimia yang diketahui objeknya adalah abstrak namun benar dan terbukti ada di alam akan sangat tepat bila diberikan dengan mengembangkan keterampilan proses seperti pada uraian sebelumnya.
Pembelajaran inkuiri yang diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam penelitian ini yaitu dengan metode praktikum sehingga di dalam praktikum keterampilan proses sains yang diukur terdapat indikator mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis dan menggunakan alat dan bahan ketika praktikum. Indikator ini juga sinkron dengan langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran inkuiri. Jadi dalam penelitian ini merujuk pada indikator menurut Rustaman (2005), yang mengungkapkan 10 indikator keterampilan proses sains. Dari 10 Indikator tersebut akan dibagi menjadi dua aspek penilaian, yaitu keterampilan proses sains yang diukur berdasarkan tes menggunakan soal uraian yang meliputi indikator mengajukan pertanyaan/merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi) dan menerapkan konsep, mengamati (observasi), menafsirkan pengamatan
(30)
(interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan berkomunikasi. Penilaian ini dilakukan pada saat posttest. Sedangkan penilaian keterampilan proses sains yang dilakukan dengan observasi langsung menggunakan lembar observasi meliputi indikator mengamati (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan berkomunikasi.
Penilaian keterampilan proses sains melalui lembar observasi dengan 3 observer. Penilaian ini dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum kelarutan dan hasil kali kelarutan di laboratorium. Setiap siswa mengenakan name tag supaya memudahkan observer melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan pada pertemuan ke 3, karena pada pertemuan ke 3 siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melakukan praktikum pengaruh penambahan ion sejenis terhadap kelarutan.
2.1.7 Aspek Afektif
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil bejar yang penting. Ada lima tipe karakteristik afektif yang terdiri dari sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral (Depdiknas, 2008). Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu sikap siswa selama mengikuti pelajaran.
Penilaian sikap terdiri disiplin, jujur, toleransi, tanggungjawab, gotongroyong, percaya diri dan santun (Depdiknas, 2014). Sikap siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi disiplin, tanggungjawab, gotongroyong, toleransi, percaya diri dan santun. Sikap jujur tidak dilakukan penilaian. Hal ini
(31)
karena sikap jujur cukup sulit untuk diamati, karena tidak semua sikap jujur tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan.
Sikap siswa yang dinilai adalah kedisiplinan, perhatian dan keaktifan siswa, menghargai pendapat orang lain, kelengkapan catatan dan buku/sumber belajar, serta sopan. Untuk menilai kedisiplinan siswa dapat dilihat dari kehadiran tepat waktu, selalu mengikuti pelajaran kimia, tepat waktu mengumpulkan tugas dan memakai atribut seragam dengan lengkap. Nilai perhatian dan keaktifan siswa dapat diamati dari keseriusan dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan mengerjakkan tugas, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru atau teman dan berdiskusi tentang materi Ksp. Untuk menilai sikap menghargai pendapat orang lain dapat dilihat ketika siswa mendengarkan ketika orang lain berpendapat dan tidak ramai di kelas. Kelengkapan catatan dan buku/sumber belajar dapat dinilai dari lengkap tidaknya catatan, kerapihan dan banyaknya buku sumber belajar yang dibawa siswa. Sopan dapat diamati dengan kriteria berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan di dalam kelas.
Penilaian sikap dilakukan melalui lembar observasi dengan 3 observer. Setiap siswa mengenakan name tag untuk memudahkan observer melakukan pengamatan. Penilaian sikap siswa dilaksanakan selama pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berlangsung, yaitu dari pertemuan pertama sampai terakhir.
(32)
Pokok Bahasan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan mencakup delapan sub pokok bahasan, yaitu:
1. Kesetimbangan dalam Larutan Garam yang Sukar Larut
Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan menghasilkan kation dan anion. Elektrolit sukar larut, ion-ion terlarutnya berada dalam larutan jenuh dan membentuk kesetimbangan heterogen dengan padatannya. tetapan kesetimbangan yang baru disebut tetapan hasil kali kelarutan. hasil kali kelarutan adalah kondisi suatu zat yang dapat larut dalam air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Secara umum, persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah: AxBy(s) ⇄ XAy+(aq) + YBx-(aq)
Maka Ksp = [Ay+]x[Bx-]y karena [AxBy] konstan Keterangan :
X dan Y adalah koefisien
x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B.
2. Kelarutan
Kenyataan menunjukan bahwa ada zat yang mudah larut dan ada pula zat yang tidak mudah larut dalam air. Zat yang mudah larut dalam air mempunyai harga kelarutan yang besar, sedang zat yang sukar larut mempunyai harga kelarutan yang kecil. Jumlah mol zat yang larut dalam 1 liter larutan sehingga terjadi larutan jenuhnya pada suhu 25◦C dan tekanan 1 atm, disebut kelarutan (Supardi &Luhbandjono, 2012).
(33)
3. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Ksp atau konstanta hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, dipangkatkan masing-masing koefisien reaksinya. Di dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara padatan dengan ion-ion hasil disosiasinya (Supardi & Luhbandjono, 2012)
Contoh;
AgCl(s) Ag+ (Aq) + Cl-(Aq) K =
Konsentrasi padatan selalu tetap selama zat padatnya ada, jadi: K . (AgCl (s)) = (Ag+) (Cl-)
Ksp = (Ag+) (Cl-)
Secara umum dapat dituliskan:
LaXb(s) a L b+ + b X
a-K =
K . = Ksp= (Supardi & Luhbandjono, 2012)
4. Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L–1, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan Bm– adalah: AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)
s mol L-1 ms mol L-1 ns mol L-1
(34)
Ksp AmBn = [An+]m [Bm–]n
= (ms)m (ns)n
= mm.sm.nn.sn
= mm.nn.sm+n
sm+n =
s = √
5. Pengaruh Ion Sejenis terhadap Kelarutan
Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan berkurang. Makin besar jumlah ion sejenis, makin kecil kelarutan senyawa tersebut.Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan.
6. Hubungan Ksp dengan pH
Dengan mengatur pH kita dapat memperbesar atau memperkecil kelarutan senyawa elektrolit. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan berbagai jenis zat.Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.
7. Hubungan Ksp dengan Pengendapan
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan, tergantung pada konsentrasi
(35)
ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan membentuk endapan AxBy, dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu:
a. Jika Qc AxBy>Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan,
b. Jika Qc AxBy = Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap)
c. Jika Qc AxBy<Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
8. Penerapan Prinsip Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Pembentukan stalagtit dan stalagmit b. Pembentukan batu ginjal dalam tubuh
c. Penambahan senyawa fluorida dalam pasta gigi d. Pemisahan logam melalui reaksi pengendapan
2.2
Penelitian Terkait
Penelitian terkait antara lainpenelitian yang dilakukan oleh Wiwin Ambarsari (2013) mengkaji tentang penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas VII. Dalam penelitiannya yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Fajariani dan Ismono (2013) juga berhasil menerapkan pembelajaran inkuiri untuk melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan adanya peningkatan nilai pretest dan postest dengan nilai <g> 0,66 yang dikatagorikan sedang.
Berdasarka hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Sartika Agustin et al. (2011) metode pembelajaran inkuiri terpimpin berpengaruh nyata terhadap
(36)
keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lalu Ria Suhardiman (2012) menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi 5% menghasilkan harga Fhitung sebesar 1.16 sementara harga Ftabel untuk derajat kebebasan pembilang 35 dan derajat kebebasan penyebut 35 dalam taraf signifikansi 5% sebesar 1.78dan harga Thitung diperoleh 3.86 sementara harga Ttabel sebesar 1.66 ini menunjukkan bahwa keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan metode pembelajaran inkuiri lebih baik dari pada keterampilan proses IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun Nopitasari (2012) menunjukkan bahwa dalam pembelajaran biologi menggunakan metode student created case studies disertai media gambar dapat melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains.
2.3
Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini digunakan dua tipe pembelajaran yaitu pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Gambar 2.1 adalah kerangka berpikir.
(37)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa.
Penerapan pembelajaran inkuiri pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan terhadap keterampilan proses
sains siswa Laporan Hasil
Praktikum
Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa
Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Kegiatan praktikum berbasis inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri
Masalah :
Keterampilan proses sains rendah yang ditunjukkan dengan nilai praktikum rendah
Akibat:
Siswa cenderung menghafal konsep dan fakta, kemampuan praktikum kurang.
Penyusunan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Media Flow Card Pada Meteri Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa
Kognitif Afektif
Keterampilan proses sains
(38)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pekalongan. SMA Negeri 4 Pekalongan terletak di jalan HOS. Cokro Aminoto Pekalongan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yaitu tanggal 20 April-14 Mei tahun 2015.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA-1, XI IPA-2, XI IPA-3 dan XI IPA-4 SMA Negeri 4 Pekalongan tahun pelajaran 2014/2015. Rincian populasi dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI-IPA 1 35
2 XI-IPA 2 36
3 XI-IPA 3 35
4 XI-IPA 4 36
Total 142
(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 4 Pekalongan 2014/2015)
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling yaitu mengambil dua kelas secara acak dari jumlah kelas anggota populasi dengan syarat populasi harus normal dan homogen. Dua kelas yang
(39)
terambil dari jumlah kelas anggota populasi akan terbagi menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:
(1) Kelas eksperimen : Model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card. (2) Kelas kontrol : Pembelajaran dengan metode ceramah.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi titik pusat penelitian. Dalam hal ini adalah keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel terkontrol yaitu variabel yang dijaga atau dikendalikan agar selalu konstan.Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum, materi, dan alokasi waktu pelajaran yang sama.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan pretest-posttest control group design. Dalam desain ini, diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian dapat dinyatakan pada Tabel 3.2
(40)
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Keterangan:
X1 : Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card
X2 : Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode ceramah Y1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
Y2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest (Sugiyono, 2010).
Selain terdapat pola rancang terdapat juga prosedur penelitian, terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.
3.4.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan observasi terhadap permasalahan yang ada, meliputi mengambil data awal berupa nilai ulangan dan nilai praktikum tahun sebelumnya, wawancara dengan guru dan siswa, melihat pembelajaran di kelas secara langsung, mengamati pelaksanaan praktikum, mengamati kondisi siswa dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu menyusun kisi-kisi instrumen penelian berdasarkan indikator.
3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pretest sebelum pelaksanaan pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dimulai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil pretest, melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card pada kelas eksperimen, penggunaan media
(41)
flow card pada saat siswa melakukan praktikum pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan. Media flow card digunakan sebagai petunjuk dalam merancang percobaan yang dilakukan. Pada kelas kontrol pembelajarnnya menggunakan metode ceramah. Melakukan posttest setelah semua pembelajaran selesai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, menganalisis hasil posttest dan menyusun laporan hasil penelitian.
3.5
Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan keterampilan proses sains siswa dalam ranah kognitif dan juga untuk mengetahui kemampuan analisis siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran. Di samping itu hasil tes evaluasi hasil belajar juga dianalisis untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah diterapkan.
3.5.2 Metode Angket
Metode angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran dengan model inkuiri berbantuan media flow card. Hasil angket dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa kemudian ditarik kesimpulan.
3.5.3 Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan proses sains siswa pada saat melaksanakan kegiatan praktikum. Hasil dari metode pengambilan data ini disajikan dalam bentuk lembar pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti dan diisi oleh tiga orang observer selama kegiatan
(42)
belajar berlangsung. Pada saat dilakukan penilaian siswa mengenakan name tag agar mempermudah observer ketika melakukan penilaian. Metode observasi juga dilakukan untuk menilai afektif siswa ketika pembelajaran di kelas berlangsung.
3.5.4 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk analisis data awal dan juga data akhir penelitian.
3.6
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti luas, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, evaluasi berupa tes uraian, lembar observasi keterampilan proses sains siswa, lembar angket untuk mengetahui tanggapan siswa.
3.6.1 Silabus
Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus dengan model inkuiri.
3.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dengan model pembelajaran inkuiri.
(43)
3.6.3 Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu materi pembelajaran kimia SMA kelas XI IPA semester genap materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 4 Pekalongan.. Materi pelajaran disampaikan dengan model inkuiri, menggunakan bahan ajar yang ditentukan dan menggunakan media flow card ketika praktikum pada kelas eksperimen.
3.6.5 Instrumen Validasi Soal Pretest dan Posttest
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen validasi soal pretest dan posttest adalah:
1. Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan instrumen dengan kurikulum yaitu bidang studi kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Merancang soal pretest dan posttest pemahaman konsep. Dalam merancang
soal, hal yang harus dilakukan yaitu menentukann jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diuji cobakan 15 soal uraian dengan alokasi waktu 90 menit.
3. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal. 4. Menyusun butir-butir soal.
5. Memvalidasi soal, dan
6. Menganalisis hasil validasi soal, yaitu validitas dan realibilitas perangkat tes yang digunakan.
(44)
3.6.6 Instrumen Lembar Angket
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angketadalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon siswa yang terdiri dari 16 pertanyaan.
2. Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar ratting scale dengan jawaban sangat setuju,setuju, kurang setuju, tidak setuju.
3. Menyusun aspek yang telah ditentukan dalam lembar angket.
4. Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah tersusun kepada ahli yaitu dosen pembimbing.
3.6.7 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah aspek yang akan diamati untuk penilaian ketetampilan proses sains yang terdiri dari 10 aspek.
2. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi yang berupa daftar Rating Scale.
3. Menyusun aspek-aspek keterampilan proses sains yang terdiri dari 10 indikator yaitu mengamati, mengelompokkan atau mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep dan mengkomukasikan hasil yang telah ditentukan dalam bentuk lembar observasi.
(45)
4. Mengkonsultasikan lembar observasi yang telah disusun kepada ahli yaitu dosen pembimbing.
3.6.8 Langkah Penyusunan Lembar Observasi Afektif
1. Menentuakan aspek yang diamati dalam penilaian afektif siswa.
2. Aspek yang diamati dalam penilaian afektif adalah sikap disiplin, tanggungjawab, gotongroyong, toleransi, percaya diri dan santun.
3. Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.
4. Menyusun lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian lembar observasi.
3.7
Analisis Instrumen Penilaian
Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini diujicobakan pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 4 Pekalongan karena siswa tersebut telah mendapatkan materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas, dan reliabilitas.
3.7.7 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010).
Validitas soal-soal pre test-post test dalam penelitian ini yaitu validitas isi soal.
(46)
3.7.1.1Validitas Isi Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Menurut Arikunto (2006), sebuah data dikatakan valid jika sesuai dengan keadaannya. Validitas untuk tes berbentuk uraian digunakan validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Untuk menguji menggunakan validitas isi digunakan pendapat ahli. Isi instrumen dibuat sesuai dengan indikator yang akan diukur, kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli akan memberi keputusan apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, digunakan dengan perbaikan, dan mungkin dirombak total (Sugiyono, 2010). Dosen validator yang dipilih adalah dosen diluar dosen pembimbing dan guru mata pelajaran Kimia, yaitu Ibu Sri Susilogati. Sedangkan ahli yang dipilih untuk memberikan validasi terhadap soal adalah guru mata pelajaran Kimia Ibu Harsiwi..
Ringkasan hasil analisis uji validitas soal uji coba termuat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Analisis Uji Validitas Soal
No. Submateri Indikator KPS
Kategori
(Nomor Soal) Jumlah
Soal Valid Tidak
Valid 1. Kesetimbangan
dalamlarutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Mengamati Berkomunikasi Merumuskan Hipotesis 1 14 9 - - - 3
2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau Pengendapannya Mengelompok kan (klasifikasi)
2 -
2
(47)
percobaan 3. Menuliskan
ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
Menerapkan konsep
11 - 1
4. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
Menerapkan konsep
12, 13
- 2
5. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Menafsirkan pengamatan (Interpretasi) Mengajukan pertanyaan 3 8 - - 2
6. Menentukan pH larutan dari harga Kspnya
Meramalkan (prediksi)
7 - 1
7. Memperkirakan terbentuknya endapanberdasar kan harga Ksp dan membuktikannya dengan percobaan Meramalkan (prediksi) Menggunakan alat dan bahan
4, 5, 6 15
-
-
4
Hasil uji validitas isi didapatkan bahwa soal yang valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 soal uji coba yang valid selanjutnya digunakan sebagai soal posttest keterampilan proses sains siswa.
(48)
3.7.8 Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tetap meskipun diteskan berkali-kali. Dalam mencari reliabilitas
instrumen soal tes dalam penelitian ini digunakan rumus α – Cronbach, yaitu:
r11 = ( ∑ Keterangan:
r11 = reliabilitas n = jumlah soal Si2 = varian butir St2 = varian total
Instrumen dikatakan reliabel jika r11 0,7. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh reliabilitas soal sebesar 0,71. Angka tersebut menunjukkan bahwa instrumen soal reliabel karena harga r11 0,7.
3.8
Analisis Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Proses
Sains dan Aspek Afektif
3.8.1 Validitas
Lembar observasi diuji vailiditas isi dengan menggunakan expert validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing I (judgment expert) (Sugiyono, 2010).
3.8.2 Reliabilitas
Pengujian reliabilitas untuk instrumen lembar observasi menggunakan inter rater reliability :
r11 = Keterangan:
r11 = reliabilitas penilaian untuk seorang rater Vp = varian untuk responden
(49)
Ve = varian untuk kesalahan k = jumlah rater
3.9
Analisis Lembar Angket Respon
3.9.1 Validitas
Lembar angket respon diuji validitas isi dengan menggunakan expert validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing.
3.9.2 Reliabilitas
Reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus alpha Cronbach yaitu:
( Arikunto, 2010)
Varians :
Keterangan:
= reliabilitas instrumen = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
Inteval Kriteria
0,8 < r11 ≤1.0 0,6 < r11 ≤ 0,8 0,4 < r11≤ 0.6 0,2 < r11≤ 0,4 r11≤ 0,2
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2010).
(50)
3.10 Teknik Analisis Data
Data yang dihasilkan dari instrumen kemudian akan diolah dan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui instrumen yang diberikan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau belum. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.10.1 Analisis Data Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi dan menentukan teknik pengambilan sampel. Analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal ini adalah data nilai ujian semester gasal kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pekalongan. Data nilai ujian semester gasal kelas XI IPA dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Data Nilai Ujian Akhir Semester Gasal
No. Kelas Jumlah
Siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
1. XI IPA 1 35 90 34 59,17
2. XI IPA 2 36 80 36 59,5
3. XI IPA 3 35 86 36 61,11
4. XI IPA 4 36 86 48 66,02
3.10.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai
(51)
statistik parametrik atau non parametrik. Rumus yang digunakan ialah sebagai berikut:
∑
Keterangan:
= chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: H : distribusi data tidak berbeda dengan distribusi normal. H diterima jika (1 )( 3)
2 2
k
hitung
dengan taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005). Data yang dianalisis diambil dari hasil ujian akhir semester gasal dari populasi. Hasil perhitungan dimuat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi
No. Kelas Kriteria
1. XI IPA 1 3,07 7,81 Distribusi normal 2. XI IPA 2 3,75 7,81 Distribusi normal 3. XI IPA 3 1,99 7,81 Distribusi normal 4. XI IPA 4 2,83 7,81 Distribusi normal
Populasi berdistribusi normal apabila < . Berdasarkan perhitungan data populasi pada semua kelas, diperoleh kurang dari
(52)
kelas berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Sampel kelas kemudian dipilih, yaitu siswa pada kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4.
3.10.1.2Uji Homogenitas Populasi
Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama. Oleh Karena itu sebelum teknik cluster random sampling digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dengan menggunakan uji Bartlett. Rumusnya ialah sebagai berikut:
∑
∑
∑
] log ) 1 ( )[
10
(ln 2
2
i
i S
n B
Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelas S = variansi gabungan
ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas B = koefisien Bartlett
χ2
= harga konsultasi homogenitas sampel Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
H : populasi memiliki homogenitas yang tidak berbeda. Hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan tabel chi kuadrat dengan peluang (1 - ) untuk = 5% dan dk = k – 1. Kriteria pengujiannya adalah jika , maka H diterima sehingga populasi dikatakan homogen (Sudjana 2005). Berdasarkan hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 3,01 dan untuk α = 5% dengan
(53)
= 4 – 1 = 3 diperoleh = 7,81. Karena χ2hitung <χ2tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti ketiga kelas mempunyai varians yang sama (memiliki homogenitas yang sama).
3.10.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata antar Kelas dalam Populasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:
H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μk) A : ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi
Ringkasan perhitungan anava satu jalur disajikan pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Ringkasan ANAVA Satu Jalur
Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 Ry R = Ry / 1
Antar Kelompok k – 1 Ay A = Ay / (k-1)
Dalam Kelompok ∑ Dy D= ∑
Total ∑ ∑
Keterangan:
Ry = jumlah kuadrat rata-rata
∑
Ay = jumlah kuadrat antar kelompok
∑
JKtot = jumlah kuadrat total
∑
Dy = jumlah kuadrat dalam kelompok
(54)
R = kuadrat tengah rata-rata
A = kuadrat tengah antar kelompok eksperimen D = kuadrat tengah dalam kelompok eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah tolak H jika 1 1, 1 i n k hitung F
F dimana
1 k1,ni1
F didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1 - ) untuk =
0,05 dan dk = (k – 1,
ni 1
) (Sudjana 2005).Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh = 2,55 dan = 2,67 dengan dk = 3 dan α = 5% . Karena Fhitung kurang dari Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
rata-rata dari keempat kelas populasi. Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji homogenitas dan uji ANAVA, karena populasi memiliki homogenitas yang sama dan tidak ada perbedaan rata-rata dari populasi, maka syarat pengambilan sampel cluster random sampling terpenuhi. Berdasarkan pengambilan sampel secara acak terpilih kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel dalam penelitian ini.
3.10.2 Analisis Data Lanjut 3.10.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal ataukah tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-kuadrat. Keterangan:
k i i i i E E O 1 2 = chi kuadratOi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kelas
(55)
Harga X2hitung dibandingkan dengan X2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-3. Data terdistribusi normal jika X2hitung < X2tabel. (Sudjana, 2005).
3.10.2.2 Uji Kesamaan Dua Varian
Sudjana (2005) menyatakan uji kesamaan dua varian data keterampilan proses sains bertujuan untuk menentukan rumus t-tes yang digunakan dalam uji hipotesis akhir, dengan rumus:
F =
terkecil terbesar ians
ians var var
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :
1. Jika harga Fhitung< Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 = s22) berarti kedua kelas mempunyai varians tidak berbeda sehingga diuji dengan rumus t.
2.Jika harga Fhitung ≥ Fα(nb-1)(nk-1) dengan (s12 ≠ s22 ) berarti kedua kelas mempunyai varians beda sehingga diuji dengan rumus t’.
Peluang yang digunakan adalah ½ α (α = 5 %), dk untuk pembilang= n1 – 1 dan dk untuk penyebut = n2– 1.
3.10.2.3Uji Hipotesis
Uji Hipotesis menggunakan uji rata-rata satu pihak kanan. Sudjana (2005) menyatakan uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan uji kesamaan dua varians:
1. Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda(s12 = s22) digunakan rumus t
(56)
thitung = 2 1 2 1 1 1 n n s X
X dengan s =
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n s n s n
dk = n1 + n2 -2
Keterangan : X
1 = Rata-rata postes kelas eksperimen X
2 = Rata-rata postes kelas kontrol 1
n = Jumlah siswa kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = Varians data kelas eksperimen
2 1
s = Varians data kelas kontrol S = Simpangan baku gabungan Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
Jika thitung< t(1-α)(n1+n2-2) hal ini berarti rata-rata keterampilan prosessains kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol. Sedangkan jika thitung t(1-)(n1+n2-2) hal ini berarti rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
2. Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda(s12 s22) digunakan rumus t’
t’hitung =
2
2 2 1 2 1 2 1 / /n s n s
X X
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
Jika t’ <
2 1 2 2 1 1 w w t w t w
hal ini berarti rata-rata keterampilan proses sains kelas
eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol. Sedangkan, jika t’
2 1 2 2 1 1 w w t w t w hal 2 n
(57)
ini berarti rata-rata keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.
dengan w1=
1 2 1 n s
, w2 =
2 2 2 n s
, t1 = t(1-α)(n1-1 ) dan t2 = t(1-α)(n2-1)
Keterangan :
X 1 = Rata-rata postes kelas eksperimen. X 2 = Rata-rata postes kelas kontrol.
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen.
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol.
s1 = Simpangan baku kelas eksperimen.
s2 = Simpangan baku kelas kontrol.
S = Simpangan baku gabungan.
3.10.2.4Analisis Terhadap Pengaruh Antar Variabel
Menurut Sudjana (2005), rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel adalah:
= ̅ ̅ Keterangan :
rb = koefisien korelasi biserial
̅ = rata-rata keterampilan proses sains siswa kelas
Eksperimen
̅ = rata-rata keterampilan proses sains siswa kelas kontrol
p = proporsi pengamatan pada kelas eksperimen q = proporsi pengamatan pada kelas kontrol
u =tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q
(58)
Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Pedoman Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi Biserial (rb)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat (Sugiyono, 2005)
3.10.2.5Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam hal ini yaitu penggunaan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card pada keterampilan proses sains siswa. Rumus yang digunakan adalah :
KD = rb2 x 100% Keterangan:
KD = koefisien determinasi
rb = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb (koefisien biserial)
3.10.2.6Analisis untuk Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains dan Afektif
Data keterampilan proses sains dan afektif diperoleh dengan cara observasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai keterampilan proses sains dan afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tiap aspek dari keterampilan proses sains dan afektif dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut dengan rumus:
(59)
responden Jumlah nilai Jumlah aspek tiap nilai rata -Rata
Dari tiap aspek dalam penilaian dapat dikategorikan sebagai berikut. 3,4 – 4,0 = sangat tinggi
2,8 – 3,4 = tinggi 2,2 – 2,8 = cukup 1,6 – 2,2 = rendah
1– 1,6 = sangat rendah (Arikunto, 2010).
3.10.2.7Analisis Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran
Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan pada kelas eksperimen diukur dengan menggunakan angket. Dimana analisis yang dilakukan ialah dalam bentuk skala Likert, yakni setiap pertanyaan diikuti dengan beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Arikunto 2010). Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pertanyaan dinyatakan dalam 4 kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), KS ( setuju), dan TS (tidak setuju). Dimana bobot untuk masing-masing kategori SS = 4; S = 3; KS = 2; TS = 1. Perhitungan keseluruhan dilakukan dengan persentase (%) masing-masing tanggapan.Besarnya presentase tanggapan siswa dihitung dengan rumus:
responden Jumlah nilai Jumlah aspek tiap nilai rata -Rata
Dari tiap aspek dalam penilaian angket dapat dikategorikan sangat tinggi jika rata-rata nilai 3,4 – 4,0, kategori tinggi jika rata-rata nilai 2,8 – 3,4, kategori sedang jika rata-rata nilai 2,2 – 2,8, kategori rendah jika rata-rata nilai 1,6 – 2,2, dan kategori sangat rendah jika rata-rata nilai 1,0 – 1,6.
(60)
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card berpengaruh sedang dengan koefisien korelasi biserial sebesar 0,411 terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan.
2. Besarnya kontribusi Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pekalongan adalah 16,89%.
3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran inkuiri berbantuan media flow card.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Guru dan siswa harus dapat mengelola waktu dan memerhatikan perencanaan waktu pelaksanaan pembelajaran dengan baik.
2. Guru kimia SMA Negeri 4 Pekalongan dalam menyampaikan materi kelarutan dan hasil kali kali kelarutan dapat menerapkan metode pembelajaran inkuiri.
(61)
3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu diperhatikan beberapa hambatan yang terjadi pada saat penelitian agar dapat mencari solusinya.
4. Sebaiknya apabila guru kimia akan menerapkan model inkuiri menggunakan sekurang-kurangnya dua macam praktikum dalam satu materi yang dipelajari. Agar proses pembelajaran inkuiri berjalan maksimal.
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Adiprasetyo, B. 2012. Penerapan Modelling Learning dengan Video Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Chemistry in Education, 2 (1).
Agustanti, T.H. 2012. Implementasi Metode Inqury untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1):16-20.
Agustin, P.S, Probosari, R.M, & Harlita. 2011. Pengaruh metode inkuiri terpimpin dalam pembelajaran biologi terhadap keterampilan proses sains ditinjau dari minat belajar siswa sma tahun pelajaran 2011/2012. Pendidikan biologi, 3(2):26-35.
Ahmad, Z & Mahmood, N. 2010. Effects of Cooperative Learning vs.
Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning
Experience and Achievement, Journal of Faculty of Educational Sciences, 43(1):154-164.
Ambarsari, W., Santosa, S. & Maridi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(1): 81-95.
Ango, M. L. (2002). “Mastery of Science Process Skills and Their Effectve Use in the Teaching of Science:An Educology of Science
Education in the Nigerian Context” .International Journal of Educolog,16(1):1130.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa
Davidowitz, B.& Rollnick, M. 2001. Effectiveness of Flow Diagrams as a Strategy for Learning in Laboratories.Australian Journal of
Education Chemistry, 57: 18-24.
Depdiknas. 2003b. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
(63)
Depdiknas. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktoral Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktoral Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Depdiknas. 2014. Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Fajariani, T. E & Ismono. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri pada Materi Pokok Larutan Penyangga untuk Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 1 Plemahan Kediri. Unesa Journal of Chemistry Education, 2(2):108-113.
Hartono, R. 2014. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: DIVA Press
Haryanto.2011. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran Fisika Kelas VII Materi Gaya Ditinjau Dari Minat Baca Siswa. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 1(1): 118.
Holil, A. 2008. Keterampilan proses. Ukessays.Online.Tersedia di
http://www.ukessays.com/essays/education/keterampilan-proses.php [diakses 02-01-2014].
Jelita. 2013. Keefektifan diagram alir (flow diagram) dalam pembelajaran kimia. Prosiding SNYuBe. Langsa: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa.
Nopitasari, A., Indrowati, M., & Santosa, S. 2012. Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai Media Gambar terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(3): 100-110.
Nurseto, T. 2011. Membuat Mendia Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 8(1).
Osman, K. & R. Vebrianto. 2013. Fostering Science Process Skill and Improving Achievement Through The Use of Multiple Media. Journal of Baltic Science Eduction, 12(2).
(64)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media.
Purwadi, S. & Rangke L. T. 1982.Asam dan Basa. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.
Rokhmatika, S. Harlita, & Baskoro, A.P. 2012. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau dari Kemampuan Akademik. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(2): 72-83.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negri Malang.
Sadiman, A. S., Raharjo, R., Haryono, A, & Rahardjito. 2012. Media Pendidikan:Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Depok: Rajawali Pers
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group
Setyono, Y. A., Sukarmin, & Wahyuningsih, D. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran Fisika Kelas VII Materi Gaya Ditinjau Dari Minat Baca Siswa.Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 1(1): 118.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suhardiman, L.R & Hamdi, A.S. 2012. Pengarun Metode Inkuiri terhadap
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA (Fisika) Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Singaraja. Jurnal Teknologi Pendidikan, 2(1).
Sulistyo, E. T. 2011. Media Pendidikan dan Pembelajaran di Kelas. Surakarta: UNS Press.
Supardi, K.I & G. Luhbandjono. 2012. Kimia Dasar II. Semarang: Unnes Press.
(65)
Suparno, P. 2006. Metadologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Umamah, U. T. 2010. Pengaruh Pendekatan ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) dengan Bantuan Study Card Terhadap Hasil belajar Kimia Materi Pokok Redoks Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 2 Ungaran Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES.
Wasilah, E.B. 2012. Peningkatan Kemampuan Menyimpulkan Hasil Praktikum IPA Melalui Penggunaan Media Kartu. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1): 82-90.
Wenning, C. J. 2011. The Levels of Inquiry Models of Science Teaching, Journal Physics Teacher Education, 6(2):. 9-16.
Yager, R. E. & Akcay, H. 2008. Comparison of Student Learning Outcomes in Middle School Science Classes with an STS Approach and A Typical Textbook Dominated Approach. Research in Middle Education, 31(7): 1-16.
Zulfiani, T. Feronika & K. Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
(1)
(2)
(3)
Lampiran 39 Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN
Pretest Kelas Eksperimen Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Kegiatan Demonstrasi Praktikum
(4)
(5)
DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS KONTROL
Pretest Kelas Kontrol
Pembelajaran di Kelas
(6)